PW-11. Kemarahan belum berakhir

190K 9.4K 240
                                    

***

AUTHOR POV

Kalau bisa, mungkin Emilia akan lebih memilih tinggal di apartemen saja, daripada menginjakkan kaki di sekolah. Sungguh, hari ini dirinya benar-benar malas untuk melakukan kegiatan apapun.

Sikap Azhar yang belum berubah, penyebab dari semuanya. Sampai sekarang, Emi belum mengerti. Apa dan kenapa? Hanya dua pertanyaan itu yang selalu terngiang dalam benaknya.

Begitu memsuki kelas, orang yang pertama kali Emi lihat adalah Zahra. Melihat gadis itu, otomatis Emi akan teringat kembali pada kak Azharnya.

"Pagi Em...," sapa Zahra. Emi hanya menanggapi dengan gumaman saja. Dirinya hanya berharap, semoga saja Zahra tidak menjadi sasaran kekesalan Emi, kekesalan yang disebabkan oleh Kakak gadis itu.

"Kenapa? Apa ada masalah?" Zahra berpindah tempat. Duduk di depan bangku yang Emi duduki.

Emi menghela napas, sebelum berujar. "Tugasku belum selesai." Alasan yang sebenarnya bukan hal itu. Tapi, di sini Emi juga tidak sepenuhnya berbohong. Tugasnya memang belum selesai kok.

"Tumben belum?" Zahra menyipitkan sebelah matanya. Seperti biasa, kalau di kelas tidak ada orang, Zahra akan berani membuka kacamatanya.

"Ya mau bagaimana lagi ... memang begitu adanya," Emi berujar lesu. "pinjem tugas kamu dong. Kali ini aja. Hehe...." Kali ini Emi berujar sambil cengengesan.

"Demi apa? Seorang Emilia mau nyontek?" Zahra seakan tidak percaya. Sebelah tangannya sudah terulur menyentuh kening Emi. "tapi gak panas kok?"

"Ish ... Apaan sih Ra? memangnya orang nyontek harus sakit dulu apa?" seraya menepis pelan tangan Zahra dari keningnya. "Sini cepetan mana bukunya, nanti keburu masuk."

"oke--oke, bentar."

***

Bel istirahat telah berbunyi, Zahra sudah cengengesan di depan meja Emi.
Emi tidak meresponnya, otaknya tidak bisa berhenti memikirkan perubahan sikap Azhar.

Biarlah Zahra berdiri sampai kesemutan.

"Em ... ayo dong kita ke kantin. Pasti Bibi Dii sudah nungguin aku di sana."

"Gak mau ah, aku lagi gak mau ke mana-mana Ra. Kamu aja deh," Emi menjawab malas-malasan.

"Yah, Emi mah gak asik ah ... Kamu lagi ada masalah ya?" Zahra berucap sambil mendudukkan kembali tubuhnya, sampai duduk berhadapan dengan Emi.

"Kalau ada masalah, cerita dong sama aku," lanjutnya lagi.

"Aku gak kenapa-napa kok. Cuman lagi males keluar aja. Cepetan sana ke kantin, kasihan cacing-cacing kamu udah kelaparan,"

"Hehe ... Kamu tahu aja." Dia bangkit dari duduk nya. "aku pergi dulu ya, nanti aku bawain makanan deh!" Teriak Zahra, sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu.

Emi menutup wajah dengan kedua tangannya.

'Ya Tuhan ... Kali ini apa yang harus aku lakukan. Untuk membuat Kak Azhar kembali baik lagi padaku?'

Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang