Sartika pun mengangguk.

Pukul 00.15.

Sartika masih canggung di kamar ini. Tidak mungkin ia bisa istirahat dengan tenang bila bukan di kamarnya sendiri. Sedih rasanya harus berpisah dari Papanya.

Kamar ini memang sangat sejuk dan cukup besar. Banyak gambar2 motorGP di kanan-kiri dinding.

dan pasti foto seorang wanita dalam figura ada di meja kecil dekat tempat tidur.

'dia pasti wanita yang membuat Satria galau waktu di club malam' kira Sartika.

Dengan cepat, ia mencopot rambut palsunya dan riasan di wajahnya.

Sebelum masuk ke kamar ini, Satria berpisah dengan Sartika. Katanya ia akan melepon seseorang. Toh, itu juga bukan urusan Sartika.

Dalam sekejap, Sartika sudah menjadi dirinya sendiri. Bukanlah seorang pengantin paksaan lagi. Sekarang ia mengenakan baju tidur/piyama.

Ia pun segera naik ke ranajng dan berselimut.

'tidur mungkin akan membuat gue lupa kalo gue uda menikah dengan satria' ujarnya cepat.

Sartika memejamkan matanya berulang kali. namun tetap tidak bisa tidur. Malah rasanya tidak ada rasa kantuk. Padahal ini sudah mendekati jam 1 pagi.

Saat pernikahan tadi, Sartika memang tidak mengundang teman2 SMA-nya. Ia hanya mengundang k-4 sahabatnya. dan selain itu adalah teman2 Satria.

'gue mau balik' rengek Sartika kali ini terduduk di kasur.

'yauda balik aja ' kata seseorang.

Satria kali ini terkaget.

'NGAPAIN LO TIDUR DI RANJANG GUE!!' kata satria marah.

Sartika sedikit ngeri.

'yeeee, gue capek banget. malam ini aja gue tidur disini' kata Sartika keukeh.

'ya tapikan ....' ia sudah ingin mencerca namun tidak dapat terungkap.

'ntar ranjang gue bau wanita. gue gak suka' ujarnya tidak suka.

'bodo' amet. lo cari kamar yang lain aja' kata Sartika kali ini berbaring dan berselimut.

Sepertinya Satria tidak terima. Ia mendekat pada Sartika. Ia menarik selimut itu. Namun tenyata Sartika juga menahannya. Ia menyembunyikan kepalanya dalam selimut.

'pindahhh .. gue mau tidur disiniii!!!!' bentaknya masih menarik keras selimut itu.

'gue kan tamu. berarti lo yg ngalah' kata Sartika dengan kepalanya yg nongol cepat.

'tapi ini rumah gue. dan yg lo tidurin itu ranjang gue. ini juga selimut gue.' tuturnya sangar.

Tiba2 saja Satria jatuh ke hadapan Sartika.

Satria tidak tau harus berkata apalagi. Karena nafasnya memburu bersama hembusan nafas Sartika. Malah hidung mereka sudah beradu lebih dulu.

Klik. Pintu kamarnya terbuka.

'kalian ini kok ribut mal........' kata2 mama satria menggantung. Keduanya menoleh ke pintu.

'sorry mama gak tau' Pintu pun segera ditutup.

Keduanya masih tidak menyadari apa yang terjadi.

'jangan kurang ajar.!!' Sartika kali ini sadar dan segera mendorong Satria jauh.

'nyokap pasti mikir aneh2' kira Stria.

'itu karena lo yg gak mau ngalah.' ledek sartika.

'yauda. hari ini kita tidur satu ranjang. tapi dipisah sama guling. puas lo' kata Sartika sebagai jalan keluar.

Sepertinya Satria setuju.

Satria pun menempati sisi ranjang berlawanan dari Sartika.

Keduanya memiringkan badan ke arah yang berlainan.

'cewek lo kok gak datang tadi' tanya sartika di tengah keheningan.

'itu bukan urusan lo' jawab Satria.

Sartika mendengus kesal.

'gue gak percaya Alex pernah jatuh cinta sama cewek kayak lo' ucap Satria.

'itu juga bukan urusan lo' balas Sartika. Kali ini ia puas bisa membalasnya.

'.

.

.

.

Tidak ada yang bersuara lagi. Mereka bercengkerama dengan pikiran masing2.

Keesokan hari ini.

Hari ini Satria ada kuliah pagi. Namun bukan itu tujuan utamanya. Ia berharap akan bertemu dengan Gissel.

'Gissel' ucap Satria saat menahan Gissel sehabis jam kuliah berakhir.

'gue harus pulang Sat' tolak Gissel.

'gue mau ngomong' kali ini ia menghadap Satria. Matanya dengan liar melihat sebuah cincin di jari Satria. Hatinya tertusuk dalam.

'gue emang kecewa dengan sikap lo waktu itu. tapi kali ini beri gue kesempatan untuk jadi teman atau apa saja.' ucap satria.

Tampangnya sangat berharap.

'plisss, kita masih bisa berteman kan..' kata Satria.

Gissel masih menimbang-nimba

ng.

'baiklah.' jawab Gissel. Ia merasa iba pada Satria.

Gissel segera pergi dari Satria. Namun satria mengerti. Saat ini ia cukup berbahagia karena Gissel akan tetap bersamanya.

Bersambung --)

BUKAN SITI NURBAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang