#5) and that's the ingridients to make Ricotta

12.8K 1.3K 238
                                    

#5) and that's the ingridients to make Ricotta

.

.

.

.

.

.

Tidak ada yang merencanakan ini, kok. Serius.

Dua tahun berlalu. Tak ada pertemuan langsung yang menyebabkan interaksi dari masing-masing pihak. Namun pada ulang tahun ke-9 anak pertama Bulan dan Reza, yakni Bumi, mereka akhirnya dipertemukan kembali.

Berawal dari salam-salaman dengan beberapa teman yang mereka kenal, kemudian tak sengaja menemukan sosok satu sama lain, mereka pun berbarengan membeliakkan mata, lalu:

"Wew." Bintang tersenyum miring. "Look at what we have here."

Friska ikut tersenyum sembari berjalan mendekat. "Kemana aja, lo Tang?" Gadis itu bersalaman dengan Bintang. Dan, ketika ia melihat sosok Reza berinteraksi dengan tamu di rumah ini, sekarang sudah tak terasa menyakitkan seperti dulu. Ia justru turut bahagia dengan adanya sosok imut anak-anak Bulan dan Reza. Kadang ia suka ke rumah Bulan untuk silaturahmi dan bermain dengan Bumi dan Rayya.

Sementara Bintang... Friska hanya mendapat sedikit kabar mengenai pria itu. Setahunya, Bintang sekarang kerja di Singapura dan terlihat baik-baik saja. Pria itu tak pernah terlihat batang hidungnya apabila ada acara-acara di keluarga Bulan. Tapi Bulan berkata kepadanya bahwa hubungannya dengan Bintang sudah membaik, begitu juga dengan hubungan Bintang dan Reza.

Benar ternyata, kadang manusia hanya memerlukan waktu untuk menyembuhkan luka batin mereka, untuk memaafkan, untuk menerima kembali, batin Friska sambil tersenyum. Buktinya, kini ia sudah melihat Bintang berada di hadapannya. Terlihat segar potongan rambut baru, kaus putih yang dilapisi jaket kulit, celana jeans gelap, dan arloji warna perak yang melingkar di tangan kirinya.

Pria itu tersenyum. "Pindah kerja aja gue di Spore. Lo sendiri? Udah pindah kerja?"

"Hehehe, nggak jadi pindah, Tang. Setelah liburan ke Italia itu gue pikir gue harus bisa hadapin Pak Reza, apa pun kondisinya. Gue nggak mau lari."

Senyum Bintang mengembang. "Nice." Pria itu berjalan, menarik Friska menjauhi kerumunan agar bisa bicara lebih leluasa. Taman di belakang rumah Bulan pun jadi pilihan Bintang untuk menghabiskan waktu selanjutnya. "Lo udah oke?"

"Oke gimana?"

Bintang mengangkat bahu. "Reza."

"Ohh." Nada santai yang digunakan Friska itu membuat Bintang menaikkan alis. "Udah biasa aja sih sama Pak Reza. Gue lebih nganggep dia kayak abang gue aja. Toh juga gue sama Mbak Bulan suka ngerumpi-rumpi gitu, jadi kami juga tambah deket. Hehehe...."

"I see." Terangguk, Bintang menatap lega ke air mancur kecil di ujung taman. Menikmati suara aliran airnya. "Eh, gimana kabar lo sekarang?"

"Baik kok, Tang. Lo gimana di Spore?"

"So far so good." Bintang lalu menambahi, "I feel better."

"Wuih." Friska berdecak-decak kagum. "Mantap. Pasti banyak cewe-cewe bening di sana sampai lo kayak gini."

Spontan Bintang terbahak. "Ngawur lo. Biasa aja sih. Ada plus-minusnya sendiri kerja di negeri orang. Tapi ntar gue balik kerja di Indo, kok. Gue kerja di Spore sebenarnya cuma buat satu project besar aja. Nanti kalau udah kelar ya, gue balik kerja di sini."

"Ohh." Friska manggut-manggut. Angin sepoi-sepoi di sore hari menyibak rambut mereka, menimbulkan gemerisik-gemerisik pada dahan-dahan pohon dan semak-semak di taman. "Eh, uh, lo sendiri gimana sekarang sama Mbak Bulan? Dia bilang kalian udah baikan."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 06, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cheesy | ✓Where stories live. Discover now