0. Prolog

154K 6.8K 131
                                    

WARNING!!!

Cerita ini hanyalah karangan fiktif belaka. Apabila terdapat kesamaan nama tokoh, tempat dan kejadian, merupakan sebuah ketidak sengajaan.

Karena cerita ini mengandung unsur khayalan tingkat tinggi dan tidak masuk akal, sehingga terlarang untuk dibaca bagi siapapun yang mengalami kesulitan dalam membedakan antara khayalan manusia dan kehidupan nyata!!! :D

Selamat membaca ^_^

***

Ia merasa pusing.

Sembari memegang kepalanya, Carmila memaksa dirinya untuk bangun. Bingung. Dimana ini? Ruangan ini terasa asing. Kenapa dirinya bisa berada disini? Ia kembali memejamkan mata, karena pusing di kepalanya tidak kunjung reda.

Setelah melakukan sedikit relaksasi dan pernapasan, ia kembali membuka matanya perlahan. Lebih baik. Pusingnya sedikit berkurang.

Masih sambil berbaring, Carmila mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi. Semalam dirinya menunggu Henara di lobi hotel, lalu...? Ahh, ia tidak bisa mengingat kejadian setelah itu.

Carmila mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ini bukan kamar Henara. Terlalu luas dan mewah untuk ukuran sebuah kamar. Tempat apa ini? Apa Henara yang membawanya kemari?

Ngrook! Ngrook!

Carmila tersentak. Suara dengkuran yang terdengar dekat sekali. Ia menajamkan pendengarannya. Sepertinya berasal dari dalam selimut. Ia pun menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan barulah dirinya sadar bahwa ternyata tubuhnya tidak berpakaian sama sekali.

Belum pulih dari rasa terkejutnya, Carmila kembali dibuat shock saat matanya menangkap sesosok tubuh yang tengah terbaring menelungkup di sampingnya. Seorang laki-laki. Ya, melihat dari postur dan model rambutnya, Carmila yakin sekali bahwa itu seorang laki-laki.

Siapa dia?! Mengapa bisa berada satu selimut dengannya?

Carmila mengamati lebih teliti wajah yang sedikit terhalang oleh selimut. Tidak! Ini tidak mungkin! Lelaki itu tidak mungkin Aidan. Siswa yang paling ditakuti di SMA Biru Berlian. Dia dikenal sebagai tukang bolos, biang onar, sering terlibat perkelahian dan juga brutal. Siapapun yang berani mencari mencari masalah dengannya, minimal akan berakhir di rumah sakit. Tapi kenapa dirinya bisa berada disini bersama Aidan?

Akhirnya Carmila memutuskan untuk pulang saja sebelum Aidan bangun. Entah karena alasan apa dirinya berada disini, yang jelas ia tak mau terlibat masalah dengan cowok berandalan seperti Aidan.

Carmila menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan bangkit berdiri. Spontan ia mengaduh saat rasa sakit menyerang di bagian bawahnya. Belum sempat ia memikirkan mengapa dirinya merasakan sakit, matanya menangkap noda merah di sprei yang kebetulan berwarna putih itu.

Ia tergugu. Otaknya berputar cepat. Rasa sakit saat berdiri, noda darah, dan ada laki-laki yang tidur bersamanya. Sungguh, Carmila bukanlah gadis bodoh yang tak tahu apa-apa. Dalam pelajaran biologi dan beberapa pelajaran lain pun telah banyak dibahas soal ini.

Apakah ini berarti dirinya telah kehilangan mahkotanya yang paling berharga? Apakah bajingan itu pelakunya?

"Tidaaaak!" Carmila menjerit histeris. Tubuhnya luruh dan jatuh terduduk di lantai. Bagaimana mungkin ini terjadi padanya? Carmila menangis terisak. "Nggak mungkin! Ini semua gak mungkin terjadi! Tidaaaaak..."

"Brengsek!" Aidan mengumpat pelan karena tidur nyenyaknya terganggu."Diaaam! Jangan Berisik!" ia menambahkan tanpa sedikitpun membuka mata.

"Apa salahku? Tega sekali kamu melakukan ini padaku?!" Carmila bangkit berdiri dan naik ke atas ranjang. Ia memukuli Aidan dengan kepalan tangannya, menumpahkan segala emosinya pada Aidan. Sedih, marah dan takut bercampur jadi satu. "Jahat!"

"Ck...," Aidan terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya. Marah. Ia paling tidak suka diganggu saat tidur. Matanya menatap tajam cewek yang sudah menganggu tidur lelapnya. Sesaat ia lupa pada apa yang telah terjadi. Hampir saja dirinya menendang keluar Carmila dari dalam suit pribadinya sebelum akhirnya ia bisa mengingat dengan jelas kejadian semalam.
Rasain lo, makanya jangan belagu! batin Aidan.

"Diam! Atau kejadian semalam bakal terulang lagi!" Aidan mengancam seraya mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Carmila, membuat gadis itu mengerut ketakutan.

Melihat tak ada perlawanan dari Carmila, Aidan pun kembali menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur dan kembali tidur. Tak sampai semenit kemudian sudah kembali terdengar dengkurannya.

Selama beberapa saat Carmila hanya terdiam terpaku, tak tahu apa yang harus ia lakukan. Di sela isak tangis, ia tetap mencoba berkepala dingin. Bagaimanapun dirinya hidup sebatang kara dan harus bisa bertahan hidup sendiri. Akhirnya ia memutuskan untuk segera pergi saja dari tempat terkutuk ini.

Lalu bagaimana dengan pertanggung jawaban? Tidak! Carmila lebih memilih untuk tidak menuntut pertanggung jawaban dari Aidan. Meski tidak kenal secara langsung, tapi dirinya sudah cukup banyak mendengar reputasi Aidan di sekolah.

Sambil menangis, Carmila memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai dan berjalan tertarih menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia menggosok seluruh tubuhnya dengan keras, jijik membayangkan bahwa tubuhnya telah terjamah oleh cowok brutal dan tidak berperasaan seperti Aidan. Apa kesalahan yang telah ia perbuat pada Aidan sampai dirinya layak mendapat perlakuan hina seperti ini?

Dalam guyuran air hangat yang mengalir dari shower, Carmila terus menangis menyesali nasib buruk yang telah menimpa dirinya. Rencana masa depannya berubah total. Setelah kejadian ini, mau tak mau dirinya terpaksa merelakan beasiswa dan sekolahnya kemudian pergi dari kota ini.

Carmila tak tahu apa yang bisa Aidan lakukan padanya di kemudian hari. Aidan bisa saja mempermalukan dirinya di sekolah, menyebarkan apa yang terjadi dan membuat namanya tercoreng. Tidak! Ia lebih memilih untuk menghindari itu semua. Harapannya, semoga ini adalah pertemuan pertama dan terakhirnya dengan Aidan. Ia akan segera pergi ke tempat dimana tak seorang pun yang mengenalnya dan memulai hidup baru.

****

Aidan & Carmila (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang