3.Hamil?

24.6K 1.4K 11
                                    

Stefy berjalan kesana-kemari mencari keberadaan Anesia yang menghilang dari ruang perawatanya.

Stefy merasa begitu khawatir dengan keadaan Anesia yang belum stabil apalagi dengan segala peristiwa yang di alaminya hari ini.

Langkah Stefy terhenti di taman rumah sakit.Perlahan Stefy menghampiri sosok Anesia yang tampak begitu memprihatinkan.

Stefy nyaris menangis melihat kondisi sahabatnya yang begitu menyedihkan.Wajah cantik Anesia tampak begitu pucat,sepasang iris coklat madu yang dulu terlihat bersinar kini terlihat hampa dengan air mata yang terus keluar.

Stefy langsung mendekap tubuh Anesia.

"Nes apa yang sebenarnya terjadi?"tanya Stefy lirih berusaha menahan air matanya melihat kondisi Anesia,tapi hanya kesunyian yang di dapatkanya Anesia seperti patung yang hanya terdiam dengan tatapan kosong.

"Nes ku mohon jangan begini ceritalah padaku agar kita bisa berbagi jangan menanggungnya sendiri"pinta Stefy sambil mencengkram bahu Anesia memaksa Anesia menatapnya.

"Aku hanya ingin menunggu Reven Stef,dia berjanji akan kembali"kata Anesia.Dada Stefy terasa sesak mendengar jawaban lirih sahabatnya.Dia tahu satu kenyataan yang Anesia tidak tahu Reven tak akan kembali pada Anesia karena tadi saat mencari Anesia Stefy melihat ruangan Merry yang telah ramai mempersiapkan pernikahan antara Merry dan Reven.

"Nes di sini tidak baik untuk kesehatanmu ayo kita kembali ke kamarmu kita tunggu Reven di sana"bujuk Stefy setetes air mata jatuh membasahi pipinya.Dengan cepat Stefy menghapus air matanya tak ingin Anesia melihatnya.

"Tidak Reven memintaku menunggunya di sini"tolak Anesia sambil memalingkan wajahnya.

"Nes kau harus istirahat setidaknya perhatikan kesehatan calon bayimu"pandangan Anesia langsung teralih menatap Stepy.

"Ba...bayi?"tanya Anesia lirih.Tanpa sadar tangan Anesia membelai lembut perut datarnya.Stefy mengangguk sebagai jawaban.

Hati Anesia tiba-tiba menghangat begitu tahu ada kehidupan lain di dalam perutnya.Seketika ingatan pertemuannya dengan Reven dua bulan lalu menyeruak di ingatanya.Pertemuan yang berujung kenangan manis untuknya dimana dia menyerahkan dirinya sepenuhnya untuk Reven.

Ternyata perbuatanya dan Reven malam itu membuahkan hasil yang tak terduga.

Anesia hamil,hamil anaknya dan Reven.

Anesia segera berdiri dari duduknya dan langsung berlari menghiraukan teriakan Stefy yang memanggilnya.

Anesia harus menemui Reven,dia harus meberitahu Reven soal kehamilanya.

Anesia yakin saat Reven tahu tentang kehamilanya Reven akan membatalkan pernikahanya dengan Merry.

Anesia berlari cepat menuju ruang rawat Merry.Anesia terengah-engah begitu sampai tepat di depan ruangan tempat Merry di rawat.Anesia mencoba mengatur nafasnya,tanganya hendak membuka pintu ruang rawat kakaknya tapi pintu di hadapanya telah lebih dulu terbuka.

Sosok ibunya keluar dari ruangan itu.

"Apa yang kau lakukan di sini?"tanya ibunya matanya menatap tajam Anesia.

"Aku ingin bertemu Reven bu!tolong biarkan aku masuk"pinta Anesia.

"Kau tidak boleh bertemu dengan Reven lagi sekarang Reven dan Merry sedang menikah kau tidak boleh mengacaukan pernikahan kakakmu lagi"tubuh Anesia membeku seketika begitu mendengar perkataan ibunya.Anesia tidak ingin percaya pada perkataan ibunya tapi suara bariton seorang pria yang terdengar mengucapkan ijab kabul di dalam ruangan itu meruntuhkan kepercayaanya.Suara itu adalah suara Reven kekasihnya ayah dari calon anaknya.Hati Anesia hancur berkeping-keping kebahagiaanya saat mengetahui kehamilanya musnah tanpa sisa.

Nyonya Maria menarik Anesia menjauh dari ruang rawat Merry dan Anesia hanya terdiam dan pasrah.

"Kalau kau masih menganggap aku ibumu mulai sekarang kau harus menjauhi Reven karena Reven telah menjadi kakak iparmu kau mengerti?"kata nyonya Maria dengan suara tajam.

"Aku hamil bu,aku hamil anak Reven jadi tolong bu batalkan pernikahan Reven dan kak Merry ku mohon?"Tubuh Anesia roboh berlutut di kaki ibunya air mata mengalir deras di pipinya,tubuh nyonya Maria membeku seketika.

"Kau berbohongkan?"tuduh nyonya Maria tak percaya.

"Aku tidak berbohong bu aku mengandung anak Reven jadi tolong bu aku mo..."

"Gugurkan"kata nyonya Maria dengan dingin.Mata Anesia terbelalak lebar tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Kau tidak boleh merusak kebahagiaan kakakmu sendiri jadi gugurkan anak haram itu,lalu pergilah ke luar negri ibu akan mengurus semuanya"hati Anesia yang telah hancur kini kembali hancur tak tersisa perkataan kejam ibunya telah sukses membuat luka yang begitu dalam di hatinya.

"Ibu pernahkah kau menyayangiku seperti kau menyayangi kak Merry?"tanya Anesia lirih pandanganya telah kabur oleh air mata.Anesia mematap sosok wanita yang selama ini di panggilnya ibu menuntut jawaban dari wanita di depanya,tapi nyonya Maria memalingkan wajahnya.

"Aku berharap kau tidak ada di sini lagi saat Reven dan yang lainya keluar dari ruang rawat Merry ketika acara pernikahan telah selesai,kau tidak boleh merusak kebahagian mereka karena mereka berdua saling mencintai jadi berhentilah bersikap egois"perintah nyonya Maria dingin

"Apa maksud ibu,Reven mencintaiku bu bukan kak Merry"kata Anesia berusaha menyangkal perkataan ibunya.Nyonya Maria tersenyum sinis mendengarnya.

"Siapa bilang Reven mencintaimu Reven hanya mencintai Merry,mereka bahkan berpacaran sebelum kau mengenal Reven mereka saling mencintai jadi ibu mohon jangan pernah muncul lagi di hadapan mereka dan merusak semuanya"kata nyonya Maria dingin.Tubuh Anesia terasa lemas seketika mengetahui segala kenyataan yang ada. Reven dan kakaknya saling mengenal dan pernah menjadi sepasang kekasih.Bibir Anesia tertarik membentuk senyuman miris menertawakan kebodohanya selama ini.Kini dia tahu alasan Reven tak bisa membatalkan pernikahanya dengan Merry tidak lain karena Reven masih mencintai Merry.
Lalu apa arti dirinya selama ini.

"Pergilah jangan pernah muncul lagi di hadapan Merry dan merusak kebahagianya,aku akan menyiapkan semuanya,jangan pernah muncul sebelum kau menghilangkan makhluk itu"perintah nyonya Maria dingin lalu berlalu pergi meninggalkan Anesia dengan segala luka di hatinya.Luka yang tak akan bisa terobati.

"Jangan khawatir ibu!kalian tidak akan pernah melihatku dan calon anakku lagi untuk.........selamanya akan ku pastikan itu"bisik Anesia senyuman miris terukir di wajah cantiknya yang tampak begitu menyedihkan di penuhi air mata.

Anesia menghapus air matanya.Melangkah gontai menyusuri koridor rumah sakit.Anesia terus berjalan hingga keluar dari area rumah sakit menghiraukan orang-orang yang menatap aneh padanya.Anesia tidak perduli lagi dengan pandangan semua orang.Bagi Anesia dunianya telah berakhir sejak Reven mengucapkan ijab kabul dengan kakaknya,hatinya sudah mati saat ibunya menyuruhnya menggugurkan kandunganya.Jadi tak ada gunanya lagi ia hidup.

Anesia mengentikan langkahnya di atas sebuah jembatan.Mata coklat madunya menatap aliran deras air sungai yang berada di bawah jembatan.

"Apa bila aku melompat luka ini akan hilang apa dengan melompat sakit di hatiku akan musnah?"tanya Anesia pada dirinya sendiri.

Ya setidaknya dengan mati Anesia akan mengabulkan permintaan ibunya yang berharap Anesia tak muncul lagi di hadapan Merry.

"Nak maafkan ibu yang tidak membiarkanmu melihat dunia setidaknya kita akan tetap bersama kau tidak akan kekurangan kasih sayang seperti ibu"bisik Anesia lirih sambil membelai lembut perutnya tempat calon anaknya berada.

Perlahan kaki Anesia menaiki pembatas jembatan.Anesia memejamkan matanya bersiap melompat dan semuanya berubah menjadi gelap.

Bersambung.

Vote and comment please!!!

HURT (my Sister Is My Enemy)Where stories live. Discover now