I

78.7K 3K 40
                                    

September, 2007.

Athalia mengintip dari kejauhan sebuah mobil mewah yang memasuki Panti Asuhan tempatnya tinggal. Saat mobil tersebut berhenti tepat di depan pintu masuk Panti, gadis berumur sepuluh tahun itu segera berlari. Mencari ruangan tempat teman-temannya biasa berkumpul.

Ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Kemudian sedikit berlari untuk menghampiri Agam, orang yang dicarinya.

Athalia menarik lengan laki-laki yang berumur sekitar lima tahun diatasnya tersebut. Ia membawa Agam ke halaman belakang Panti Asuhan yang terlihat sepi.

"Athalia, ada apa?" Tanya Agam bingung. Menatap gadis yang kini terlihat mengatur nafasnya karena kelelahan berlari.

"Apa yang harus aku lakukan kak Agam. Orang-orang itu sudah datang." Airmata mengalir begitu saja dari mata indah Athalia. Ketakutan yang melingkupinya membuatnya tidak bisa menahan isak tangis yang keluar dari bibir mungilnya.

Agam membawa Athalia dalam pelukannya. Laki-laki yang dalam masa remaja tersebut terlihat panik. Panik karena isak tangis dan ucapan gadis itu.

Hal yang selama ini mereka takuti kini tengah mereka alami. Yaitu saat salah satu dari mereka di adopsi kemudian harus pergi meninggalkan Panti Asuhan.

Agam menepuk-nepuk pelan punggung Athalia. Mencoba menenangkan gadis itu, walau apa yang Athalia rasakan tidak jauh berbeda dengan apa yang Agam rasakan.

"Apa yang harus aku lakukan kak, aku nggak mau pergi dari sini." Gumam Athalia ditengah isak tangisnya.

Airmata Agam ikut menetes saat menyadari tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mencegah perpisahan tersebut.

Seminggu yang lalu, sepasang suami-istri datang ke Panti Asuhan bersama salah seorang pelayan rumahnya. Sepasang suami-istri tersebut ingin mengadopsi Athalia untuk pelayan rumah mereka, entah apa yang tengah mereka pikirkan.

Jika memang ingin mengadopsi, kenapa harus sepasang suami-istri itu yang turun tangan. Kenapa tidak orang yang bersangkutan saja.

Namun mereka tidak langsung membawa Athalia saat ke Panti minggu lalu. Karena Athalia meminta waktu untuk menyiapkan segalanya, begitupun dengan pihak yang mengadopsi. Mereka harus menyiapkan beberapa berkas adopsi Athalia.

Dan sekarang lah waktunya Athalia untuk meninggalkan Panti Asuhan. Meninggalkan Ibu Panti, Agam, serta teman-teman Panti lainnya yang tinggal bersamanya sejak ia dibuang di tempat itu.

"Athalia." Suara lembut Ibu Panti membuat Agam melepaskan pelukannya pada tubuh Athalia.

Gadis itu menghapus sisa-sisa airmatanya. Ia menatap Ibu Panti dengan mata berkaca-kaca. Ibu Panti memeluk Athalia, mengusap sayang kepala gadis itu.

"Nggak apa-apa sayang. Kamu nggak perlu nangis. Semuanya akan baik-baik saja, kamu mengerti? Ibu yakin keluarga barumu adalah orang yang baik. Jadi kamu nggak perlu merasa takut, hm?" Hibur Ibu Panti menenangkan Athalia.

"Ta--pi Athalia nggak mau meninggalkan Panti Bu. Athalia nggak mau pisah sama Ibu, Kak Agam, dan teman-teman yang ada disini." Suara Athalia serak, menahan tangis.

"Hei. Kamu bisa kesini kapanpun kamu mau, jadi kenapa harus bersedih karena hal itu.
Sudah, sekarang hapus airmatamu. Tuan Albert, nyonya Chyntia dan bu Gina sudah menunggumu." Ibu Panti mengusap airmata Athalia yang kembali mengalir.

Ia mencium puncak kepala Athalia. Lalu menuntunnya keruang tamu Panti Asuhan. Agam mengikuti dari belakang, ia menatap sedih punggung gadis yang selalu menemani hari-harinya di Panti Asuhan tersebut.

ATHALIA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang