Kebetulan-kebetulan

3.3K 327 46
                                    

Seumur hidupnya, Giri belum pernah masuk ke dalam kamar cowok. Dibesarkan oleh seorang nenek yang menjunjung tinggi nilai kesopanan, hal itu pasti masuk dalam daftar berbahaya yang tidak boleh dilakukan oleh gadis seumurnya -- atau bisa jadi sepanjang hidupnya. Lima menit berlalu, ia masih menatap kosong pintu kayu di depannya yang tertutup rapat. Tulisan 'Do not enter! Hot content inside' terpampang jelas di depan pintu. Membuatnya semakin ragu bahkan untuk sekedar memegang gagang pintu.

Ini semua karena Anis, teman sekelasnya yang tidak berhenti meneror sejak pagi untuk bertanya apakah lukisan yang dipesannya di Arka sudah selesai atau tidak. Lagipula manalah Giri tahu. Meski Arka pacarnya, ia sama sekali tidak tahu tentang apa yang dikerjakan pemuda itu, apalagi tentang daftar pesanan yang dikerjakannya. Tapi bagi Anis, yang berteriak histeris saat Giri mengaku berpacaran dengan Arka, sampai membuat mereka telat ke kelas berikutnya, sangat wajib hukumnya seorang cewek tahu segala hal yang dikerjakan pacarnya. Termasuk urusan pesanan lukisan untuk hadiah ulang tahun Ayahnya hari ini. Harus selesai pagi ini, atau Giri harus merelakan Arka berkencan dengannya sehari saja. ancaman jenis apa itu? sungguh Giri tak tahu kalau Arka sebegitu populernya di kalangan teman-temannya.

Giri sudah mengirimkan pesan WA ke Arka, tapi tak satupun dibalas. terakhir dilihat saja semalam. dan berhubung terror dari Anis semakin kejam seiring naiknya matahari, akhirnya Giri memutuskan untuk bertanya langsung. Cukup berjalan beberapa langkah, mengetuk pintu, bertanya, lalu urusan beres. Namun wajah Dahlia lah yang menyambutnya di balik pintu. Bilang kalau Arka belum keluar kamarnya sejak pagi. Malah dengan santai menyuruhnya untuk naik ke kamar anak lelakinya.

"Arka lagi di kamarnya, Giri. Masuk aja gih. Biar dia malu kebiasaan buruknya bangun siang dilihat kamu." ujar Dahlia sambil tertawa. Lantas kembali sibuk menekuni majalah di tangannya. "Kamarnya yang di sebelah kiri, Ri. " tambahnya lagi dengan nada santai. Seolah mengizinkan seorang gadis masuk kamar anaknya adalah hal biasa, tapi untuk Giri, jelas ini bukan hal biasa.

Dihelanya nafas pelan, lalu tangannya terangkat ke atas. Mengetuk pintu tiga kali diiringi dengan menyebut nama Arka. Pada ketukan ketiga, pintu akhirnya terbuka. Wajah bantal Arka langsung muncul dan yang membuat Giri kaget adalah pemuda itu keluar tanpa mengenakan baju. Bersandar lemah di tiang pintu dengan mata setengah tertutup.

"Iya Mamaku sayang.... ini aku udah bangun." Ujar Arka dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Mengucek mata dan rambutnya sembarangan. Masih belum sadar kalau Giri lah yang berdiri di depannya.

"Emm... Ini Giri, Kak. Bukan Bu Lia." Sahut Giri pelan. Mukanya bersemu merah melihat Arka yang bertelanjang dada di depannya. Pantas saja Anis suka berteriak histeris kalau artis idolanya shirtless atau terlihat bagian tubuhnya sedikit saja. ternyata memang begini rasanya. Campuran antara rasa malu dan penasaran akan pemandangan di depannya. roti sobek, begitu Anis menyebutnya.

Masih setengah sadar, Arka kembali mengerjapkan matanya. Berusaha melihat sosok perempuan yang membangunkannya ini lebih jelas. Sejak kapan Mamanya berubah muda seperti ini. atau sejak kapan juga rambut Mia kembali berwarna normal seperti ini?

"Loh Giri?" seru Arka tak percaya begitu sisa kesadarannya terkumpul sempurna. matanya yang lengket otomatis melotot sempurna. "Giri ini serius kamu? kenapa bisa disini?" sambung Arka masih dengan nada tak percaya.

"Ih... Kak Arka... pake baju dulu sana baru pegang-pegang." Giri berusaha menepis sentuhan Arka di bahunya saat pemuda itu mendekat ke arahnya.

"Kok kamu bisa disini? Mama yang nyuruh ya? Oh oke... oke... aku pake baju dulu." Arka tertawa pelan. Ia segera meraih kaos bersih di lemari. Memakainya cepat, lalu menyilahkan Giri masuk.

"Lagi berantakan banget nih, Ri. Biasa lah, namanya juga cowok." Arka terkekeh pelan sambil merapikan tempat tidurnya.

Giri hanya tersenyum tipis. Dengan langkah pelan ia masuk ke kamar Arka. Matanya langsung sibuk mengamati keadaan sekeliling. Kamar Arka sama seperti kamar cowok pada umumnya. Berantakan sudah hal yang biasa. Hanya saja, kamar Arka lebih banyak didominasi dengan tumpukan kanvas dan lukisan-lukisan yang sudah jadi. Gitar kesayangannya tergantung di dekat jendela. dan yang membuat berbeda, tentu saja banyaknya tempelan foto-foto Arka bersama mamanya dan Mia. Giri tak menyangka kalau pacarnya itu termasuk pria penyayang keluarga.

A.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang