Between Love and Crime

2.6K 43 11
                                    

Bunyi alarm membuat Gabriel terbangun. Cewek itu mengerjap-ngerjapkan matanya selama beberapa kali, berusaha membuat pandangannya jadi lebih jelas. Ia terkejut ketika mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang asing baginya. Bukan kamar berwarna pink  dengan sofa dan springbed yang empuk, karpet tebal, serta boneka bertebaran miliknya, namun kamar dengan dinding berwarna biru laut, kasur berukuran king size, dan komputer lengkap dengan seabrek peralatan kerja lainnya. Tentu bukan tipikal kamar untuk seorang cewek pemilik kafè kecil yang girly.

Matanya terbelalak ketika melihat pakaiannya terserak di lantai, bercampur dengan pakaian seorang pria. Buru-buru ia membungkus tubuhnya dengan selimut rapat-rapat. Kemudian ia berusaha berdiri, mengabaikan rasa pusing yang menjadi di kepalanya. Ia membuka pintu kamar dengan tergesa-gesa sehingga pintu itu menabrak dinding dan menimbulkan suara berdebam. Hal tersebut membuat seorang cowok yang berdiri menghadap jendela besar menoleh kaget.

Seketika Gabriel terpaku melihat cowok itu. Bibirnya kering dan lidahnya kelu. Cowok itu pun mengalami hal yang sama.

“ R... Radit?” dengan terbata ia mengucapkan satu nama tersebut.

                                                            ***

Beberapa saat kemudian, Radit dan Gabriel duduk berhadapan di sofa ruang keluarga. Mereka berdua sama-sama terdiam. Perasaan canggung memenuhi atmosfer di ruangan itu.

“ Radit...”

Cowok itu menengadah, menatap mata hitam milik Gabriel. “ Ya?”

“ Jadi... kita...”

“ Yeah. We did ‘that’,” tukas Radit langsung, mencegah Gabriel melanjutkan kalimatnya. Mereka berdua kembali terdiam untuk beberapa saat sebelum Gabriel kembali berkata.

“ Tapi kita nggak sengaja, kan? Kita... kita mabuk, kan?” nada suaranya terdengar panik. Radit menghela napas, lalu mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustasi.

“ Iya. Kita mabuk,” ia menegaskan, menekankan kata ‘mabuk’. Gabriel tertunduk dengan wajah sedih. Ia menutupi wajahnya dengan telapak tangan dan mulai terisak. Ia tidak pernah menyangkan akan begini jadinya.

Semalam ia nekat menerima ajakan Raditya Dewantara, seorang pengusaha muda yang tampan serta digilai oleh para wanita—termasuk dia—untuk pergi ke bar, padahal sebelumnya ia belum pernah pergi ke tempat semacam itu. Lalu, di sana Radit memperkenalkannya dengan beberapa temannya. Mereka menantangnya untuk minum dan ia menerima tantangan gila itu. Dan tanpa disangka, ia dan Radit berakhir seperti ini.

“ Dit... how if I got pregnant?” Gabriel melontarkan kemungkinan terburuk yang tiba-tiba muncul di pikirannya.

Radit kembali menatap Gabriel. Wajahnya terlihat lelah.

“ I’ll take the responsibility,” gumamnya pelan.

“ You sure?

“ Yes. I’ll marry you, Gab.

Between Love and CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang