PROLOG

5.8K 312 1
                                    

Gue membuka mata gue, gue melihat sekeliling dan gue bisa menebak ini gudang. Kedua tangan gue diikat dengan bangku yang gue duduki dan mulut gue ditutupi oleh sebuah lakban hitam. Luka di leher gue sangat terasa perih, tapi luka ini tidak sebanding dengan perlakuan mereka terhadap Bang Aldi.

Setelah melakukan berbagai cara, akhirnya gue berhasil kabur dari tempat sialan ini. Tetapi sialnya, pria tua itu menahan gue, tubuh gue didorong mengenai tembok dan itu rasanya sakit terlebih tubuh gue yang sudah kehabisan tenaga. Pria tua itu menggenggam sebuah pisau tajam dan memandang gue dengan senyum licik.

BRUKK

Pria jahat itu tergelatak jatuh, papa datang tepat waktu, gue langsung memeluk papa sangat erat. "Kamu lari,ya. Di depan ada mobil Ilham nungguin kamu, tempat parkirnya cukup jauh,kamu masih kuat berlari kan, Sayang?"

Gue mengangguk dan berlari menuju mobil dibantu oleh Caitlin.

Ternyata benar kata papa, tempat menuju mobil jauh, tubuh gue sudah lemas, tapi gue harus paksakan tubuh gue untuk tetap kabur, setelah itu gue bisa menyelamatkan papa. Preman suruhan pria jahat itu mencegat jalan gue dan Caitlin, ini gawat!

Disaat Kak Ilham datang menyelamatkan gue dan Caitlin, Kak Ilham langsung menghajar preman itu.

Gue mengambil balok si penjahat yang jatuh, dengan perlahan gue mendekati Kak Ilham yang sedang berkelahi.

"(Namakamu)!" Seseorang memanggil nama gue, "dengan keadaan lo yang begini lo mau lawan mereka?"

"Gue harus bantuin Kak Ilham, Baal. Gue gak mungkin biarin Kak Ilham sendirian!"

"Biar gue, Angga, sama Babas yang bantuin Kak Ilham!" Gue mengangguk pelan dan Iqbaal menuntun gue berjalan ke mobil.

Gue melirik ke belakang. "Baal," lirih gue, "gawat, Baal! Salah satu dari mereka ada yang membawa senjata!"

Iqbaal membalikkan badannya begitupun gue. "Yang mana?"

"Itu yang paling gede badannya yang cuma diem di belakang," tunjuk gue kepada satu orang pria yang mungkin bos mereka?

"Kak Ilham hajar yang hanya diam di belakang, dia bawa senjata, Kak!!" teriak gue karena khawatir orang itu menembak Kak Ilham, Angga, ataupun Bastian.

Kak Ilham kini menyerang orang itu, dan benar saja orang itu menyodorkan senjatanya tepat di depan Kak Ilham, perkelahian berhenti dan semuanya menatap Kak Ilham dan penjahat itu.

"Berhenti!" ucapnya menodongkan senjata di depan Kak Ilham.

"Baal, Kak Ilham dalam bahaya!" tangis gue berjalan maju, tapi di tahan oleh Iqbaal.

"Lo mau ke sana dan menyelamatkan Kak Ilham? Yang ada ... lo yang ke tembak, (nam)!" Iqbaal menatap gue khawatir.

"Gue harus selamatin Kak Ilham!" ucap gue kekeh dan kembali berjalan maju, tapi tiba-tiba saja Iqbaal memeluk gue dengan bersamaannya suara tembakan.

Iqbaal memeluk gue dengan erat. "Iqbaal!" ucap gue khawatir.

"IQBAAL!" teriak Angga dan Bastian.

"Gue sayang lo ...." Gue membulatkan mata gue ketika mendengar ucapan Iqbaal. Tubuh gue sudah tidak kuat untuk berdiri, semua penglihatan gue menjadi gelap.


Hay semuanya .. . gue bawa ff baru ya, yang kemarin terpaksa di hapus ya soalnya kayaknya gak ada yang terlalu suka he. Couple nya berbeda sedikit ya dari kebanyakan ff, semoga kalian suka 😊

Dua Saudara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang