8

369 17 0
                                    

"Hai Minakooo!" aku pun manahan nafasku. Cat yang sedang kupegang hampir saja jatuh.

"Kau lagi, kau lagi, berapa kali harus ku katakan jangan menggangguku bila aku sedang melukis?" ucapku dengan tatapan tajam.

Ternyata memang benar kata temanku aku bisa menjadi hangat sekaligus dingin.

"Tapi kau belum mulai melukis." ucapnya sambil berjalan kearahku. Degan cara jalan yang dibuat seimut mungkin.

"Walaupun." ucapku.

"Haha, so-" sebelum ia dapat menyelesaikan kata-katanya. Kupotong dengan cepat.

"Haha, sorry sis!" ucapku dengan nada yang dibuat-buat. Kulihat dia hanya tersenyum-senyum tidak jelas.

"Kebiasaan." ucapku lagi sambil mendengus kesal.

Ya, dia adalah saudari kembarku. Minoru Hamasaki. Tapi aku masih belum tahu dari segi mana kami terlihat kembar.

Dia tidak memiliki rambut bergelombang seperti punyaku. Mata yang ia miliki tidak selalu berkilau seperti mataku. Mata dan rambutnya bewarna tosca dan tidak ada kesan pink. Dan bibirnya? berbeda jauh denganku. Bibirnya tidak bewarna pink cerah seperti punyaku. Bibirnya bewarna pink pucat.

Itulah kenapa dia sangat iri kepadaku, tapi kami tetap berteman karena kami adalah saudara kandung.Tapi aku membencinya lebih tepatnya tidak menyukainya karena sifatnya yang manja, dan sedikit menjijikan.

"Apa yang kau inginkan?" ucapku.

"Hanya ingin melihatmuu~" ucapnya sambil memainkan rambutku dan membuat-buat bibirnya. Sangat amat menjijikkan.

"Sudah keluar aku ingin melukis." kataku sambil mendorongnya keluar dan mengunci kamar. Aku bisa mendengarnya mengetuk-ngetuk pintu kamarku tetapi aku tidak menghiraukannya.

Walaupun badanku kecil dan pendek. Aku mempunyai tenaga yang lebih kuat dari wanita biasa.

Oh, ya. Aku belum selesai berbicara tadi. Penyamarannya ia buat sebagus dan secantik mungkin. Itulah mengapa aku sangat jijik melihatnya.

Rambut penyamarannya bewarna coklat tua bergelombang (dia iri kepadaku karena memiliki rambut yang bergelombang dan meminta ibuku untuk membuatkannya rambut yang bergelombang juga).

Matanya juga bewarna coklat muda sama sepertiku (dia memang seorang plagiat). Dia membuntutiku saat aku sedang membeli softlens untuk penyamaranku. Bahkan merk nya pun sama. SAMA.

Untung saja dia tidak satu sekolah denganku. Kalau tidak setiap hari aku bisa terlambat masuk sekolah karena menunggunya untuk memakai make-up nya yang tebal itu.

Setiap pagi dia memakai eye-liner ke sekolah dan lipstick bewarna pink cerah agar bibirnya terlihat bagus. Untung dia tidak memakai eye-shadow dan mascara.

Setelah mengosongkan pikiranku. Tanganku pun dengan lincah dan asiknya menari-nari di atas kanvasku.

Setelah beberapa lama tangan ku menari tiada henti akhirnya aku berhenti sejenak dan meilihat lukisanku.

Ini..

.

Paper CraneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang