Wattpad Original
Ada 9 bab gratis lagi

Bab 4

107K 6.4K 213
                                    

Dia di sana, berdiri dan perlahan berjalan ke arahku dengan senyum lebarnya, senyum yang pertama kali aku lihat sepanjang aku menikah dengannya. Ironis sekali dia bisa tersenyum selebar itu setelah dia mengkhianatiku dan menikahi wanita lain. Apa sebegitu bahagianya dia sekarang? Apa mengkhianatiku menjadi kebahagiaan besar baginya? Apa dia sangat menderita hidup denganku selama ini hingga dia tidak bisa memberikan senyum selebar itu padaku dulu?


Hatiku rasanya seperti diremas melihat senyumannya, senyum lebar yang dia tunjukan karena wanita lain yang ada di hatinya. Dia semakin mendekat ke arahku, tapi aku hanya bisa diam seperti patung dengan berbagai gejolak perasaan yang memenuhi hatiku. Dia berada tepat di hadapanku sekarang dan tangannya terulur untuk memelukku, tapi secara refleks aku malah mundur menjauhinya. Allan menatap bingung ke arahku dan aku sama bingungnya dengan reaksi tubuhku sendiri.

"Aira sayang, kamu tidak merindukanku?" tanyanya dengan nada bingung.

'Sayang' kata itu seperti paku tidak kasat mata yang menusuk tepat ke arah jantungku. Bagaimana mungkin semudah itu dia mengatakan kata 'sayang' setelah apa yang dia lakukan padaku? Apa kata itu tidak memiliki arti apa pun sejak awal untuknya?

Apa aku merindukannya? Jika boleh jujur aku sangat, sangat merindukannya, tapi apa boleh aku masih merindukannya sedangkan dia sendiri tidak pernah merindukanku. Dia pergi tanpa menengok lagi ke belakang, dia pergi tanpa pernah mengabariku, bukankah itu berarti selama dua minggu dia meninggalkan aku tidak pernah ada sepercik rindu pun di hatinya untukku?

Aku hanya diam ketika dia menarikku ke dalam pelukannya, pelukannya masih sehangat dulu, ya Allah, aku begitu merindukan pelukannya ini. Untuk sejenak aku merasa kembali ke rumah ketika aku berada dalam pelukannya, tapi itu sekejap saja karena kesadaran menamparku saat aku mencium parfum perempuan dalam tubuh Allan. Dia bukan lagi hanya suamiku, tapi juga suami bagi wanita lain, sebelum dia memelukku dia terlebih dahulu memeluk wanita lain.

Air mataku kembali menggenangi pelupuk mataku ketika otakku menyadarkan aku, jika pria ini, pria yang memelukku tidak pernah mencintaiku. Dia suami yang sudah mengkhianatiku dan menikahi wanita lain saat aku sedang mengandung anaknya. Dia tidak pernah tulus menyayangiku, rasa sayangnya selama ini hanya sebatas kewajiban dan rasa tanggung jawabnya padaku.

Secepat kilat aku melepaskan pelukan Allan dan membalikan tubuhku agar dia tidak melihat air mata yang membasahi pipiku. Aku melihat Angga yang menatap sendu padaku, aku tersenyum padanya sebagai isyarat jika aku baik-baik saja. Aku menghapus air mata yang sudah membasahi pipiku dan menahan agar tidak ada lagi air mata yang membasahi pipiku.

"Terima kasih untuk hari ini Angga, aku bahagia hari ini," ucapku pada Angga dan sebisa mungkin berbicara dengan nada yang normal dan tidak bergetar karena tangisku yang ingin pecah.

"Sama-sama aku juga bahagia jika kamu bahagia, jaga dirimu baik-baik, jaga juga keponakanku, aku akan selalu ada di sini jika kamu membutuhkanku," ucap Angga sambil tersenyum tipis padaku.

Aku membalas senyumnya, dapat aku lihat Angga sama sekali tidak menyapa kakaknya meskipun dia tepat berada di belakangku.

"Aku pergi," ucapnya sambil menjalankan mobilnya menjauh. Entah akan pergi ke mana pria muda itu karena mobil itu menjauh keluar dari gerbang rumah utama keluarga.

Aku hanya melambai sekilas padanya lalu berbalik dan berjalan cepat ke arah rumah, tidak kupedulikan Allan yang masih berada di hadapanku, untuk saat ini aku butuh tempat untuk sendiri dan menenangkan diriku agar aku tidak menangis di hadapannya. Aku memilih masuk ke kamar mandi untuk menenangkan diriku, mengatur napasku agar aku tidak lagi menangis. Setelah yakin aku bisa menghadapi Allan tanpa air mata barulah aku keluar dari kamar mandi.

"Kamu pergi ke mana tadi dengan Angga?" tanya Allan saat aku keluar dari kamar mandi.

"Periksa kandungan," jawabku singkat.

"Kenapa periksa kandungan dengan Angga? Kenapa tidak menunggu aku pulang agar kita bisa memeriksakannya bersama?"

"Aku tidak tahu kapan kamu pulang jadi aku meminta Angga mengantarku," jawabku dengan nada datar.

"Aira sayang, maafkan aku ...," ucap Allan mendekat ke arahku hendak memelukku, tapi aku segera menahannya sebelum dia sempat menyentuhku.

Allan menatap bingung ke arahku, "Kenapa?" tanyanya.

"Pergilah mandi aku mual mencium bau tubuhmu," ucapku seraya meninggalkannya.Aku melihat Allan mematung mendengar ucapanku, tapi aku tidak peduli dan melangkah meninggalkannya tanpa berbalik lagi. Dia yang lebih dulu meninggalkanku tanpa berbalik dan perlahan aku pun pasti akan melakukan hal yang sama. Meninggalkannya tanpa berbalik lagi.

Aku yang tak dirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang