PART VI (BAG.3)

2.2K 129 0
                                    

Kejadian tadi malam setelah acara amal itu membuat Zeva tak bisa tidur nyenyak. Bahkan sejak tadi yang dia lakukan hanya melamun.

"Dokter baik-baik saja?" tanya seorang suster yang ada dibelakang meja resepsionis Departemen Anak. Tadi setelah kembali dari memeriksa pasien Zeva langsung kebagian resepsionis untuk mengecek hasil pemeriksaan terakhir pasiennya.

Namun bukannya melihat catatan medis pasien itu malah Zeva hanya terdiam melamun sejak tadi. Suster Lira yang khawatir melihat wajah pucat Dokter cantik itu langsung menanyakan keadaannya.

"Dok" panggil Suster Lira lagi sambil menyentuh tangan Zeva yang ada diatas meja resepsionis.

Zeva tersentak kaget lalu mengalihkan pandangannya pada Suster Lira yang kini menatapnya khawatir.

"Kenapa Sus?" tanya Zeva.

"Dokter sakit? Wajah Dokter pucat sekali." Kata Suster Lira khawatir. Zeva tersenyum melihat kekhawatiran yang sangat jelas terpancar dari mata Suster Lira.

"Saya baik-baik saja Sus." Kata Zeva menenangkan sambil tersenyum lembut.

"Ambil beberapa waktu untuk istirahat jika Dokter merasa tidak enak badan." Zeva menganggukkan kepalanya patuh mendengar nasehat Suster paruh baya yang mungkin seumuran Mamanya itu.

_____

"Selamat sore Suster Lira." Sapa Via yang baru saja tiba didepan Resepsionis sambil tersenyum lembut pada Suster yang sangat disayangi juga dihormatinya itu.

Suster Lira mengalihkan pandangannya menatap Via sambil tersenyum hangat.

"Selamat sore Via." Sapa balik Suster Lira pada Via.

"Kak Zeva habis periksa pasien ya?" tanya Via yang menyadari keberadaan Zeva disampingnya.

Zeva terdiam. Ingatannya pada kejadian semalam kembali melintas dalam pikirannya. Namun Zeva berusaha menahannya. Zeva menatap Via sambil tersenyum.

"Iya. Kalo gitu gue mau lanjut dulu." Setelah mengatakan itu Zeva langsung berbalik dan melangkah meninggalkan tempat itu. Hatinya terlalu sakit melihat Via.

Suster Lira memandang aneh kearah punggung Zeva yang mulai menghilang. Lalu mengalihkan pandangannya menatap Via yang kini sedang fokus pada ponselnya. Mungkin sedang membaca pesan masuk.

Via mendongakkan kepalanya dari ponselnya. Keningnya berkerut saat melihat Suster Lira yang menatapnya dengan tatapan aneh.

"Ada apa Sus?" tanya Via bingung. Suster Lira langsung tersadar dan tersenyum untuk menyembunyikan prasangkanya.

"Anak-anak sudah menunggu ditaman samping Vi." Kata Suster Lira mengalihkan pembicaraannya.

"Benarkah? Kalo gitu Via keanak-anak dulu Sus. Bye Suster." Pamit Via langsung melangkah menuju taman Rumah Sakit.

Via memang berbeda dengan ketiga sahabatnya yang lain. Yang sangat peka terhadap keadaan, perasaan dan sikap orang lain. Bukan karena Via tak peduli. Tapi memang Via yang mungkin terlalu polos dan apa adanya jadi dia menganggap keadaan disekelilingnya selalu baik-baik saja.

_____

Via telah selesai menghibur anak-anak pasien Rumah Sakit Sindunata. Via melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya lalu tersenyum. Via segera melangkahkan kakinya menuju ruang Dokter Departemen Anak untuk mencari Zeva. Sesuai janji mereka minggu lalu saat pertama kali bertemu bahwa mereka akan makan atau sekedar minum bersama setelah Via selesai dengan kegiatannya di Rumah Sakit ini.

Via tersenyum saat melihat orang yang dicarinya sedang duduk didalam ruangan Dokter yang pintunya terbuat dari kaca. Via yang anak tunggal memang sangat senang saat bertemu Zeva. Serasa memiliki seorang Kakak perempuan. Via membuka pintu itu dan melongokkan kepalanya kedalam.

"Kak Zeva." Panggil Via dengan suara yang cukup keras untuk didengar Zeva.

Zeva yang saat itu sedang melamun sedikit tersentak saat mendengar seseorang memanggilnya. Dia mengalihkan pandangannya kearah pintu ruangan itu. Zeva terdiam menatap gadis cantik yang sedang tersenyum dengan kepala menyembul dipintu itu.

Zeva langsung beranjak dari duduknya dan berjalan pelan menghampiri gadis itu dan menatapnya dengan tatapan seolah bertanya 'ada apa?'

"Kakak nggak lupakan sama janji kita?" tanya Via sambil tersenyum penuh harap. Zeva mengerutkan keningnya mengingat apa yang coba diingatkan Via. Zeva kembali terdiam dan menundukkan kepalanya saat berhasil mengingatnya.

Zeva kembali mendongakkan kepalanya menatap Via sambil tersenyum minta maaf.

"Sorry Vi kayaknya sore ini nggak bisa. Gue ada pertemuan sama Kepala Departemen." Kata Zeva dengan nada menyesal. Via menundukkan kepalanya sedih.

"Ya udah nggak papa Kak. Kalo gitu Via pulang dulu ya. Sampai jumpa hari Sabtu nanti Kak." Pamit Via lalu melangkahkah kakinya meninggalkan Zeva yang menatapnya dengan tatapan sedih, kecewa, bersalah, dan menyesal.

Maaf Via. Maafin gue. Gue nggak bisa liat lo. Hati gue sakit setiap gue ngeliat lo. Kenapa? Kenapa harus lo Vi? Kenapa harus lo perempuan yang dicintai Alvin. Kenapa Vi? Teriak Zeva dalam hati. Tak terasa airmatanya kini keluar mengalir indah dipipinya.

Zeva tak buta. Dia cukup tau dan bisa melihat dengan jelas pancaran sinar mata yang Alvin tunjukkan pada Via malam itu. Dan itulah yang membuatnya sakit. Dan lebih sakit kenapa harus Via? Kenapa harus gadis yang sudah dia anggap Adiknya sendiri.

_____


LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang