Delay

17 1 0
                                    

Garuda delay? Garuda? Huh! Kesalku bertambah ketika melihat lautan calon penumpang baru memasuki ruang tunggu. Ruang tunggu langsung penuh sesak. Saat itulah kulihat dia di barisan orang yang berjejal di pintu ruang tunggu. Tubuhnya memang lebih tambun –khas pria-pria mapan-. Namun,  aku berani mempertaruhkan tiket pesawat berikut bagasiku: itu dia! Perutku langsung mual. Aku buru-buru menyembunyikan mukaku di balik Kompas.  Mudah-mudahan dia lupa, bisikku panik. Sialnya, dia tidak lupa. Susah payah ia keluar dari kerumunan lalu terbang ke arahku. Oh, Tuhan, di antara seribu satu kemungkinan delay oleh Garuda, kenapa harus sekarang, sehingga aku harus bertemu lagi dengan pria ini! Pria yang sudah kubunuh duapuluh lima tahun yang lalu dan terus menerus kubunuh sepanjang duapuluh lima tahun terakhir hidupku.

Kuhabiskan masa kuliahku di Yogyakarta dengan berpacaran dengannya. Aku Jawa, dia Batak. Mungkin karena termasuk Jawa ‘kelainan’, aku langsung nyambung dengan gaya Bataknya yang tembak langsung. Kami melewati masa pacaran yang mulus sampai ia lulus dan hendak pulang ke Parsoburan, kampung halamannya. Ia minta aku tenang mendengar berita yang akan disampaikannya. Orang tuanya menghendakinya menikah dengan paribannya. Ia menjelaskan rumitnya adat Batak dan perannya sebagai anak laki-laki sulung. Aku terpana. Seribu tsunami rasanya lebih mudah kuhadapi daripada omong kosong ini. Aku kabur ke Ambarawa, kampungku. Sejak itu Reinhard Sitorus Pane menjadi mumi buatku.

“Aniek kan? Aniek?” Suaranya yang menggelegar menyadarkanku. Betul, Bodat! Mau apa kau! “Mau ke mana? Sendirian? Mana suamimu?” Menekan kuat-kuat kemarahan, kuceritakan bahwa suamiku sedang di Singapura untuk urusan dengan klien. Anakku tiga orang. Blah, blah, blah… yang semuanya bohong belaka. Aku tidak menikah (dan tentu saja tidak punya anak, kecuali tiga ekor golden retriever di rumahku). Tidak mungkin kuceritakan itu kepadanya. Bisa kubayangkan tatapan ‘prihatin’ yang bakalan kuterima dari pria yang menghancurkan kepercayaanku pada cinta itu. “Aku mau ke Denpasar. Kami janjian ketemu di sana.” Kuangkat kepalaku dengan penuh rasa kemenangan. Ia hanya tergugu di depanku.

Lalu, tanpa kuminta, ia mulai bercerita. Berkarir di Halliburton, ia sempat tinggal lama di Malaysia sebelum dipindah ke Kanada. Hmm… big guy, rupanya. “Aku mencarimu waktu itu. Suster asramamu bilang kau pulang ke Ambarawa. Aku ke Ambarawa. Biarpun halus, Bapakmu menyuruhku pulang dan tidak mencarimu lagi.” Ya iyalah! Gila aja kalau Bapak mengizinkan pria beristri ini menemui anaknya! “Aku tidak jadi menikah, Niek. Aku memikirkan panjang lebar ucapanmu waktu itu. Siapa yang aku bohongi dan aku sakiti seumur hidupku kalau aku menikah dengan orang yang tidak aku cintai.” Tiba-tiba dia nyerocos. “Waktu itu kacau sekali. Tapi, kuselesaikan segala urusan adat, lalu mencarimu.” Kali ini, aku yang tergugu. “Berarti, istrimu bule? Di mana dia?” tanyaku mengatur napas. 
Mata cokelatnya mengunci mataku. “Aku tidak menikah.” Badanku menggigil. Lama, sebelum aku sanggup bersuara. “Suamiku menunggu di Denpasar,” bisikku menceracau. “Berhentilah berbohong, Aniek. Kau boleh saja tambah pintar dandan tapi tetap, tidak pintar bohong. Sejak dulu, kan? Lagipula, tidak ada istri dan ibu yang bercerita tentang keluarganya dengan mata kosong dan air muka datar.” Lidahku terkunci. “Aku pernah bodoh, sangat bodoh. Akibatnya, aku kehilangan cintaku. Kuhabiskan duapuluh lima tahun terakhir hidupku ini dengan hidup bersama bayanganmu. Aku tidak mau kehilangan lagi….”

Panggilan boarding menyelamatkanku dari puting beliung yang barusan menyerangku. “Mana HP-mu?” Seperti dihipnotis, kuulurkan HPku. Ia mengutak-atik sebentar. “Kau ga lama kan di Denpasar? Pulang dari sana kita cari BPK ya. Ada satu yang enak di Cililitan.” Aku hanya bisa mengangguk, menggeleng, lalu mengangguk lagi seperti orang bodoh. Ia membantu membawakan koperku sampai di gerbang. Entah kenapa, aku berharap Garuda delay lagi. 

***

Pekanbaru, 28 September 2016

HerbertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang