#33

2.8K 191 11
                                    

Aku merentangkan kedua tanganku, menikmati udara pagi di sini. Udara ini, aku rindu. Rindu disini, pagi hari yang lama aku lewatkan. Berdiri di pematang sawah, menatap sang surya yang mulai menampakan cahaya hangatnya. Kurasakan tangan yang kini melingkar di perutku. Aku tau siapa ini, gadis gila yang membuatku jatuh cinta. Dia semakin mempererat pelukannya, dapat kurasakan debaran jantungnya di tubuh belakangku. Aku tak tau kenapa, selalu ada debaran jantungnya saat dia menyentuhku. Kurasakan kembali sentuhan kecilnya, bibirnya yg mencium lembut puncak kepalaku.

"morning nad, kamu cantik. Aku gak salah liat, ada bidadari lagi bejemur di tengah sawah"

"kebiasaan! Ngrusak suasana romantis"

Aku mendengarnya tertawa cekikikan. Masih sama, dia memelukku dengan caranya. Pelukan kali ini terasa lebih bernyawa, entahlah apa ini cuma perasaanku. Semua perlakuanya selalu membuatku enggan beranjak.

"kamu kok tinggian ya len? Udah sama kayak tingginya aku aja"

"aku tu bakal lebih tinggi dari kamu.. Indah ya nad, bikin aku makin jatuh cinta aja sama sang pencipta"

"sayangku kerasukan siapa lagi ini? Bentar lagi pasti filsuf nya keluar"

"Hahahaha.. Nadine mah kalo aku jadi beda dikit di bilang kesurupan"

"len, pengen dansa"

"haaah?? Aduh gimana caranya sayang? Aku belom pernah dansa"

"ahh ayooolah, yuk ke pinggir dulu. Bawa hape kan?" Aku menariknya ke pinggir, ada jalan setapak yang lumayan lebar, biasa di gunakan untuk jalur transportasi juga.

"aku gk bawa hape lho nad"

Aku segera memeluknya, mengalungkan tanganku di lehernya. Seolah mengerti, dengan agak menunduk, matanya menatap mataku. Di letakkan kedua tangannya di pinggangku, kaki kami bergerak berirama le kanan lalu ke kiri. Aku suka suasana ini.

"helen, kamu cantik"

"kamu lebih cantik"

"kamu len yg lebih cantik. Kalo aku mati kamu gimana?"

"ya udah, aku bisa apa? Hidupin kamu lagi? Gk bisa kan nad"

"gk mau ikutan mati?"

"mati kok ajak2. Mati sendirilah nad"

"katanya cinta"

"iya cinta, aku cinta kamu nad"

"kok gk mau mati?"

"kalo cinta harus ya ikut semua yg di lakuin pasangannya? Ogah kalo aku nad, kalo gk masuk akal buat apa di ikutin"

"buat tanda cintalah, kamu gk romantis"

"romantis gk logis buat apa? Gk guna sayang"

Kami masih berdansa tanpa di iringi musik disini. Sang surya semakin meninggi, begitupun panas yang di bawanya.

Tangan kananku membelai pipinya, tatapan matanya selalu saja membuat tubuhku ingin lebih.

Entah siapa yg memulainya. Bibir kami sudah saling memagut. Pagutan bibirnya kurasakan perlahan dan lembut. Aku tak ingin menutup mataku. Aku menikmati setiap pergantian raut mukanya.
Wajahnya yang semakin memerah, nafasnya yang semakin memburu, dan matanya yang semakin sayu.

Mataku menyerah, aku menutup mataku. Semakin memperdalam ciuman ini. Aku tak tau apa dia masih sama, membuka matanya menatapku intens.

Tanganku menarik tengkuknya. Ciuman ini sudah tak lagi berirama. Kaki kami pun sudah diam di tempat. Di gantikan dengan tangan nakal kami yang meminta lebih.

"mau lebih len" kataku saat dia memaksa menghentikan ini.

"dikamar ya, malu disini. Di intipin sama burung-burung yg lagi terbang tuh"

#################@a

"mbk nad, siniiiii. Liat nih, helen godain dheo" gladys memanggilku saat aku keluar dari kamar hendak mengambil minum.

"mbaaaaaaaakk!!! Di ikeet ngapa ni orang, aku ngeriii" dheo berlari mengampiriku. Sembunyi di belakang tubuhku.

"sinilah dhe, gladys gk papa kok. Ciuman sekali gk akan berarti apa-apa" helena ikut beranjak mendekatiku. Memasang senyuman jailnya.

"mbakk, pacarmu gendheng!!"

Aku hanya menggelengkan kepala. Gladys malah santai, duduk tenang menggonta ganti chanel televisi.

"ini len, aku kasih adekku 5 menit buat kamu. Terserah mau kamu apain" aku hendak beranjak, namun dheo sudah berlari tunggang langgang entah kemana. Ku lihat helena tertawa terbahak-bahak, aku menghampiri gladys. Duduk di sampingnya, kutarik tubuhnya menghadapku lalu pelukanku membuatnya sedikit kaget.

"makasih dek. Maaf baru datang ya. Jangan capek sama adik nya mbak" ucapku tulus kepadanya

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang