PROLOG

153K 2.5K 26
                                    

Queisha Anya atau lebih dikenal dengan nama Queen duduk di meja kerjanya dengan setumpuk berkas yang harus ia periksa padahal baru saja dua minggu ia menduduki jabatan ini tetapi rasanya seperti sudah bertahun-tahun karena tumpukan document yang sepertinya tidak pernah menipis.

Ini karena manajer yang lama terlalu mengabaikan kewajibannya, pikir Queen kesal dan sedikit senang karena akhirnya manajer yang lama sudah dipecat karena ketahuan korupsi.

Merenggangkan tubuhnya yang kaku karena berjam-jam duduk memeriksa berkas-berkas Queen memutuskan untuk menyeduh kopi sekalian bersantai sejenak.

“hei anak baru, dokumen yang kusuruh kerjakan sudah selesai belum”

Queen yang tidak sengaja melewati toilet pria saat sedang berjalan untuk melemaskan otot-otot kakinya mendengar sesuatu dari dalam WC pria, ia pun berhenti di depan pintu untuk mencuri dengar.

“Apa! Belum?! Cari mati nih anak baru.”  Kata pria pertama

“hajar aja Za” kata suara pria kedua dengan nada memanas-manasi

Queen yang mendengar itu langsung masuk ke dalam WC mengira telah terjadi penidasan dan memang sepertinya begitu. Ia melihat Reza dan Aldi sedang memojokkan seseorang yang tidak ia kenal di sudut kamar mandi itu.

“apa yang sedang kalian lakukan.” Ucap Queen

Reza dan temannya menoleh dengan kaget mendengar suara itu “eh…Queen sedang apa kau di kamar mandi pria.”

“kau yang sedang apa? Apa kau mengganggu anak baru lagi?”

“bukan urusanmu.” Kata Reza jengkel

“itu menjadi urusanku bila kau mengganggu anak baru tahu, apa kau lupa aku manajermu.”

“jangan mentang-mentang baru diangkat menjadi manajer kau sudah sombong yah.” Reza berjalan ke arah Queen dengan aura mengancam.

“kau tahu aku tidak takut padamu Za.”

Reza berjalan semakin mendekati Queen hingga ia berdiri menjulang di depan wanita itu “apa sih mau-mu perempuan! Kau selalu mencampuri urusan yang bukan urusanmu”

“aku akan berhenti mencampuri urusanmu sampai kau berhenti mengganggu semua karyawan di kantor ini.” Jawab Queen tenang.

“Bah! Aku punya hak mau mengganggu siapa apa kau lupa siapa ayahku?! Hanya tinggal kubilang pada ayahku kau dapat langsung dipecat!.”

“laporkan saja aku tidak takut!”

“dasar kau…!!!” tangan Reza sudah siap untuk menampar dan dengan sigap Queen menangkap dan memlintir tangannya ke belakang. Walaupun ukuran tubuhnya setengah ukuran tubuh Reza tetapi itu ia imbangi dengan kelincahan tubuhnya.

Pria itu meringis kesakitan saat satu tangannya yang tadi ingin menampar Queen dipelintir kebelakang dan tangan satunya memegang bahunya.

“pergi!” perintah Queen lalu melepaskan tangan pria itu yang ia pelintir tadi.

“kenapa lu menantang Queen, Za. Kan lu tahu si Queen itu orang yang bisa lu tindas di kantor ini.” Bisik Aldi, temannya Reza dengan keras.

Setelah Reza dan temannya itu itu pergi Queen menghampiri karyawan baru itu “kau karyawan baru?”

Orang itu hanya mengangguk mengiyakan, ia masih merapat di dinding.

“kau karyawan dari bagian mana?”

“di bagian pemasaran.”

“oh, pantas saja aku tidak pernah melihatmu” kata Queen lebih kepada dirinya sendiri.

Orang aneh pantas saja ia menjadi korban Reza, pikir Queen.

“baiklah kau bisa kembali bekerja.” Dengan tatapan tegas yang memberi tahu orang itu untuk segera pergi.

Queen kembali ke kantornya dan melihat kembali tumpukan berkas yang harus ia kerjakan. Menghela napas ia berseru “semangat!” ia menyemangati dirinya sendiri.

Entah sudah berapa lama ia tertimbun dalam gunungan berkas sampai telponnya berbunyi “Queen aku di dekat kantormu, bagaimana kalau kita makan siang bareng? Kutunggu di restoran dekat kantormu.” Lalu telpon itu langsung dimatikan.

“Huh! Dasar Zara, selalu saja seenaknya” sungut Queen dengan sayang.

Keluar dari kantornya ia memberitahu sekertarisnya “aku akan keluar makan siang” Queen memberitahu.

Tiba di restoran Queen melihat sekeliling mencari Zara,adiknya dan melihat adiknya itu didekati seorang pria yang sepertinya begitu memaksa. Iapun mendekati mereka.

“lepaskan aku bilang aku tidak mau.” Queen mendengar potongan kata-kata Zara kepada pria itu.

“kau dengar kan kata wanita itu. Jadi lepaskan tanganmu.” Ucap Queen dengan nada dingin dari belakang pria itu.

Pria itu berbalik badan menghadap Queen dengan tatapan kesal “siapa kau mungil aku sedang berbicara dengan wanita ini.”

“aku kakak dari wanita yang kau sebut itu”

“kakak yah” pria itu melihat Queen dari atas ke bawah menilai penampilannya yang mengenakan rok selutut dan kemeja konservatif dan membandingkannya dengan Zara yang sangan fashion.

“kalian tidak mirip.” Ucapnya meremehkan

Queen merasa amarahnya muncul karena satu hal yang paling ia benci adalah diremehkan “kau mau pergi atau aku yang akan mengusirmu, yang pasti saat aku mengusirmu kau akan merasa menyesal telah mengganggu kami.” Ucapnya dengan mata berkilat marah.

Sepertinya pria itu melihat kilat berbahaya dari matanya karena ia dengan cepat langsung pergi.

“kau kenal pria itu Zara?” Tanya Queen pada adiknya itu dengan masih berusaha menahan amarahnya.

“tidak aku baru bertemu dengannya tadi dan dia mengajak kenalan yang langsung kutolak tetapi pria itu memaksa.”

“kau terlalu cantik sih” godanya membuat adiknya tersenyum malu.

Saat mereka sedang menyantap makanan yang mereka pesan Zara menyikut pelan lengan Queen “ ada apa” tanyanya mengernyitkan dahi melihat tingkah adiknya itu.

“pria itu dari tadi memperhatikamu terus.”

Queen menoleh ke arah yang ditunjuk adiknya itu dan melihat pria yang dimaksud adalah pria yang sama yang ditolongnya diganggu Reza tadi.

“itu pria yang tadi diganggu Reza di kantor sepertinya dia tipe pemalu.”

“dan sepertinya style-nya pun terlihat kuno. Lihat saja penampilannya, bajunya dikancing sampai lehernya sampai terlihat mencekiknya, rambutnya menutupi setengah

wajahnya dan kacamata besar yang digunakannya. Aku baru tahu kacamata itu masih ada di jaman sekarang ini.” Zara bergidik ngeri melihat penampilan pria itu.

Queen mengerti perasaan itu karena dia juga beranggapan seperti itu apalagi adiknya yang seorang desainer tetapi tidak seperti adiknya yang menatap ngeri ia hanya merasa geli dengan penampilan pria itu.

“sudah abaikan saja dan habiskan makananmu.” Kata Queen pada adiknya yang masih menatap pria itu

Because You're MineWhere stories live. Discover now