Kau bukan untukku

945 52 6
                                    

Azura pov.

Dentingan suara piano asal asalan memenuhi ruangan ini. Bodo amet orang mau dengerin sampek pekak juga aku tak peduli. Aku bosan, benar benar bosan. Lagian kok aku sok sok an main beginian coba?

Ngerti aja enggak? Apa lagi main beginian?

Sial!!!

Perjanjian itu membuatku gila. Yang benar saja aku harus tetap di rumah. Tak boleh keluar dari sini jika tidak bersama sopir ataupun dirinya.

Aku bukan peliharaan apalagi pajangan. Aku butuh bernafas..

Huh!!!
Aku hanya bisa menghela nafas panjang. Ribet banget sih tinggal keluar aja pakek acara bawa bodyguard. Udah ngalahin istri presiden deh akunya. Kan gak enak sendiri berasa paling wah banget. Yah wah!!! Wah ternyata doi gila coy. Wah ternyata doi orangnya kaya juga ya. Wah up geng aku mulai gila!!!

"Apa yang kau lakukan disini??" Tanya seseorang yang sangat familiar untukku. Siapa lagi kalau si kupret Amir.

"Lagi ngapelin piano" Jawabku asal.

Dia hanya mengangkat bahunya acuh. 
"Cih! Sok ganteng loe!" Cibirku dalam hati.

"Aku memang tampan, dan aku sudah tau itu. Berhentilah mencibirku diam diam. Karna aku tau apa yang kau pikirkan dalam otakmu" Ucapnya datar.

Benarkah kau tau Athaya???

Benarkah kau bisa membaca pikiranku?

Ku tatap kedua bola matanya yang kelap sekelam langit malam.

"Apapun yang kau katakan dalam pikiranmu. Aku bisa mengetahuinya Zura"

"Benarkah??"

"Aku bisa Zura. Aku mengerti apa yang kau pikirkan"

"Sedetail itu??"

"Kau bagiku kau itu seperti buku terbuka yang siap di baca"

"Athaya"

"Ya Azura?"

"Kenapa kau memilih untuk tidak berpisah denganku? Padahal kau bisa melakukan itu jika kau mau?"

"Aku--"

" Hei kenapa kalian saling menatap seperti  itu?" Tanya Amar yang tiba-tiba datang entah dari mana.

"Jangan bilang kalian sedang bertelepati? Kalian saling berbicara dengan batin kalian sendiri? Benarkah? "

"Jangan membual Amar. Dan apa yang kau lakukan di rumahku?"

Amar menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Lalu dia tersenyum tipis.

"Aku butuh bantuanmu"

"Bantuan?"

"Ikut denganku dulu lah Bang. Dan kau akan tau sendiri"

"Apa aku harus ikut? "

"Kau tetap disini. Jangan keluar tanpa seizinku. Mengerti"

"Tapi... Aku-"

"Jangan membantahku Zura" Ucapnya tandas.

"Oh ayolah bang. Jangan membuang buang waktu lagi dengan saling menatap seperti itu. Kakak ipar tidak akan pergi kemanapun. Dia tidak akan pergi walaupun kau tidak menatapnya sekalipun"

Aku hanya bisa memutar bola mataku dengan malas. Membosankan.

Apa yang akan aku lakukan disini? Semuanya flat. Membosankan huh!!

Aha....!!!! Aku ada edi!

Tes tes ekhem huwek...

Tes suara dulu dong biasa artis papan gilesan.

"Alex...."

"Alex..... Alex.... Kupret woy kamu denger aku manggil gak sih? Mbah dukun? Mati ke? "

"Apaan banget sih Ra? Tu mulut apa toa??berisik!!!"

"Bodo amet"

"Kamu bego apa emang oon? "

"Maksud kamu? Apaan dih? "

"Kamu punya ponsel kan? kenapa gak nelpon aja?Ribet amet segala pakek telepatian segala? Primitif!! purba!! Bakar sekalian!!!"

"Kamu masih waras kan Lex?? Lagi gak keselek tiangkan?? "

"Aku bukan Mr. Limbad Zura. Segala acara keselek tiang. Lagian kenapa gak nelpon aja. Pakek tu ponsel gaya aja nyonya besar makek ponsel aja males"

"Hehehe lagi gak punya pulsa Lex"

"Etdah nih bocah hari gini gak punya pulsa. Punya laki wong sugeh nduk mbok yo di porotin dikitlah. Gak usah jaim ndok. Wedok matrek mah rahasia umum keles"

"Ya gak gitulah Bun, aku lho kasian juga sama dia. Masa minta mulu?"

"Lah kamu kan bininya? Uang suami uang bini dung. Udah kawin juga masih aja pakek acara malu segala"

"Kawin kepalalu pitak? Kawin kawain nikah bro. Lama-lama tu mulut aku gunting juga ya"

"Udah gak usah ngebacot. Ngapain pakek acara telepati segala. Sibuk nih"

"Gayamu nak!!!?"

"Bener nih!! "

"Jemput aku dong. Bosen nih di kurung mulu nih sama kupret"

"Aku sibuk"

"Tuan Alex Reynerd ayolah bantulah saya... Tak kasian ta?"

"Ck, kalau udah gini mau gimana lagi coba? Ya,ya,ya nanti setelah meeting aku bakal jemput kamu. Sms aja alamat rumahmu oke"

"Sip capten"

Yes yes yes aku akan bebas dari sini. Peduli lampir dengan si kupret Amir.
Bodo amet mau ngamuk juga aku gak peduli.  Yqng penting bebas. Hahahaha (tawa epil)

My Devil BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang