Happy

2.2K 82 17
                                    

Hi...semoga para pembaca masih berkenan membaca part epilogue Zayn dan Queeni ya. maafkeun saya yang lama baru posting dimari. harapannya semoga tahun 2014 ini bisa lebih produktif lagi. semangat berkarya. dan menjadi lebih baik dari tahun lalu. buat yang kangen cerita saya yang in sha Allah akan segera tayang. Terutama cerita From Jeddah to Srebrenica. karena cerita yg itu akan dijadikan novel jadi maka datanya harus akurat. saya mau berterimakasih secara khusus buat mbak Ira dan keluarga yang mau berkenan membagi cerita tentang Bosnia kepada saya. menyempatkan diri menyetir menembus winter dari Bremen ke Sarajevo, semoga Allah membalas kebaikanmu ya mbak yang cantik. Amin....okey buat semua pembaca selamat menikmati hidangan awal tahun dari saya.

Zayn melepas kancing kemejanya yang paling atas. Jaketnya tersampir di kursi. Melepas sepatu dan menuju kamar mandi. Ia melewati Queeni yang masih tertidur pulas. Ia meringkuk seperti bayi rambutnya yang hitam terurai dan sebagian menutupi wajahnya. Selimutnya turun sampai di perut.

" Dasar tukang tidur " bathin Zayn tertawa sambil menatap istrinya.

Selesai membersihkan diri dan berwudhu ia mendekati ranjang. Mencium kening istrinya dengan. lembut. Takut membanggunkannya. Ini masih jam 1 malam waktu Doha. Tetapi usahanya gagal.

Queeni menggeliat dan terbangun. " Zayn?" Suaranya serak

" Ya, honey"

 " Kau sudah pulang?" Matanya memicing layaknya orang bangun tidur.

 " Yes, I miss u" sahutku tersenyum. Duduk di sisi ranjang dan mengelus tangannya.

" Katanya masih dua hari lagi?" Ucaapnya dengan sedikit cemberut. Aku tertawa ia nampak lucu " Sengaja, surprise" aku nyengir. Ia bangkit dari tidurnya dengan bertumpu pada lenganku.

 " Ku buatkan minum ya" ucapnya sambil menatapku.

Aku menggeleng " Aku sudah minum. Tadi di bandara aku memesan minuman hangat" jawabku dengan senyum lembut.

Aku mencium puncak kepalanya. Ia mencium leherku.

" Aku rindu padamu" ucapnya pelan.

Aku terkekeh dan mengacak rambutnya pelan. Ia tersenyum. Ia mengalungkan tangannya di leherku.

" Oia aku punya oleh-oleh untukmu" ucapku sambil tersenyum.

 " Ohya, mana?" Ujarnya sumringah.

Aku bangkit berjalan menuju tas ranselku dan merogoh sesuatu didalamnya. Mengambil sebuah paperbag berwarna coklat muda dan menyerahkan kepangkuannya. Ia menatapku penasaran

" Bukalah!" Pintaku Ia membukanya dan tersenyum.

 " Zayn ini indah sekali" ia memegang kedua ujung pasmina sutra berwarna biru gelap dengan salur keemasan yang ku beli di Maroko itu dengan takjub.

" Terimakasih" ia melompat kearahku dengan bahagia.

Aku tertawa. "Cobalah" pintaku.

Ia memasang pasmina itu di kepalanya. Sebagian anak rambutnya keluar tetapi ia cantik sekali. Ia malah menggoyang-goyang kepalanya sambil menutup wajahnya dengan sisa pasmina yang menjuntai. Ia tertawa menggodaku. Aku menarik ujung pasmina yang menutup keningnya sehingga kain itu menutup matanya. Ia mencubitku dengan galak. Hahaha

" Sepertinya aku tidak rela jika kau keluar dengan memakai pasmina ini"

 " Kenapa? Apa terlihat tipis?" Tanyanya

 " Tidak" sahutku

" Aneh ya?" Tanyanya lagi.

 " Bukan itu. Tapi kau Cantik sekali" jawabku dengan penuh perasaan. Ia mencubit pinggangku. Aku tertawa.

 " Iya-iya. Aku tidak akan memakainya di hadapan orang lain. Just for you zayn. Okey" ucapnya kemudian mencubit pipiku.

Aku mengecup keningnya.

 " Thanks honey, kau nikmat sekali" ucapku pelan.

Ia tersenyum lembut. Dan mengelus rahangku.

 " Kau juga Zayn" ucapnya malu-malu.

 " Aku juga punya hadiah untukmu" ucapnya sambil tersenyum lembut.

" Oia" aku penasaran. Menjatuhkan badanku kesamping.

Ia kemudian beranjak melewati tubuhku kulitnya yang hangat mengenai perutku. aku menahannya tetapi ia mengelak sambil tersenyum menggoda. Ia mengambil sesuatu di laci nakas samping tempat tidru. Menyerahkan sebuah kotak beludru berwarna merah.

" Kau ingin melamarku" ucapku jahil.

 Ia memonyongkan bibirnya. Aku tertwa

" Ayo bukalah" pntanya.

Aku penasaran. Membuka kotak itu dan melihat isinya. Sebuah benda berwarna putih kecil panjang. Dengan dua garis merah ditengahnya. Aku manatapnya. Ia terlihat bahagia. Aku memandangnya sejenak. Mencoba berpikir tenang. Apakah ini alat test kehamilan. Dan ia seperti bisa menebak pikiranku dan mengangguk.

Aku memeluknya.

" Aku hamil Zayn" ucapnya bahagia.

Dan ia terisak. Aku mendekapnya erat. Tak bisa berkata-kata. Aku bahagia sekali. Menciumi puncak kepalanya. Membenamkan wajahku dirambutnya yang wangi jasmine. Aku ingin bicara tetapi suaraku tertelan di leherku.

Dua tahun penantian kami tidak sia-sia. Usaha kami berakhir bahagia, bolak-balik ke dokter ahli untuk mengikuti aneka terapi. Usaha Queeni mengikuti segala macam terapi kesuburan. Meminum aneka obat dan menerima segala macam suntikan hormon yang merusak mood berakhir bahagia.

" Zayn" ucapnya lagi. Ia masih terisak pelan

" Sstt" ucapku.

Ia melepaskan pelukannya. Ia tersenyum ke arahku yang hanya tersenyum menahan keharuan. Aku tidak mungkin menangiskan.

" Aku hamil" ucapnya terisak lirih.

Aku mengangguk " Aku akan jadi ayah" ucapku perlahan

" Dan kau akan jadi ibu" ucapku sambil memencet hidungnya. Ia terkekeh.

" Jadi berapa bulan?" Tanyaku antusias

" Sekitar 8 minggu, nanti kita kedokter ya Zayn" pintanya.

Aku mengangguk tersenyum. Mencium keningnya lagi.

" Zayn" ucapnya

" Yah honey?" Aku mendekapnya.

" Kau ingin anak laki-laki atau perempuan?" Tanyanya

" Apapun, bagiku semuanya sama asyiknya. Apalagi jika langsung dua. Tapi yang penting kau sehat" ucapku bahagia. Ia tersenyum lembut.

" Jika perempuan di beri nama siapa ya?" Matanya melirik ke atas seolah berpikir.

Aku tertawa. " Jangan Salma, nanti cerewet seperti ibunya" sahutku.

Ia cemberut sambil mencubitku.

" Jangan Zayn juga, nanti mesum seperti bapaknya" sahut Queeni.

Dan kami berdua tertawa.

“ Kau tidak keberatan kan Zayn jika nanti membantuku merawat bayi. Bayi itu berisik Zayn”

“Sudah kuduga, mereka seperti ibunya, cerewet” ucapku jahil

“ Zayyyynnn” Queeni mencubit perutku kencang dengan wajah gemas dan kesal. Aku tertawa terpingkal-pingkal. Menggodanya adalh hiburan paling menyenangkan.

" Tidurlah, kau harus banyak istirahat" ucapku.

Ia tersenyum aku memeluknya. Kami saling mendekap di bawah selimut hangat. Doha sedang puncak musim dingin. Ia menyurukkan kepalanya ke dadaku. Aku mengecup keningnya.

" I love you my Queen". Bahagia itu membuat dadaku rasanya ingin meledak.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2014 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My QueenWhere stories live. Discover now