8. Zen: Bahaya yang Datang

935 133 25
                                    

Artikel di surat kabar Soeara Melaijoe yang tergeletak di kursi di dalam kereta kuda tak henti menarik perhatianku sejak meninggalkan stasiun.

Ada penyerangan di Telukawur. Sudah dua gadis tewas dalam penyerangan ini.

Pola dan kejadiannya persis seperti di Batavia waktu itu: korbannya wanita, kejadiannya di malam hari, dan kondisi korban hampir tanpa tanda-tanda kekerasan sama sekali kecuali luka sayatan kecil di leher mirip gigitan serangga. Ini serangan vampir, tidak salah lagi. Sudah dua korban tewas, tapi parahnya, aku baru menyadari berita ini kemarin.

Sudah satu bulan aku meninggalkan Rini sendirian di rumah karena ada urusan perdagangan yang tidak bisa ditunda dengan beberapa relasi dari Belanda yang tidak bisa ditolak. Akibatnya, sekarang ada sesuatu yang mengganjal di hatiku karena sudah meninggalkannya untuk waktu yang lama. Selama dua minggu, aku mengabaikan koran sama sekali dan begitu menyadarinya, seluruh koran berbahasa Melayu dipenuhi berita-berita penyerangan misterius yang melanda seluruh pulau Jawa beberapa minggu belakangan yang ternyata mulai menyebar dalam jangkauan lebih luas.

Mungkinkah dia juga sudah berada di Telukawur? Setelah enam bulan, kupikir akhirnya dia menyerah dan tidak lagi mencari Rini. Tapi memang tidak mungkin dia melepaskan Rini, itu sama sekali bukan tabiatnya.

Sudah seribu tahun dan dia masih saja belum berubah.

Sambil mendecih kesal, aku terus memandangi jendela. Rumah-rumah yang ramai berlalu pergi dari jendela, berganti rumah-rumah kecil. Antara satu rumah dengan rumah lain terdapat jarak yang lumayan jauh, muat untuk dibangun satu sampai tiga rumah lagi. Orang yang berlalu lalang berangsur-angsur berkurang jumlahnya semakin aku masuk desa. Kendaraaan dan kereta kuda berkurang sampai hampir tidak ada sama sekali saat aku tiba di bagian pusat desa. Jalanan halus berganti jalanan kasar yang membuat kereta kudaku berguncang hebat. Tinggal dua jam lagi aku akan samapi dan matahari belum akan terbenam hingga lima jam ke depan. Masih aman. Untungnya jalanan kali ini kering dan sedang kemarau. Kalau tidak, perjalanan bisa sangat panjang dan aku baru akan tiba di rumah malam hari.

Ketika guncangan berhenti dan sais yang kusewa membuka pintu kereta, aku melangkah keluar, tiba di rumahku yang kelihatannya masih baik-baik saja. Aku menghirup udara, mencium aroma di udara menjadi sedikit berbeda. Seingatku saat aku pergi bau rumah ini, aromanya biasa-biasa saja, tapi sekarang bau tanah, air, dan bau tanaman busuk yang kemungkinan berasal dari pupuk, tercium kuat, dan ada suara-suara lain di dalam yang membuatku semakin bingung.

Kubayar sais yang kusewa dan langsung menyuruhnya pergi. Sais itu tampak suram setelah menerima kepingan gulden dariku. Setelah menerima bayaran dan tidak ada lagi urusan denganku, dia harus segera berangkat pulang, melewati jalan rusak yang sama dengan saat kami berangkat tadi tanpa diberi sedikit pun waktu istirahat. Kasihan. Sejujurnya, aku akan senang hati mengundangnya masuk dan minum-minum, tapi peraturan itu hanya berlaku di rumahku yang lain, bukan rumah ini.

Aku mencoba membuka gerbang. Terkunci. Kuketuk pintu kayu itu dan lantas menunggu.

Terdengar bunyi langkah kaki mendekat. Sesuatu beraroma tanah dan rempah-rempah tercium mendekat ke arah gerbang tempatku berdiri. Terdengar buyi buk pelan dan suara langkah itu berhenti sebentar. Beberapa detik kemudian bunyi langkah itu terdengar lagi dan terdengar bunyi klik dari pintu gerbang.

Pintu gerbang mengayun terbuka sedikit, memperlihatkan hanya sebelah mata dan sedikit wajah dari pemilik rumah yang tidak bisa ditebak apakah laki-laki atau perempuan.

"Raden?" Mulut sosok itu, yang hanya terlihat sedikit, memekik ngeri, seperti melihat hantu. Itu bukan tatapan yang asing untukku. Ada banyak orang yang memandangku seperti itu dan Rini sudah tahu apa aku ini, jadi dia berhak memandangku seperti itu. Namun sejujurnya, ini pertama kalinya dia memandangku seperti itu. Apa aku sudah berubah selama satu bulan?

Blood and RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang