Wait, what?!

6.6K 446 99
                                    

Warning: typos

🐽

Hari ini kelas 3-5 di Seoul of Performing Art School kebanjiran jam kosong. Dalam tujuh jam pelajaran, mereka mendapat empat jam pelajaran yang kosong. Entah apa alasannya, mereka sebenarnya tidak peduli. Yang penting mereka senang.

Lebih membahagiakan lagi, tiga jam yang terisi hanyalah tiga jam pertama saja. Jadi, setelah istirahat pertama hingga mereka pulang nanti, sekitar pukul 2 siang, sudah pasti tidak ada yang perlu dilakukan lagi di sekolah.

Untuk anak yang jelas 'berani' semacam Hoshi dan Mingyu, sudah jelas mereka akan kabur dari sekolah. Toh tidak ada pelajaran, bukan?

Namun, tidak seperti mereka berdua, murid baik-baik yang mendapat peringkat atas di semester-semester sebelumnya macam Yuju, Mina, dan Joshua, 100% akan tetap berada di kelas. Hmm, tidak. Sebenarnya mereka tidak selalu belajar, namun, yang jelas kehadirannya selalu 100%. Tipikal anak-anak rajin seperti itulah...

Selain itu di kelas 3-5 ini juga ada anak yang biasa-biasa saja seperti Dokyeom, Wonwoo, ataupun Jongyeon. Yang bukan tipe 'pemberani' maupun rajin. Mereka juga akan tetap berada di kelas, namun melakukan hal lain yang jauh dari kata belajar. Mereka ini tipe-tipe anak yang-penting-masuk.

Seperti halnya hari ini, kelompok rakyat biasa seperti sedang dihujani durian. Bagi mereka, jam kosong sama dengan surga. Mereka bisa bermain uno sepuasnya yang biasanya hanya sebentar karena hanya bisa bermain santai di saat jam istirahat saja.

"Yang kalah harus minum aqua 600ml!" usul Dino antusias.

Seungcheol menggeleng-gelebgkan kepala dengan cepat, tidak kalah antusias. "Tidak, tidak. Tidak mau!" tolaknya keras. "Kemarin-kemarin aku kalah tiga kali dan harus meminumnya tiga kali, kalian masih ingat?" kebanyakan dari mereka mengangguk. "Aku bahkan sudah tidak tahu berapa kali aku harus ke kamar mandi untuk buang air kecil karena itu! Tidak mau!!"

"Yaaa, siapa yang menyuruhmu kalah tiga kali?" kata Jun mengejek.

Seungcheol hanya membalasnya dengan tatapan geram.

"Hmm, yang kalah harus mengerjakan pr yang menang pertama! Pr untuk besok."

"Yang benar saja? Bukankan besok ada pr Bahasa Inggris untuk membuat cerpen, ya?"

"Tidak mauuuu!"

"Ah, kalian tidak seru."

"Hmm, bagaimana kalau yang kalah harus memilih truth or dare?" usul Jeonghan. Ia memasang smug face sambil menatap semua yang bermain uno satu persatu.

Mereka semua terlihat berpikir, sampai sebuat suara memecahkan keheningan singkat tersebut. "Ya, asal wajar saja, sih."

"Apa sih, paling juga hanya diminta menjeburkan diri ke kolam lalu berenang gaya kupu-kupu maksimal."

"'Hanya' hmmmm, semoga kau yang kalah, Jun."

"Gampang! Kalau begitu saja aku bisa!"

"Ckck, tidak tahu malu." kali ini Minghao angkat bicara.

"Ya, kalau perempuan yang kalah, apakah harus seekstrim itu juga?" Shinbi bertanya dengan nada yang cukup serius. Entah memang ia serius atau mukanya saja yang memang serius seperti itu.

"Ey, tidak kan? Kalian tidak setega itu, kan? Baju kita warna putih! Rok kita pendek!" Jihyo ikut membela kaum hawa.

"Ya tinggal pakai jas, sih. Training juga aku siap sedia di loker." Jeonghan menaik turunkan alisnya. Mengabaikan tatapan yeoja-yeoja yang ingin menerkamnya.

✅️ Dear, Heart. || DKxYujuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang