Aku bacaaaaa.... Bahasamu asik loh bacanya. Ringan dan mengalir. Pengen loh kesini isi tulisan yg ringan. Tapi susah, karena passion tiap orang kan beda2 gitu nggak bisa di samain.Tak tungguin yah kisah Nadhi selanjutnya. Sapa tau jodohnya si Sakha tuh. Klo nggak jadi, tu cowok lempar ke aju aja yaa.... hihihiiiii....#efwkjomblo
_nanubeauty
********
"Kamu... Pak Sakha?" Pria itu mengangguk sambil tersenyum.
"Ini mobilnya coba saya liat dulu ya." Nadi mengangguk, lalu menyingkir ke pinggir mobil. Sakha membuka Kap mobil lalu mulai mengotak atik di sana. Dia meminta Nadi menyalakan mesin, tapi masih juga tidak menyala. Nadi melihat Sakha mengeluarkan ponselnya lalu menelpon seseorang, kayaknya Sakha menelpon temannya yang lebih mengerti masalah mesin mobil. Setelah mengakhiri panggilan itu Sakha langsung memandang Nadi.
"Saya sudah telpon temen, mereka bisa bantu. Tunggu bentar nggak papa ya." Nadi bingung seharusnya Nadi menelpon Willy saja saat ini, dia pasti akan mengurus semuanya dan segera mengantarkan Nadi ke hotel. Tapi pria ini sudah berbaik hati ingin menolongnya. Ah apa dia benar-benar menolong atau ada niat lainnya? Bagaimana kalau dia ini orang jahat?
Nadi terkesiap saat Sakha menaruh sesuatu ke bahunya.
"Mbaknya nggak kedinginan pake baju itu? Pakai jaket saya aja." Nadi menyentuh jaket yang di selubungkan Sakha di bahunya.
"Ma..makasih." Sakha mengangguk.
"Mending kita masuk ke dalam mobil Mbak dulu deh, temen saya masih lama daripada berdiri di sini."
"Oh iya." Nadi membuka pintu mobil lalu duduk di kursi pengemudi, Sakha ikut masuk ke kursi di sebelahnya, tangannya memegang plastik berwarna putih di sana.
"Saya habis beli pecel lele tadi, Mbak mau?" Sakha menyodorkan plastik putih itu pada Nadi, tapi Nadi menggeleng.
"Nggak Pak, saya sudah makan."
"Saya juga sudah makan, cuma tadi laper makanya keluar beli makanan." ujarnya.
"Oh, Bapak rumahnya deket sini?" Sakha mengangguk.
"Iya, saya ngontrak sama tiga temen saya di komplek ujung sana. Ini juga beli buat mereka."
"Kok bisa malem-malem begini laper." Nadi mengutuk mulutnya sendiri, kenapa pertanyaannya tidak berbobot sekali.
"Hahaha, ini akibat nonton bola, saya kalah taruhan jadi disuruh beli nasi malem-malem. Lagian memang laper sih. Mbaknya abis pulang kerja?" Sakha mengamati Nadi sekilas lalu kembali memandang jalan. Tidak mungkin Nadi pulang kerja menggunakan dress hitam ketat sepaha begini, Nadi jadi malu pada Sakha. Gimana kalau Sakha mikir yang nggak-nggak tentang Nadi? tapi kenapa Nadi peduli?
"Oh nggak, tadi ada acara bareng temen."
"Oh." Hanya itu tanggapan Sakha, nggak ada yang lain. Kayaknya Sakha ini tipe cowok yang nggak kepo sama urusan orang lain. Dan Nadi bersyukur sekali karena itu. Dia nggak punya energi untuk menghadapi orang-orang yang ingin tau masalah yang sedang menimpanya.
"Rumah mbaknya di mana? Nggak maksud kepo sih." Nadi mengulum senyum, baru juga dipuji eh udah mulai melakukan serangan nih.
"Saya kos di daerah Duta."
"Deket kantor dong ya." Nadi mengangguk.
"Mbak bukan asli sini juga?"
"Bukan saya orang Sumatera Selatan."
"Oh orang sana putih-putih ya, di sana panas nggak sih?"
"Panas banget. Tapi ada beberapa daerah kayak di Pagar Alam, Lubuk Linggau dan beberapa daerah lain itu dingin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Nadhira (DI HAPUS SEBAGIAN) TERBIT DI TOKO BUKU JANUARI 2019
RomanceBagi Nadhira Azmi, mencari cowok tampan dan mapan dengan status single bagaikan mencari jarum ditumpukan jerami. Zaman sekarang rata-rata cowok yang mendapat predikat suamiable pasti sudah punya pasangannya masing-masing, kalau belum nikah ya pasti...