1

95.5K 8.7K 1.8K
                                    

chapter 1

Andai saja manusia zaman dulu punya kekuatan untuk berbicara dengan tumbuhan, mungkin mereka bisa mendengar jeritan tangis setiap saat.

***AQUA World***

Keadaan dimana sela-sela jari kaki bersentuhan mesra dengan air bukanlah hal yang aneh saat ini.

Kutelusuri jalan, memperhatikan terlebih dahulu rambu lalu lintas sebelum menyeberang. Kendaraan berhenti saat merah, dan bergerak saat hijau. Kenyataannya, tak ada yang membutuhkan rambu sialan itu, karena ada atau tidaknya rambu itu, kecelakaan tetap saja terjadi, sebab saat kendaraan di depan berhenti, kendaraan belakang tidak mungkin tidak menyenggol apapun yang ada di depannya.

Tidak ada yang bisa memprediksikan kecelakaan kecil seperti ini, tapi kecelakaan pada umumnya hanya akan membuat tabrakan kecil. Tidak ada yang mempersoalkannya dengan heboh seperti masa lalu.

"Mau menumpang?" tawar Cheryl sambil menggeser tempat duduk. Tiba-tiba saja kendaraannya itu berhenti di depanku saat aku hendak menyeberang. Di sisi lain, kendaraan lain bergerak tanpa mempedulikan Cheryl yang berhenti. Seperti yang kukatakan, tidak akan ada yang akan mempersoalkannya.

"Tidak, terima kasih," balasku singkat. "Aku tidak mau terlambat lagi bersama kendaraan lamban itu."

Cheryl tertawa kecil. "Ya, sampan memang lamban. Tapi setidaknya tidak membuat kakimu basah," jawabnya yang membuatku menatapnya datar. "Yah, kecuali kalau ada speedboat iseng yang membuat air masuk," tambahnya.

Kendaraan yang umum disini adalah sampan, perahu layar, speedboad, papan selancar, ferry, atau mungkin agar lebih mudah menyebutkannya, semua jenis perahu.

Selamat datang di bumi, planet yang identik dengan air. Planet dimana manusia berasal.

Aku tinggal di apartemen bersama Ibuku. Sebagian besar manusia sudah berpindah ke Mars dan memulai peradaban baru disana.

Percaya atau tidak, aku belum pernah bertemu dengan Ayah dan kedua Kakakku, itu karena perpindahan besar-besaran yang dilakukan limabelas tahun yang lalu, membuat Ibuku dan banyak orang lainnya tereliminasi. Alasannya karena Ibuku sedang mengandung saat itu, dan banyak orang-orang lain yang juga tereliminasi dengan berbagai alasan. Aku dan Ibuku masih tinggal di bumi sampai Mars benar-benar siap untuk ditinggali. Orang-orang yang sudah berpindah ke planet baru haruslah orang yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Berkat teknologi yang maju mereka berhasil menciptakan oksigen dan gravitasi sendiri.

Saat ini jumlah pulau di dunia berkurang drastis jika dibandingkan dengan tahun 2000-an, pastinya. Volume air mulai naik, entah sejak kapan. Bukan hal yang jarang melihat orang-orang mendayung sampan, perahu karet atau speedboad ke tempat tujuan mereka.

Mereka membuat sampan dari kayu yang sudah terendam oleh air beberapa ratus tahun lamanya, pemilihan kayu untuk pembuatan sampan pun tidak langsung pilih. Semua daunnya harus yang benar-benar sudah rontok-menandakan bahwa pohon itu tidak bisa lagi menghasilkan oksigen.

Beberapa tahun silam, semua pohon secara bersamaan merontokkan daunnya, membuat semua manusia di bumi panik tak karuan. Untungnya pemerintah sudah memprediksikannya dan mereka berhasil membuat tumbuhan buatan yang juga bisa menghasilkan oksigen (Tanpa proses fotosintesis).

Ketinggian air di daratan yang kupijak kira-kira sampai sebetisku, namun tak berhasil menyentuh ujung rok sekolah-ku yang berada tepat di bawah lutut. Semua bangunan di buat tinggi, rumah-rumah dibuat bertangga sebelum pintu masuk, pokoknya mirip rumah panggung namun berbahan dasar semen. Semennya terbuat dari batuan-batuan yang sudah mengikis menjadi pasir yang dikirim dari mars (kurasa itu sisa-sisa yang ingin mereka buang setelah eksploitasi besar-besaran).

AQUA WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang