Chap 3

5.8K 277 11
                                        

CHAPTER 3

.

"Apa Dr. Bianca ada di ruangannya?"

"Apa anda Nona Emily?"

"Ya."

"Mari ikut saya." Emily pun mulai melangkahkan kakinya mengikuti wanita bertubuh semampai di depannya −yang ia tahu adalah seorang perawat yang menjadi asisten Bianca. Berjalan selama lima menit, akhirnya mereka pun sampai di sebuah ruangan salah satu psikiater yang cukup dielu−elukan disini. Baru saja Emily ingin melangkah masuk, seorang gadis dengan rambut acak−acakan langsung menghadangnya. Emily tersentak saat menyadari kalau gadis itu salah satu pasien di rumah sakit jiwa ini. Gadis itu memiringkan kepalanya lucu, lalu tersenyum lebar.

"Huwaahhh, apa kau seorang malaikat? Apa kau malaikat cantik yang dikirimkan Tuhan untuk menyelamatku dari amukan ayahku yang jahat?" Gadis itu menggoyang−goyangkan lengan Emily manja dan memaksa Emily untuk mengatakan iya. Tiffany, asisten Bianca langsung menarik bahu gadis itu dengan lembut, sedikit menjauhkannya dari Emily agar tak bisa menjangkau gadis manis itu.

"Maafkan dia, Nona Emily. Masuklah. Dr.Bianca sudah menunggu anda." Emily menatap gadis itu lalu tersenyum lembut.

"Segeralah sembuh." Bisik Emily lirih pada gadis gila itu. Gadis itu memekik senang lalu memeluk Tiffany dibelakangnya. Emily kembali mengulum senyuman lembut dan segera masuk ke dalam ruangan dengan dinding berwarna cream itu. Tangannya menutup pintu sedangkan matanya sibuk mengamati ruangan Bianca yang terlihat seperti ruangan santai daripada sebuah ruangan dokter.

"Ah, kau datang!"

"Jadi, kenapa kau memanggilku kemari?"

"Ck, kau ini tak sabaran ya. Selalu saja berbicara pada intinya. Sekali−kali berbasa−basilah sedikit." Bianca mencibir namun Emily itu hanya merotasikan bola matanya bosan. Bahkan saat sedang bekerja saja, Bianca itu tetap saja cerewet. "Duduklah dengan santai, anggap saja rumah sendiri." Emily berdecih geli. "Jus stroberi kesukaanmu! Aku sudah menyiapkannya lima menit tadi." Bianca tersenyum lebar sembari memberikan 2 gelas minuman dingin pada Emily. Gadis pendek itu tentu saja menerimanya, terlebih ini jusstrawberry yang nikmat itu. Siapa yang bisa menolaknya? Sementara Bianca sendiri tampak sudah menenggak jusnya. Sembari meminum minuman pertamanya, Baekhyun melirik kertas−kertas yang tengah dibaca Bianca.

"Apa itu?" tanyanya penasaran.

"Data milik Rean." Bianca lalu menatap Emily. "Aku kira kau memerlukan bimbinganku jika ingin membuat Rean sembuh, benar?"

"Tentu saja."

"Jadi begini-" Bianca mengetuk−etukkan jarinya di atas kertas berisikan diagram aneh yang Emily tak mengerti. "Ini adalah data perkembangan Rean. Kasus yang terjadi pada Rean adalah kasus langka. Jarang ada kecelakaan yang akan mengakibatkan rusaknya saraf seperti Rean. Karena kau adalah istrinya"

Ada beberapa cara yang mungkin bisa mendewasakan Rean dengan bantuanmu. Aku akan menjelaskannya secara detail padamu. Jadi, ingat baik−baik oke?" emily mengernyitkan dahinya bingung. Apa dengan maksudnya mendewasakan Rean dengan bantuannya? Apa itu sesuatu yang pribadi dan hanya dia yang bisa melakukannya? Apa itu terdengar sedikit... mesum? Well, salahkan saja otak Emily itu. "Apa kau pernah mendengar Rean berbicara seperti orang dewasa pada umumnya?" ucapan Bianca berhasil membuyarkan lamunan absurd Emily beberapa detik yang lalu.

"Aku tak tahu, ah tunggu-" Emily tiba−tiba mengingat percakapannya dengan Rean kemarin. "Ketika kami membuat kesepakatan untuk memanggil dengan sebutan spesial, Rean tiba−tiba bersikap seperti bukan bocah. Maksudku, dia tiba−tiba terdengar romantis dan bermulut manis."

Normal?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang