Isteri Lim Ek bernama Kwee Cin Hwa dan nyonya inipun seorang ahli silat toya, karena mendiang ayahnya adalah susiok (paman guru) dari Lim Ek sendiri, hingga mereka ini sebenarnya ada hubungan saudara seperguruan. Akan tetapi ilmu kepandaian Lim Ek lebih tinggi tingkatnya dari kepandaian isterinya.

Begitu melihat suaminya datang, Nyonya Lim segera bertanya,

"Siapakah tamu kurang ajar yang diceritakan oleh A-sam tadi?"

"Dia adalah Thio Sui Kiat dari Lam-sai yang agaknya hendak mengganggu pekerjaanku," jawab suaminya sambil menghela napas.

"Memang dulu akupun sudah menyatakan tidak setuju dengan dipasangnya papan itu yang bagi mata orang lain tentu dapat menimblkan sangkaan bahwa kau menyombongkan kepandaianmu." Isterinya mencela.

Sekali lagi Lim Ek menarik napas panjang. "Habis bagaimana baiknya? Para murid itu mempunyai maksud baik dan mereka menganggap aku sebagai ahli toya nomor satu di kota ini. Apakah salahnya? Thio Sui Kiat bukan orang Bi-ciu, maka tidak pantas kalau ia merasa tersinggung membaca papan nama itu. Memang agaknya ia sengaja hendak memusuhi kita!"

"Aku pernah mendengar nama orang she Thio ini dan kalau tidak salah ia pernah menerima didikan ilmu toya dari Liauw In Hwesio yang lihai, lalu tindakan apa yang akan engkau ambil?"

"Isteriku, untuk apa kita haruss bingung karena soal ini? Kaupun telah cukup maklum bahaimana kedudukan seorang guru silat. Bukan sekali saja ada ahli silat datang hendak menguji kepandaianku dan di antara mereka itu ada yang mengandung maksud baik dan hanya ingin berkenalan atau ingin mengukur kepandaian seperti lazimnya yang sering terjadi di dunia persilatan, tetapi ada pula yang mengandung maksud buruk karena terdorong oleh rasa iri hati melihat kemajuanku. Yaah, apa boleh buat, aku harus menghadapi orang she Thio dengan tenang dan berani, tak peduli apakah dia mengandung maksud baik maupun buruk."

"Tapi maksud tamu yang baru datang itu tentu buruk, kalau tidak mengapa ia pecahkan papan namamu?" berkata isterinya dan Lim Ek hanya menghela napas saja.

Sementara itu, Thio Sui Kiat yang berwatak sombong tan tekebur sekali, seperginya dari bu-koan Lim Ek, lalu mengunjungi kenalan-kenalannya di kota Bi-ciu, yakni para piawsu (pengawal-pengawal kiriman barang) dan orang-orang lain yang mengerti ilmu silat. Memang nama Thio Sui Kiat cukup dikenal oleh orang-orang yang mengerti ilmu silat. Kepada mereka ini Thio Sui Kiat menceritakan bahwa sore nanti ia akan mendatangi Lim Ek untuk mengajak pibu.

Tak usah disebutkan lagi bahwa setiap orang yang mengerti ilmu silat, tentu suka sekali melihat pertandinga silat untuk menambah pengalaman dan pengertian mereka. Lagipula, di antara mereka memang ada yang merasa iri hati kepada Lim Ek karena pernah dirobohkan oleh Lim-kauwsu dalam pertandingan pibu. Oleh karena ini, orang-orang yang mengandung iri hati ini sengaja menambah semangan Thio Sui Kiat dengan menyatakan bahwa Lim Ek memang pantas diberi pelajaran agar jangan terlalu sombong dan menganggap diri sendiri terpandai di kota Bi-ciu.

Demikianlah, Thio Sui Kiat dijamu oleh kawan-kawannya itu dan di antara mereka itu sengaja menyiarkan berita bahwa sore nanti di bu-koan Lim Ek akan diadakan pibu yang hebat antara Lim-kauwsu dan Thio Sui Kiat dari Lam-sai, hingga tak lama kemudian berita itu telah terdengar oleh hampir seluruh penduduk kota Bi-ciu.

Tidak mengherankan bila pada waktu sore hari itu, berbondong-bondong orang mendatangi bu-koan dari Lim Ek untuk menonton pertandingan itu. Lim Ek dan isterinya dapat menduga bahwa hal ini tentu sengaja dilakukan oleh Thio Sui Kiat dengan maksud, apabila Lim Ek berhasil dapat dirobohkan, maka semua penduduk Bi-ciu akan menjadi saksi akan kehancuran nama Lim-kauwsu! Akan tetapi, sebagai tuan rumah yang ditantang pibu, Lim Ek tak dapat menolaknya dan ia menyambut kedatangan Thio Sui Kiat dengan penghormatan selayaknya.

Pendekar Tongkat dari Liong San (Liong San Tung Hiap) - ASKPHOnde histórias criam vida. Descubra agora