Hari senin dan sudah mulai masuk kerja dari libur panjang. Kalau mau jujur Nadi males banget buat kerja. Manusiawi sih manusia sering mengeluhkan hari senin, bayangin abis leha-leha eh besoknya harus kerja lagi.
Nadi mengenakan seragam kerjanya lalu memoleskan make up tipis di wajahnya. Kata orang cewek cantik alami itu nggak pake make up. Katakan itu saat sudah kerja sebagai front liner yang setiap harinya menghadapi manusia bukan komputer. Kalau dulu Nadi kerja di pabrik juga nggak pernah molas moles muka pake yang namanya make up. Cuma semenjak Nadi masuk kerja di Asuransi, penampilan itu nomor satu. Dia harus terlihat menarik di depan para nasabah. Dan ternyata itu menjadi suatu kebiasaan, Nadi nggak bakal pede keluar rumah tanpa make up. Nadi sih nggak pake bedak kayak topeng. Muka Nadi ini udah putih, kulitnya juga halus cenderung tipis, makanya kalau kena matahari suka langsung merah. Salah satu keuntungan punya muka begini Nadi nggak perlu pakai bedak, cuma tinggal oles krim pagi, pake alis, eyeliner, mascara sama lipstik. Selesai.
Nadi memasukkan high heels sembilan sentinya dalam paper bag. Mengambil tas kerja lalu memastikan semua listrik sudah padam di kamarnya ini. Sebenernya tiap hari kerja monoton gini kadang membosankan baginya. Manusia kan mudah bosen, tapi ya dinikmatin aja. Nadi kalau lagi nggak mood kerja inget tanggal gajian aja. Tanggal yang selalu Nadi ingat lebih dari tanggal lahirnya sendiri.
"Neng Nadi udah mulai kerja?" Sapa Pak Mok, satpam yang bertugas menjaga kosan ini.
"Iya Pak, pergi dulu ya Pak." Pak Mok mengangguk lalu Nadi berjalan menuju parkiran mobil.
Kosan ini empat lantai, lebih ketat dari kosan yang lain. Jam sebelas malam pagar sudah ditutup dan nggak akan dibukakan, jadi siap-siap cari tempat nginep kalau pulangnya kemaleman. Ibu Nadi agak lega karena dia tinggal di tempat begini.
Padahal Nadi ini orangnya nggak macem-macem, cuma semacem doang. Nadi memang bukan muslim taat. Sholat kalau ingat, tapi Nadi puasa dan bayar zakat. Ngaji jangan ditanya, Nadi lebih suka baca novel. Tapi Nadi nggak pernah macem-macem. Nadi sering pergi clubbing sama Mei tapi nggak sampe mabuk. Nadi sih emang nggak suka alkohol, jadi kalau lagi di club mesennya juice. Meisya selalu ngetawain, bukannya sok suci tapi Nadi memang nggak bisa minum.
Nadi suka ke tempat itu cuma karena mau denger musiknya aja, terus ikut joget-joget. Ngilangin stress gitu. Ibunya nggak tau kalau Nadi sering ke sana, kalau tau Nadi pasti sudah dibunuh.
Enaknya tinggal jauh dari orangtua itu nggak ada yang ngatur-atur. Kayak dulu Nadi mana boleh pake celana pendek terus jalan-jalan di Mall. Lagian di sana bisa diomongin sama orang sekampung juga kalau pakai baju begitu. Tapi di sini Nadi bebas berekspresi, pake hotpants ke mall nggak ada yang larang.
"Pagi Mbak Nadi." Nadi menjawab salam Apri, OB yang biasa membersihkan banking hall.
Nadi masuk ke dalam kantor sambil menyapa teman-temannya yang lain.
"Nih oleh-oleh, nggak bisa bawa banyak-banyak, lumayan buat temen makan siang."
Nadi menyerahkan bungkusan berisi kemplang, stik keju dan makanan ringan lainnya. "Makasih Mbak." Nadi tersenyum lalu kembali duduk di mejanya.
Pekerjaannya sebagai customer service tidak terlalu beresiko seperti teller, jujur kalau dulu Nadi diterima di sini dan ditempatkan sebagai teller Nadi lebih memilih tidak mengambil pekerjaan ini. Nadi ini teledor dan ceroboh, kerja sebagai teller sama aja bunuh diri. Bisa-bisa Nadi nombok setiap hari.
Kalau di novel umur 27, cewek biasanya digambarkan memiliki kerja yang keren banget, udah jadi manager, supervisor, senior arsitek atau pekerjaan lainnya yang keren-keren. Sedangkan Nadi masih betah sebagai CSO, yah emang kerjaanya gitu, masa pensiun di front liner itu sampai usia 35. Setelah lewat usia itu Nadi harus ikut test lagi buat jadi back office atau kepala bagian. Syukur-syukur kalau banyak prestasi nggak pakai test tapi langsung pengangkatan. Nasib yang ikut dari jalur mandiri lebih enak lagi, ikut test, diterima, pendidikan dan langsung jadi pejabat. Lah Nadi dipanel buat jadi pegawai tetap aja udah syukur. Kerja di Bank ini tuh susah, ketat pula, ya sebanding sih sama gaji tiap bulannya yang lebih tinggi dari bank lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Nadhira (DI HAPUS SEBAGIAN) TERBIT DI TOKO BUKU JANUARI 2019
RomanceBagi Nadhira Azmi, mencari cowok tampan dan mapan dengan status single bagaikan mencari jarum ditumpukan jerami. Zaman sekarang rata-rata cowok yang mendapat predikat suamiable pasti sudah punya pasangannya masing-masing, kalau belum nikah ya pasti...