TWO OWNERS × Part 10

513K 19.2K 1K
                                    

Author POV

       Gadis dengan tubuh berbalut selimut lembut itu menggeliat, menunjukan tanda-tanda akan bangun.

"Good morning, Harsha," ucap lembut seorang pria yang duduk di sisi ranjang.

Bagai suara petir mengetuk gendang telinga, gadis itu dengan cepat membuka mata dan terkejut melihat siapa pria itu.

"Kau!" katanya seraya setengah duduk dan ekspresinya begitu kaget.

Pria berpakaian santai itu menyunggingkan senyum. "Why don't you reply my words?"

"Why are you here?" Harsha justru balik bertanya.

"Apa salahnya?"

"Bukannya kau marah padaku, Marcell?"

Marcell tertawa kecil, mengabaikan pertanyaannya. "Keadaanmu berantakan."

Harsha mengernyit. "Uhm?"

"Itu membuatmu semakin jelek."

"Aku memang sudah jelek."

"Just kidding. You're so cute and sweet." Tiba-tiba saja Marcell mengelus puncak kepala Harsha sambil tertawa pelan.

Perlakuan Marcell membuat Harsha kaku, merasa aneh dan bercampur dengan rasa heran. Bukannya Marcell sedang marah padanya? Harsha ingat betul perkataan-perkataannya malam kemarin.

"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Marcell.

Harsha hanya diam tak bergeming. Dia ingat sesuatu, semalam dia menangis di walk in closet setelah Allard mentatto punggungnya. Lalu tertidur di sana masih berpakaian hanya tangtop dan celana pendek. Harsha baru menyadari jika ia memakai tangtop di depan Marcell. Dengan cepat Harsha menarik selimut sampai selimut itu menutupi sampai batas lehernya. Marcell mengangkat satu alisnya, melihat tingkah Harsha tampak was-was. Marcell mengerti dan tersenyum.

"Percuma kau tutupi. I've seen it since last night." Nada santai Marcell nyaris terdengar seksi.

Harsha membelalak matanya. "Kau--"

"Jangan marah dulu! Kau ini memang cepat sekali marah ya?" Marcell menggodanya.

Harsha memalingkan wajahnya dan menatap ke jendela yang tirainya sudah terbuka.

"Semalam aku menemukanmu di walk in closet. Kau tidur disana. Well, tidak ku sangka aku menemukanmu dalam keadaan yang begitu seksi," papar Marcell.

Harsha menatap tajam ke arah Marcell mendengar kata seksi darinya.

Apa Marcell juga sama seperti adiknya, si brengsek itu? Tanya Harsha dalam hati.

"Tatapanmu seolah-olah ingin membunuhku, jangan berpikiran yang tidak-tidak! Dengarkan aku dulu, baru kau boleh menilai. Tatapanmu terkesan kau memikirkan hal buruk soal diriku."

Harsha mengerjap dan lagi-lagi menatap ke arah lain.

Marcell berdehem. "Semalam aku lihat kalian, maksudku kau dan Allard bertengkar."

"Jangan bahas soal pria laknat itu! Katakan saja bagaimana aku bisa ada di ranjang ini," sergah Harsha.

Marcell menghela nafas. "Fine! Kendalikan emosimu, Nona. Kau nanti bisa darah tinggi."

"Biarkan saja, kalau bisa sampai pembuluh darahku pecah!" ketus Harsha.

Tidak bisakah gadis ini diajak bercanda? Dia benar-benar sensitif, batin Marcell.

Marcell tersenyum. "Soal penampilanmu tadi malam. Sempat aku berpikir apa kau sudah gila, dengan membiarkan udara dingin menusuk tulangmu. Aku datang setelah beberapa menit Allard keluar dari kamarmu ...."

TWO OWNERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang