PERMAINAN HATI?

840 72 18
                                    

Hari-hari dilalui Gio penuh kesibukan akan usaha kateringnya.

Fay memenuhi janji mengenai orang yang membantu Gio di dapur. Juga orang tersebut yang mengantarkan semua pesanan ke kantor Danu.

Ini memang maunya Fay agar Gio tak perlu lagi bertemu Danu.

Gio, seperti biasa, tak bisa berkutik kalau Fay sudah bertitah.

Bahkan orang tersebut juga yang berbelanja ke pasar.

Namanya Suga. Umur sekitar tiga puluhan. Orangnya pendiam dan lumayan kaku. Tapi diakui Gio, kerjanya cekatan dan benar-benar bisa diandalkan. Katanya sih dulu Mas Suga ini pernah kerja di resto, makanya bisa belanja dan memilih bahan-bahan sesuai yang dimau Gio.

Suga datang tiap pagi. Membantu Gio meracik bahan-bahan, lalu mengantar pesanan, dan akhirnya belanja.

"Mas Gio, ini uang hari ini, bahan-bahan akan saya taruh di kulkas," lapornya sambil mengangsurkan segepok duit yang tepat jumlahnya dengan nota.

"Oh, iya Mas, makasih. Mas Suga makan dulu, udah aku siapin di meja," Gio menyimpan uang ke kotak kayu khusus.

Suga mengangguk patuh dan berjalan ke meja makan untuk menyantap hidangan yang sudah disiapkan Gio.

Tak lama, Gio menyusul ke meja makan, dan duduk di seberang Suga. Kali ini ia ingin sedikit ramah tamah dengan Suga.

"Mas Suga pernah kerja di mana aja?" Gio melipat tangannya di atas meja.

"Di restoran dua kali, di kafe sekali," jawab Suga singkat.

"Kenapa berhenti, Mas? Boleh tau?" tanya Gio hati-hati. Ini memang pertanyaan sensitif, tapi Gio benar-benar ingin tau.

"Restoran yang pertama, pengurangan pegawai. Restoran kedua, bangkrut. Kafe, jam kerja tidak sesuai dengan upah."

Gio manggut-manggut. "Biasanya di restoran, Mas bagian masak, atau..."

"Bagian meracik bahan, sama seperti di sini. Di kafe, bagian penyaji," jawab Suga dengan nada datar sambil mengunyah.

"Gak apa, kan Mas, aku tanya gini sambil Mas makan? Ganggu, gak?"

Suga menggeleng. "Gak masalah. Sudah biasa."

Lalu suasana kembali hening. Gio tak tau harus tanya apalagi. Dia juga tak pandai mengobrol.

"Papa!"

Tiba-tiba terdengar suara Ivan. Gio menoleh, mendapati anaknya datang, bersama Fay.

Suga menunduk hormat ke Fay. Kenapa begitu? Apa Suga pernah bekerja pada Fay. Mungkin lain kali ia bisa menanyakannya.

"Anak Papa yang ganteng dah dateng," Gio memeluk Ivan yang menghambur ke pangkuan.

"Suga sudah kelar semua tugasnya?" Fay menanyai ke pegawai Gio.

"Sudah, Pak," jawab Suga tegas.

Gio heran, kenapa Fay dipanggil Pak oleh Suga? Ohh, mungkin karena tanda hormat sebagai orang yang sudah memberikan pekerjaan.

Dan hal yang paling mengesalkan, Gio dilarang Fay untuk menggaji Suga. Gio sempat berdebat hebat mengenai itu. Ia ingin memiliki kewajiban dan harga diri.

Tapi debat diakhiri dengan 'hukuman' dari Fay. Kalian tentunya bisa mengira-ngira seperti apa.

Akhirnya, karena tak enak dan ingin memiliki wibawa di depan Suga, Gio diam-diam memberi persenan saban Suga pulang. Pertamanya Suga menolak dengan alasan takut dimarahi Fay. Tapi Gio memaksa, dan Suga pun menerima.

Masih Engkau #WattPrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang