Prolog

24.1K 1.2K 329
                                    

Kau.

Mulut ini membisikan namamu berulang kali seakan hal itu sesakti abrakadabra.

Kau.

Mata ini melirik sosokmu dalam beribu tolehan seolah detik waktu sanggup menelanmu tanpa jejak.

Kau.

Gemerisik simfoni angin bahkan kalah merdu dari teriakan busuk yang kerap kau lagukan.

Aneh. Kau, aku, perasaan asing ini sangatlah tidak lumrah.

Hn, aku ingin diam.

Membekap deru bahagia menggila, perih menyayat jua getar ilegal ini.

Namun ....

Cinta, maknanya tak hanya bisu kan? Apa kau ingat bila ia pun mengantongi sifat buta?

Retinitis pigmentosa. Cinta adalah kutukan masa lalu. Degenerasi hati yang terjadi membuat semua remang, hingga benar dan salah mustahil terlihat.

Aku tak berharap kau menyambutku dengan teori Hukum Newton. Kulantunkan bait-bait pemberani ini bukan tuk menjabat terima kasihmu.

Kau yang boleh kupandang tapi tak dapat digenggam, sepertinya apa kata Pascal adalah benar.

'Jika suatu zat cair dikenakan tekanan, maka tekanan itu akan merambat ke segala arah dengan tidak bertambah atau berkurang kekuatannya.'

Seberapa keras pun aku berlari ke arahmu, selama apa pun kuberkutat denganmu, telah berupaya sebuta mungkin pun, peranku tetap elektron kan?

Kepada zat yang kukasihi, mauku cuma satu jaga proton itu sebab bola atommu begitu sesak. Nanti, kan kutemui lembah nukleus mandiri. Di mana muatanku tak akan membuat bola atomnya timpang.

Sudah mencintaimu sejauh ini, aku bahagia.

Telah menjumpaimu dilajur ini, tak kan kulupa.

[1] Wedding Mate ( Sudah Dibukukan ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang