Chapter 8

111 2 0
                                    

Dulu sewaktu awal tahun masuk sekolah semester dua, Angga dan Risa pernah berpacaran. Pacaran versi Risa adalah dengan jangka waktu sepuluh hari. Intinya, Risa memberikan waktu pada Angga untuk bisa membuktikan bahwa Risa benar-benar membutuhkan yang namanya 'Pacar'.

Angga memang baik, pintar dan yang paling Risa sukai adalah karena Angga sangat sopan. Tapi dalam pemikirannya, apakah semua orang baik harus di jadikan pacar?

Hari pertama,

"Aku antar kamu pulang yah, kamu 'kan pacar aku, lagipula kita 'kan pulangnya searah", tawar Angga.

"Aku pikir, kalau seorang pacar di fungsikan sebagai orang yang bisa antar jemput, seharusnya aku berpacaran dengan tukang ojek! Apakah ini artinya kita bisa putus?" Ejek Risa.

"Tidak, aku ini pacar dan mengantar kamu itu ongkosnya gratis! Jadi aku bukan tukang ojek!" Dan Angga tetap ngotot untuk mengantar Risa pulang.

Hari ketiga,

Untuk hal antar jemput, Risa tidak mau mengungkit lagi, tapi Ia berusaha untuk mencari cara supaya tidak usah di antar dan di jemput oleh Angga. Walaupun Ia harus sedikit memaksa Aldi agar mau bareng naik motornya saat pergi dan pulang sekolah.

Merasa tidak mendapat kesempatan, Angga tidak mau absen untuk menelpon sekedar bertanya. Apakah Risa sudah makan? Risa sudah bangun? Risa sudah sholat? Risa udah belajar? Apakah Risa memimpikan Angga? Risa lagi ngapain, dimana, dengan siapa?

Dan jawab Risa, "Kamu seperti emak-emak. Cerewet sekali Angga! Aku tidak perlu diingatkan berkali-kali, toh aku sudah besar! Mungkin kita harus putus.."

"No, in your dream, Risa!" Suara Angga terdengar putus asa di telepon.

Enam hari berikutnya,

Angga selalu berusaha untuk memperlihatkan bahwa mereka berpacaran, tapi tidak dengan Risa. Dimana ada Risa pasti ada Angga yang selalu mengikutinya.

Di saat itu pula Angga selalu cari kesempatan untuk sekedar pegangan tangan, bergandengan atau sekedar memberi perhatian.

Dan kata sakti yang selalu di ucapkan Risa, "Jauhkan tanganmu, Angga! Kita bukan muhrim. Sekali lagi kamu sentuh aku, kita bakalan putus!"

Untuk kesekian kalinya dalam beberapa hari itu, Angga hanya bisa bersabar dan berkata, "Tidak, kita tidak akan putus. Aku janji Risa. Sure!"

Tujuh hari kemudian, tepatnya Sabtu malam.

Dengan pedenya Angga mengajak Risa pergi keluar. Alhamdulillah, Risa tidak menolak, mereka akan pergi menonton. Akhirnya berdua juga, dalam hati Angga merasa bangga.

Dan kenyataannya mereka pergi bertiga. Dengan Aldi yang jadi pawangnya. (Authornya ketawa setan)

Sampai hari kesepuluh, akhirnya Angga sadar.

Risa hanya akan senang dan menjadi manis jika di ajak makan gratis. Tentu saja makan bertiga di kantin dengan Rhama di sekolah.

Tidak tahan dengan sikap Risa, akhirnya Angga yang menyerah. Mungkin saat itu dia memang harus mundur.

Mengejar MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang