BSDH(3)

452 16 0
                                    

Bunyi bel berdering di segala penjuru sekolah bernuansa Abu-abu siang ini menandakan waktu belajar di sekolah telah selesai. Semua siswa dan siswi berbondong-bondong keluar dari kelasnya menuju halaman parkir, dan ada pula yang duduk di kantin. Reina dan Tyo berjalan ke arah loker mereka untuk menyimpan buku-buku yang tidak digunakan pada besok. "Yo jalan cepet dong lelet amat udah ngalahin siput deh", "Alah ntar gue yang jalan cepet lo marah-marah. Salah mulu gue Na sama lo". Reina tertawa mendengar kata-kata Tyo yang menurut Reina sangat lucu dengan model wajah yang ia gunakan saat ini. "Astaga Tyo kesayangan gue jangan ngambek ih. Ayo cepet simpen barang-barangnya terus anterin gue ke Book cafe". Tyo nampak berfikir sejenak dengan ucapan Reina lalu ia menarik rambut Reina sehingga membuat gadis tersembut terjengklang kebelakang. "Astaga!!, Anaknya Pak Brahmyto ini kenapa ya hobi banget KDRT sama gue", "Aelah bentar dulu Na, gue hari ini absen dulu ya nganterin lo. Soalnya hari ini gue ada latihan basket sama anak-anak yang lain". Reina memasang raut wajah yang amat menyebalkan di mata Tyo. "Astaga!! Anaknya Pak Devian kenapa ngambekkan mulu dah" Seolah mengikuti ucapan Reina tadi, Tyo melakukan hal yang sama pada gadis itu yang dibalasnya dengan cubitan maut di bahu Tyo.

Reina mengibaskan tangannya tanda ia setuju dengan izin Tyo untuk latihan basket. Berjalan beriringan hingga di lapangan basket indoor Reina dapat melihat teman-teman Tyo sudah berkumpul di pinggir lapangan dengan gaya ala-ala anak basket.

 "Na, gue bisa minta tolong nyuruh Ryan buat anterin lo kok. Lagian Ryan masuk ke team cadangan, yakan Yan?" Tanya Tyo pada Ryan saat baru saja ia sampai di lapangan dengan menaik naikkan alis matanya, yang bisa membuat para kaum hawa akan meleh di tempat jika melihat Tyo saat ini. "Ha? Gue? Kok gu--", "Udah Na sama Ryan aja. Yan lo bisa gue amanhkan nganter Tuan Putri kan? Nana gak boleh lecet loh Yan. Awas aja kalau ada satu titik yang lecet dari Reina". Ryan ternganga tidak percaya dengan Tyo ajaib sekali pertemanan mereka. "Tolong ya Tyo-orang yang sangat menyayangi Reina sepenuh hati, gue tau juga kali ah. Ayo deh Rei gue beneran bosan liat muka Tyo gitu. Saker gue lama-lama". Reina berusaha menahan suara mautnya kala  mendengar umpatan kesal dari Ryan kepada Tyo. "Na kalau udah nyampai kasih kabar ke gue. Kirim pesan ke gue. Oke Na? Nana woi gue ngomong kampret!".

Reina hanya mengangguk malas dengan semua sifat Tyo. Ya Reina sudah terbiasa dengan itu semu,  pemuda itu terlalu posesif akan keselamatannya, bukan tanpa alasan tapi Tyo tau bahwa Reina adalah anak yang ceroboh dan jarang mementingkan keselamatannya. Oleh karena itu Tyo lah yang selalu menjaga Reina dari dulu, Tyo ini memang sudah berbakat menjadi superhero bagi Reina hanya tinggal memakai baju Superman maka Tyo akan benar-benar menjadi Superhero.

Tiga puluh menit lamanya di jalan, akhirnya Reina sampai juga di Book cafe langganannya, sudah hampir dua pekan ia tidak datang ke tempat ini. Dikarenakan ia meliburkan diri dari sekolah dan memilih untuk jalan-jalan ke Raja Ampat. "Huh akhirnya sampai juga. Rei lo sehat sehat aja kan Rei? Rambut lo enggak rontok kan kena sinar matahari yang panas banget? Terus mata lo gak kelilip sama debu yang semeriwing lewat kan? Rei lo gak kelelep mati kan sama polusi yang masuk ke hidung lo?" Bukannya menjawab Reina malah tertawa dengan tingkah konyol Ryan. "Astaga Rei gue ngomong kenapa malah di ketawaiin? Gue gak berbakat kok jadi sirkusan di Dufan, cowo ganteng kaya gue tuh cocoknya di kejar-kejar sama cewe-cewe terus pada teriak gini 'Aa Ryan foto bareng dong, kangen berat nih' gitu loh Rei", "Gak usah kebanyakan ngimpi Yan, gantengan juga Tyo dari pada lo. Serius dah gue kagak bohong. Takdir lo itu ya begini muka lo, terima aja Yan. Mana tau di kehdiupan selanjutnya tampang lo bisa lebih baik lagi". Balas Reina dengan nada geli menahan tawanya.

Bukan marah dengan balasan gadis tersebut, Ryan ketawa ngakak dan hampir terjatuh dari atas motornya dengan tampang gak komuk. "Anjir Rei serendah itu ya gue di mata cewe-cewe sekolah kita? Malu anjir dah ah gue balik ke sekolah ya, ntar Tyo marah gue kagak nongol", "Yaudah balik gih sana lo. Gue yang saker sama lo sekarang Yan. By the way thank's ya udah nganterin gue", "Semua untuk Ms. Varquez". Ryan pun menghidupkan kembali motornya dan mulai menghilang dari pandangan Reina, sedangkan Reina sudah membuka pintu cafe suasana yang ia dapatkan ketika sudah membuka pintu itu adalah ketenangan. Reina menghembuskan nafas lelahnya dan mulai melanjutkan langkahnya masuk ke dalam. Cafe ini memang di buat kedap suara dari kebisingan kota Jakarta sehingga memang sangat cocok untuk orang orang yang ingin mencari ketenagan diantara kesibukan dan kepadatan di Ibu Kota. Nama cafe ini diambil dari isi dan persediaannya, cafe ini di design sedemikian rupa dengan tempat duduk dan meja  senyaman mungkin lalu di sebrang kanannya terdapat banyak rak buku. Mulai dari buku sejarah, pelajaran hingga novel-novel serta majalah dan komik. Cafe ini juga bisa disebut dengan toko buku. Karena memiliki koleksi buku yang sangat lengkap dan sangat mendukung dengan suasana cafe. Cafe ini terdiri dari dua lantai, dan dari setiap lantainya terdapat rak buku yang menyediakan jenis-jenis buku yang berbeda.

Bersama Senja dan Hujan(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang