Bab 10 - Seseorang Dari Masa Lalu...

18.8K 1.9K 44
                                    

Akhirnya Anja bisa update Mas Wiga lagi *elap peluh gaya syantiik* Selamat baca bagi yang rindu berat sama Mamas Wiga.

Info :
Bagi yang sudah ikutan PO-2 Perfect Sunrise. Pengiriman baru akan Anja proses di akhir minggu ini dikarenakan proses cetak baru selesai di hari Rabu/Kamis minggu ini. Anja mohon maaf atas keterlambatan ini. Mohon bersabar ya..

Salam,

Angin Senja

*****

Wiga terus memperhatikan gerak-gerik Hanin yang nampak tidak nyaman saat berhadapan dengan Ayahnya. Ayahnya juga kebingungan padahal sejak tadi pria berambut abu-abu itu terus menyunggingkan senyumnya. Wiga mencoba memaklumi sikap Hanin yang terlihat sangat grogi karena sepertinya kejutan yang dibuatnya benar-benar membuat wanita cantik disampingnya shock. Jelas saja shock, siapa yang tidak shock jika baru semalam ia meminta Hanin untuk berkomitmet serius dan siang ini ia sudah mengajak wanita itu menemui Ayahnya.

Wiga mengusap lengan Hanin membuat wajah wanita itu terangkat. Mata bulat Hanin menatap Wiga dengan tatapan yang berbeda dari biasanya. Ada rasa takut yang terselip di dalamnya membuat Wiga sedikit bingung dan bertanya-tanya.

"Kamu kenapa, sayang? Dari tadi ayah ngajak kamu ngomong tapi kamunya malah diam." Tanya Wiga sambil terus mengusap lengan Hanin. Mencoba membuat wanita itu nyaman dengan kejutan yang diberikannya.

"Maafkan saya ,Om, saya nggak bermaksud mengabaikan, Om." Ujar Hanin dengan ekspresi penuh maaf. Pak Anjar –Ayah Wiga– nampak tersenyum mahfum.

"Panggil Ayah aja, Ayah udah ketua-an untuk dipanggil Om," sahut Ayah. Hanin tersenyum mendengarnya.

"Wiga emang orangnya gitu, Nin, spontan dan nyebelin, kamu sabar-sabar ya sama dia." lanjut Ayah Wiga dengan senyumnya yang sampai menyentuh mata. Wiga melihat Hanin yang mulai rileks karena bibir wanita itu sudah mengulas senyum.

"Ayah tega banget sama anak sendiri, bukannya dipromosiin yang baik-baik malah dikasih tahu yang jeleknya," dumel Wiga. Ayah terkekeh melihat Wiga yang sudah memasang tampang sok marah. Hanin pun ikut tertawa melihatnya.

"Nggak usah Ayah kasih tahu aku udah tahu kok, Mas, kamu kan tukang paksa, nyebelin, trus nggak sabaran," sahut Hanin menimpali. Wiga melotot ke arah Hanin yang kini sudah dalam rangkulannya.

"Tuh, belum apa-apa Ayah udah ada yang belain, awas aja nanti besok-besok kamu komplotan sama Ayah." Wiga menjawil hidung Hanin yang membuat wanita itu tersipu.

"Udah, Ga, kamu ini, mukanya Hanin udah merah tuh."

Wiga melepas rangkulannya dan menatap wajah Hanin seutuhnya. Wajah kekasihnya yang putih bersih itu kini sudah memerah hingga ke telinga. Hanin yang sibuk dipandangi memilih untuk menunduk dan membuang muka. Tangannya berusaha menjauhkan wajah Wiga yang terus mendekat ke arahnya.

"Ngeselin banget sih, Mas!" protes Hanin. Wiga dan Ayahnya tertawa melihat Hanin yang tersudut.

Sambil menikmati cemilan dan kopi ketiganya bersenda gurau dan sesekali mengobrol serius. Lantaran Ayah diam-diam lumayan ngefans dengan Hanin yang wajahnya berkeliaran di berbagai media. Ayah Wiga bahkan sering mengikuti kasus yang Hanin bela. Wiga yang mendengarnya sedikit tak percaya sedangkan Hanin malah grogi tak mengira bahwa banyak orang yang menaruh perhatian pada sepak terjangnya dalam membela para klien-nya.

Ayah juga bertanya tentang bagaimana anak tunggalnya bisa berkenalan dengan Hanin. Wiga pun menceritakan pertemuannya dengan Hanin walau harus memotong bagian dimana mereka pernah tidur satu ranjang saat pertemuan pertama mereka. Namun sejauh Wiga bercerita dan mengenalkan Hanin pada sang Ayah. keduanya terlihat cocok dan saling menerima dengan baik. Hanin pun kini tak sungkan untuk bertanya dan menimpali ucapan Ayah dengan candaan. Wiga merasa bersyukur karena telah melakukan hal benar hari ini.

DESPERATE FOR LOVE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang