CHAPTER 9 - [Venice]

8.2K 1.1K 70
                                    





Jong-in baru saja selesai mandi ketika ponselnya berbunyi, lantas ia segera berlari dan tak sengaja terpeleset karena kakinya masih basah. Kesialan di pagi hari biasanya akan berlanjut sampai malam—setidaknya begitulah keyakinan Jong-in.

Sambil mengelus pantatnya, Jong-in memilih untuk berbaring miring di kasur. Ia meringis menahan sakit.

"Ada apa denganmu?" tanya suara dari seberang.

Jong-in mengerang, "Pantatku, ah, aku terpeleset tadi," gumamnya masih kesakitan.

Jujur, Hee-ra ingin tertawa mendengar Jong-in terpeleset. Tapi ayolah, ia tidak sejahat itu untuk tertawa di atas penderitaan orang lain. Walaupun sebenarnya cukup sulit menahan tawa yang mendorong keluar.

"Ya! Jangan tahan tawamu, Shin Hee-ra. Aku tahu kau ingin tertawa, ck," protes Jong-in yang berhasil membuat Hee-ra kehilangan kekuatan untuk menahan diri.

Sementara Hee-ra tertawa terpingkal-pingkal, yang dilakukan Jong-in hanya mengangguk-anggukkan kepala sembari memasang ekspresi tersakiti. "Ya, teruslah menertawakanku. Untung aku tidak lumpuh karena terpeleset."

"Oh ayolah." Hee-ra berusaha menghentikan tawanya dan kembali berucap, "Berhati-hatilah lain kali."

"Ah, aku tahu." Jong-in merenggangkan tubuh. "Aku merindukanmu, mau berangkat bersama?" tawarnya.

"Aku di Bandara."

"Apa?"

"Kubilang, aku di bandara."

Jong-in terduduk, ia membulatkan mata. "Kenapa kau ada di bandara? Maksudku, kau mau ke mana? Kau tidak mengatakan apapun padaku?"

Hee-ra terkikik hambar. "Aku lupa memberitahumu kemarin, hehe."

Mendengar jawaban gadis itu, air muka Jong-in berubah datar. "Jadi, kau mau ke mana?"

"Mmm... Venice."

"Venice?"

"Ya."

"Dengan?"

"Keluargaku."

Mungkinkah Se-hun juga ikut? Maksudku, pria itu adalah pengusaha yang cukup sibuk. Jadi kemungkinannya sangat kecil ia akan ikut dalam liburan keluarga semacam ini. Semoga saja begitu.

"Kakakmu?"

"Tentu saja ikut."

"Sialan." Jong-in langsung memutus panggilan begitu selesai berkata tanpa menunggu balasan Hee-ra. Ia yakin sang kekasih akan kebingungan mendengar ucapannya barusan, tapi mau bagaimana lagi? Jong-in sangat tidak suka Hee-ra dan Se-hun berdekatan, terlebih lagi, mereka akan pergi ke negara lain sekarang.

Haruskah Jong-in menyusul?

Se-hun menguping dari balik dinding, ia tersenyum pilu saat Hee-ra berpamitan pada Jong-in. Cinta memang membingungkan, terkadang yang paling berjuang malah tak pernah dipandang. Menyakitkan, tapi apa daya? Itulah kenyataan.

Tanpa bertegur sapa atau sebatas basa-basi, mereka masuk ke pesawat dan duduk di kursi masing-masing. Shin Jae-woo bersama Kang So-hee, sementara Hee-ra bersama Se-hun. Mereka bagaikan air dan minyak, berada dalam satu tempat namun tak pernah menyatu, juga tak saling menyakiti. Hanya terdiam, sibuk pada pikiran masing-masing, terlalu klise untuk diceritakan.

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang