Part 3

11.6K 1.3K 46
                                    

Sarapan sudah selesai Ibu Mae mengambil rantang untuk neneknya Icha. Ia menduakan makanan untuk mereka yang sebelumnya sudah dipisahkan. Icha kembali menolak. Siapa lagi kalau bukan Ibu Mae, ia akan terus memaksanya.

"Icha ini untuk nenek sama kakek dirumah ya," Ibu Mae mengangsurkan rantang itu. Icha mengambilnya dengan ragu. Ia malu, apalagi ada Roland. Ia seperti benalu yang hinggap di Ibu Mae.

"Terimakasih, mak," ucapnya pelan.

"Sudah jangan malu, Icha. Kamu sudah mamak anggap anak sendiri. Roland anterin Icha!"

"Mak, ini kan sudah siang masa iya dianterin?" Roland yang masih duduk di meja makan. Ibu Mae melotot sampai matanya ingin keluar. Roland takut dan akhirnya setuju mengantarkan calon mantu idaman mamaknya.

Di jalan tetangga berbisik-bisik melihat mereka berdua. Roland yang tampang selengehan biasa saja menanggapi kemayuannya. Ia tidak ambil pusing yang penting ia tidak minta makan ke tetangganya.

"Nama kamu Icha?" Roland berbasa-basi.

"Iya, A." AA adalah sebutan untuk menghormati pria yang lebih tua. Panggilan itu untuk orang Jawa Barat dan sekitarnya.

"Icha?"

"Ya," gadis itu mengangkat kepalanya. Sejak tadi ia hanya menunduk sambil mengukur jalan.

"Bisa tolong fotoin?"

"Fotoin?" Roland mengangguk. Ia merogoh ponselnya diserahkan pada Icha. Dengan background pesawahan akan terlihat keren. Icha menatap lama ponsel Roland. Ini pertama kalinya ia memegang ponsel mahal. Icha sampai terharu.

"Ini caranya bagaimana, A?" Roland mendekat dan memberitahu bagaimana cara mengambil fotonya nanti.

"Sudah mengertikan?" anggukan kepala menjadi jawabannya. Roland berpose berdiri dengan kedua tangan dimasukan ke sakunya.

Cekrekk...

"Satu lagi ya, cha!" serunya.

Cekrekk..

Roland berlari kecil melihat hasilnya. Di foto itu ia keren dan tidak terlihat bahwa ada yang lain dalam dirinya. Icha sampai terbuai harumnya parfum yang Roland pakai. Dari jarak sedekat ini Icha grogi. Ia belum pernah dekat dengan pria manapun.

"Terimakasih ya, Cha,"

"Iya, A."

"Kita lanjutin lagi ke rumah kamu." Roland menepuk jidatnya. "Bisa kamu tunggu disini sebentar?"

"Kenapa memangnya?" Icha tidak mengerti.

"Tunggu sebentar saja ya," Pria gemulai itu berlari ke rumahnya. Icha memandangi Roland yang pergi. Terlintas ia menyukai sifat Roland yang baik walaupun ada yang janggal dengan tingkahnya. Di matanya pria itu menarik perhatiannya. Roland pulang mengambil kunci mobil untuk membuka bagasi. Disana semua oleh-oleh dari Jakarta tersimpan. Ia mengambil satu plastik untuk Icha. Kemudian kembali ke gadis itu sambil menenteng plastik oleh-oleh.

"Ini buat kamu,"

"Tapi A.. " Roland menarik tangannya memaksa. Mau tak mau Icha memegangnya. Ibu dan anak samanya, pemaksa.

"Terimakasih ya, A," ucapnya tulus.

"Sama-sama, Icha."

***

Siang harinya Ibu Mae sudah membagikan oleh-oleh. Saatnya duduk santai di ruang tamu. Disana juga ada Roland yang memainkan ponselnya. Ibu Mae ingin memulai berbicara serius dengan Roland. Ini adalah kesempatannya. Kapan lagi putranya pulang?.

Mantu Idaman (ONLY IN DREAME/INNOVEL/MARIBACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang