Prolog

31.3K 201 3
                                    

Aku masuk kedalam kamar hotelku bersama Tora. Setelah ciuman panas di lift tadi. Tora kembali memburuku, tak memberi jeda untukku ke kamar mandi. Dia melumat bibirku dengan panas seperti anak abg baru belajar ciuman. Membuka gaun malamku dengan terburu. Mencium leherku, meremas lenganku. Aku bagai terhipnotis oleh semua perlakuannya. Iya, aku menikmatinya. Entah menikmatinya dengan hati atau karena efek cosmopolitanku. Tora mencium seluruh bagian tubuhku tanpa terkecuali. Meninggalkan bekas merah sebagai tanda kepemilikannya. Aku menggelinjang. Seluruh badanku berdesir ketika Tora memasukkan intinya kedalam tubuhku. Pelan dan berhati hati. Keluar masuk keluar masuk. Nafas kami memburu. Terdengar berat dan seksi memenuhi ruangan. Kami bercinta diseluruh sudut kamar. Diranjang, dibathup, dicloset, dilantai bahkan dimeja kopi. Entah setan mana yg merasuki kami, hingga kami menjadi seliar ini.

*****

Mataku terbuka karena mendengar suara alarm dari ponsel Tora. Ku matikan alarm itu, Tora masih tertidur nyenyak tanpa busana di sampingku. Aku beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Di depan kaca kamar mandi, aku dapat melihat dengan jelas bekas bekas merah di seluruh tubuhku. Aku terdiam. Bagaimana mungkin aku bercinta dengan pria yang mencampakanku 9 tahun lalu. Pria yang meninggalkanku begitu saja setelah mengambil kegadisanku.

2 Februari, 9 tahun lalu.
Aku tersenyum ketika Tora membukakan pintu rumahnya. Rumahnya selalu saja sepi. Hanya Tora dengan pembantunya. Ayah dan ibu Tora tinggal di Lombok, mengelola bisnis restoran mereka. Tora mempersilahkanku masuk kedalam dan mengajakku makan siang.

Seharian ini aku merasa tidak enak badan. Tora memberiku paracetamol setelah selesai makan dan mengajakku ke kamarnya untuk tiduran.

" makanya neng, kalau mandi jangan kelamaan. Masuk angin kan neng " kata Tora mengomeli kebiasaan mandiku.

" bentar lagi aa' ulang tahun, aa' mau kado apa? " tanyaku.

" ehmmm, kado apa ya neng? " Tora berfikir. Aa' dan eneng adalah panggilan sayang kami. Karena ibu Tora dari sunda, jadi Tora minta untuk dipanggil aa' dan memanggilku eneng.

" mau kado eneng aja. Buat aa' selamanya. Eneng sama aa' sampai nanti. Sampai tua sama eneng terus. Mau kado itu aa' neng " jawabnya sambil mencium bibirku perlahan.

Wajahku memanas, tak bisa menjawab. Entah karena malu atau ciuman Tora yang semakin memanas. Tora menciumku sambil tangannya meremas dadaku. Aku tersentak. Tangan Tora membuka kausku dan pengait braku. Kemudian Tora memburu payudaraku. Diremas dan dipilinnya. Kemudian dijilatinya. Aku menggelinjang nikmat. Perlahan tangannya membelai halus perutku. Membuka celana panjangku. Menenggelamkan jari jarinya ke dalam kewanitaanku. Aku bergetar hebat saat jari jarinya keluar masuk dari dalam tubuhku. Tangan kirinya membuka celananya sendiri. Bisa kurasakan miliknya yang sudah keras di perutku.

" neng, aa' pengen " ujarnya. Aku hanya terdiam tak menjawab.

Tora melesakkan batangnya ke kewanitaanku. Aku meringis kesakitan.
"sakit ya neng? Aa' pelan pelan ya biar eneng gak sakit " ujar Tora.

Tora menenggelamkan seluruh miliknya. Membuatku merintih. Antara sakit dan nikmat. Keluar masuk secara perlahan. Membuat tubuhku berdesir aneh.

"plak plak plak plak " suara paha kami beradu.

Diiringi helaan nafas berat kami yang memburu.

"aaaaaaaaa' eneng pengen pipis " ujarku.
Seperti makin kesetanan Tora makin mempercepat gerakan keluar masuknya.
"aaaahhhhhhhhhh shhhhhhh" erang Tora.
Ada sesuatu yang hangat, memenuhi kewanitaanku.
Tora tertidur lemas disampingku. Aku meringkuk memeluknya.

" a' eneng takut a'. Takut hamil " ujarku tiba tiba.

" aa' tanggung jawab neng. Apapun yang terjadi aa' selalu sama eneng " jawab Tora.

" tapi eneng gak mau kawin dulu a'. Eneng mau kuliah" ujarku dengan air mata tergenang di mataku.

" eneng, tahu kan aa' sayang banget sama eneng. Aa' gak akan ninggalin eneng" jawab Tora lembut sambil mencium keningku.

Setelahnya Tora mengantarkanku pulang kerumah. Dengan senyum getir aku melambaikan tangan padanya. Aku hari ini sudah tidak perawan. Hal yang selama ini ku jaga. Aku terdiam dikamar, melamun apa yang telah terjadi. Ku lihat ponselku, tidak ada sms masuk dari Tora. Aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada Tora.

Aa' udah sampai rumah? Kok gak ada kabar?

Sampai malam Tora tak kunjung membalas smsku. Aku tidur dengan perasaan campur aduk. Esoknya ku telpon Tora, tapi tidak diangkat. Smsku pun masih tidak terbalas. Aku terdiam menyadari apa yang kutakutkan.
Sampai sebulan lamanya, Tora menghilang. Aku kerumahnya pun hanya ditemui pembantunya. Aku berjalan dengan getir. Menahan mati matian air mataku.

"kamu bodoh stefi. Kamu bodoh. Dia seperti lelaki lainnya. Aa' mu pengecut neng!" Ujarku pada diriku sendiri.

Aku mematung diujung jalan rumah Tora. Kejadiaan naas itu berulang dikepalaku. Terngiang semua janji Tora. Dan aku sudah tidak bisa menahan air mataku. Hatiku sakit, sangat sakit. Tora yg kupercaya, teganya berbuat ini kepadaku. Mengambil kegadisanku dan meninggalkan aku begitu saja.

Wild LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang