14

11.8K 815 173
                                    

Seseorang menatap terpaku pada dua orang yang sedang berciuman didepan sana, menatap dengan penuh luka dan kesakitan, dugaannya pada dua orang didepannya akhir-akhir ini kini benar adanya, membuatnya merasa bak orang yang kehilangan arah, karna patah hatinya yang bahkan belum diungkapkan pada sipematah.

Air mata kini sudahlah membasahi kedua pipi mulusnya, kini kayakinannya akan hatinya semakin bertambah setelah melihat adegan menyayat hatinya, keyakinan akan betapa jatuh cintanya ia pada salah seorang didepan sana.

Saat ia masih terpaku menangis memandangi dua orang didepannya, tiba-tiba pandangannya menjadi begitu gelap, Saat dua tangan dirasa menutup kedua matanya dari belakang, membuatnya kaget tapi tak berniat merespon karna otaknya terasa tak karuan.

"Jangan dilihatin terus Ve, kalau itu akan membuatmu semakin sakit" ucap orang tersebut lirih namun jelas.

Tubuh orang tersebut menempel pada tubuh Veranda, bahkan seolah terlihat seperti memeluk Veranda dari belakang.

Veranda yang tadi dengan sengaja meninggalkan Kinal dimall, hanya untuk membuntuti Senja dan Sayu, hingga sampai saat ini sampai dimana sebuah taman menjadi saksi akan hancur hatinya.

Kinal yang dengan segala kekhawatirannya juga penasaranya pada Veranda, yang akhirnya juga memilih untuk mengikuti Veranda diam-diam, sampai pada sebuah taman, dimana kini Kinal melihat Veranda yang biasanya terlihat angkuh nan jutek menangis karna adegan dua orang yang saling mencintai didepan sana.

Kinal kini melepaskan kedua tangannya dari mata Veranda, lalu perlahan memutar tubuh Veranda untuk menghadapnya, Veranda dengan mata yang masih digenangi air mata, mata yang juga terlihat penuh luka, hati Kinal serasa mendadak ikut sesak memandangi gadis didepannya.

Perlahan tangan Kinal mengusap sisa air mata Veranda, lalu mengusap pipi Veranda dengan lembut, Veranda hanya diam seperti tadi tak merespon sedikitpun, meski matanya memandangi Kinal didepannya, namun mulut Veranda seolah enggan mungucap kata, membuat Kinal terus memandangi gadis didepannya dengan penuh kasih.

lalu ntah kenapa, perlahan dengan hati yang berdebar-debar Kinal mendekatkan wajahnya kewajah Veranda, terus maju semakin mendekat, membuat Kinal merasakan hangat hembus nafas Veranda didepannya, membuat jantung Kinal semakin berdebar karnanya, hingga akhirnya, Kinal menjatuhkan bibirnya dengan lembut tepat dibibir Veranda beberapa detik, hati Kinal dibuat makin riuh kala bibirnya benar-benar menempel dibibir Veranda.

Perasaan hangat dan sensasi debaran yang baru pertama dirasakan, membuat Kinal semakin meyakini hatinya sendiri, Veranda yang dari tadi hanya diam kini seketika membelalakan matanya karna ulah Kinal.

Kinal kembali memundurkan wajahnya, terlihat gugup saat mendapati Veranda menatapnya tajam, jelas terlihat Kinal yang jadi salah tingkah menyadari ulahnya baru saja, baru saja Kinal ingin membuka mulutnya untuk bicara tapi...

Plakkkkk...sebuah tamparan dari tangan mulus Veranda sukses mendarat dipipi Kinal, yang seketika membuat Kinal kaget, dan juga merasa pipinya sedikit panas juga perih akibatnya.

"aw...wow" kata yang keluar dari mulut Kinal dengan matanya yang menatap gemas Veranda, karna tamparan dipipinya, sambil mengusap pipinya yang bekas tamparan Veranda, Kinal sama sekali tak marah ataupun kesal dengan apa yang dilakukan Veranda karna menurut Kinal itu wajar.

Veranda dibuat kaget atas ulah Kinal, wajah Veranda seolah terlihat geram menatap Kinal,tapi ntah kenapa sepatah katapun tak terucap dari mulut manisnya, Veranda tak memarahi Kinal, hanya tangannya saja tadi yang reflek begitu saja menampar pipi Kinal, mungkin itu efek dari kesakitan dihatinya, karna adegan manis dua orang yang begitu memilukan hatinya.

"Jadi, satu ciuman satu tamparan hmm?" Tanya Kinal dengan tengilnya.

Seolah Kinal sudah lupa dengan rasa dipipinya, karna ulah makluk yang bak bidadari didepannya, Veranda bahkan sama sekali tak menangapi ucapan Kinal, hanya wajahnya saja yang menunjukan kegeramannya yang bercampur sedih.

Lalu setelahnya dengan cepat Kinal menarik tengkuk Veranda, kembali mencium bibir Veranda bahkan melumatnya, tak dipedulikannya Veranda yang berontak, karna Kinal semakin erat menekan tengkuk Veranda, sekali, dua kali, bahkan Kinal melumatnya berkali-kali mengecapi rasa manis bibir Veranda sebelum menyudahinya.

Kinal kembali memundurkan wajahnya, tersenyum menatap Veranda yang terlihat begitu marah didepannya, tak ada yang bersuara, hanya mata mereka yang saling beradu tatap, mata Kinal dengan sorot yang meneduhkannya, sedang mata Veranda dengan sorot tajam menusuknya.

Setelahnya Kinal kembali memajukan sedikit wajahnya, lalu memejamkan matanya sambil tersenyum, bersiap menerima tamparan Veranda sebanyak lumatan yang dilakukanya pada bibir Veranda, satu detik, dua detik, sampai beberapa detik tapi Kinal tak merasakan apapun dipipinya, membuat Kinal penasaran lalu perlahan membuka matanya, dan membuat Kinal sedikit heran saat tak menemukan Veranda didepannya.

Lalu Kinal membalikan badannya, menatap kedepan menatapi sosok Veranda yang ternyata sudah berjalan meninggalkanya, Kinal tersenyum menatapi tubuh Veranda yang semakin menjauh, tangan Kinal sesekali meraba pipi dan bibirnya bergantian, dengan senyum yang terus terukir manis dibibirnya, Veranda...panggil lirih Kinal disela senyumnya.

************

Setelah acara jalan-jalan yang sedikit jadi menyebalkan menurut Senja, kini mereka sudah berada dikamarnya, bersiap untuk tidur (?) Sepertinya, tapi dengan posisi Sayu yang masih duduk sambil bersandar diranjang, dan kedua tangannya melingkar diperut Senja yang dengan manja bersandar didadanya, sesekali tangan mereka saling genggam, tapi juga saling elus.

"Sayu?" Panggil Senja.

"Hmm" jawab Sayu.

"Sayu awas ya kalau kamu berani macem-macem" ucap Senja terdengar serius.

Sayu yang mendengar merasa sedikit bingung atas ucapan Senja, tau-tau gadisnya seolah mengancamnya.

"Macem-macem apa hmm?" Tanya Sayu heran.

Lalu Sayu memajukan wajahnya, membuat pipinya menempel pada pipi Senja, lalu mengecup pipi Senja, terus berpindah mengecup bahu Senja, membuat Senja merinding menggigit bibirnya menahan gejolak, karna ulah Sayu yang begitu akan mudah memancing rasa inginnya.

"Wanita yang didepan toilet tadi, yang diruangan kamu kemaren, yang juga minta kamu temani keparty waktu itu, menurutku dia suka kamu, dan aku gak suka cara dia natap kamu" lagi ucap Senja, meski serius tapi terdengar manja bagi Sayu.

"Tapi kan aku sukanya kamu" jawab Sayu serius, meski mungkin terdengar seperti bercanda.

"Isshh Sayu" geram Senja.

Membuat Sayu tersenyum tipis, lalu mengeratkan pelukannya pada Senja dari belakang.

"Udah ya, jangan ngebahas sesuatu yang gak penting, karna kufikir ini (?) jauh lebih penting" ucap Sayu begitu lembut, mengelus sesuatu yang dimaksud penting oleh Sayu tadi.

Membuat tubuh Senja menegang, memejamkan matanya, dengan nafasnya yang mulai terpancing.

"Sa..sayu ishhh jangan nakal, aku lagi serius" ucap Senja sedikit tersenggal.

"Aku lebih serius sayang" jawab Sayu, lalu kembali mengecupi pipi Senja.

"Sayu, sebelum aku keluar dari toilet apa yang kalian bicarakan diluar?" Tanya Senja.

Yang mampu membuat kecupan Sayu berhenti, membuat Sayu kembali teringat insiden terdorongnya Veranda hingga mengecup pipinya, Sayu bersyukur Senja tidak mengetahui itu, meski terselip rasa bersalah dihatinya karna pipinya disentuh wanita lain meski itu tak disengaja, Sayu juga bersyukur karna Kinal datang sebelum Senja keluar dari toilet, karna jika tidak, sudah bisa dipastikan Senjanya pasti akan ngamuk.

"Sayu?" Panggil Senja, menatap Sayu tajam karna tak juga menjawab pertanyaanya.

Mata Senja terus menatap Sayu penuh selidik, Sayu yang selalu bersikap tenang membalas tatapan Senja dengan tetap kalem, meski dalam hati Sayu sedikit merasa bingung antara cerita atau tidak, mata keduanya saling tatap dengan tatapan yang mengandung arti berbeda......

TBC






Senja Sayu 2 (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang