The Dream: The Case

53 2 1
                                    

Selasa, 20 Juli
Aku tiba disebuah taman, taman yang indah dan banyak aktifitas disini. Tapi tubuhku terlalu lemah, mungkin kurang terbiasa berjalan kaki. Aku memutuskan untuk duduk beristirahat sejenak untuk mengingat bagaimana aku bisa sampai sini. Sepertinya aku butuh rokok.

"Sisa satu... Korek ku mana ya... Sialan"

"Butuh korek mas??" bapak disebelahku menawarkan korek untukku

"Umm iya makasih pak" aku kemudian menyalakan rokok ku dan mengembalikan korek itu

"Sehat mas?? Keliatan pucat gitu mukanya" bapak itu bertanya sambil merogoh saku jasnya. Sepertinya dia mengambil rokok juga

"Yaa biasa pak mahasiswa banyak tugas, kurang tidur deh, bapak asli sini??" tanyaku pada bapak itu.

"Enggak mas, saya kebetulan ada tugas di kota ini, itu jemputan saya datang" sambil menunjuk mobil yang berhenti tak jauh dari taman itu

"Makasih ya pak koreknya" sambil tersenyum berusaha terlihat ramah

"Disyukuri aja mas selagi masih bisa belajar kan ya. Kalo kayak bapak gini udah kehabisan tenaga cuma bisa mengandalkan hasil anak sama cucu saya mas" bapak itu tersenyum ramah sekali, mengingatkanku pada sosok bapak ku sendiri

"Ini buat mas aja rokoknya masih ada, saya nanti beli lagi aja" balas bapak itu sambil tertawa kecil

"Wah makasih banyak....." belum selesai aku berbicara suara teriak seseorang mengalihkan perhatianku.

Sepertinya suara seorang perempuan, umurnya 40an. Bagaimana aku tau semua itu?? Aku merasa seperti semua indraku meningkat. Tulisan nama jalan sekitar 200 meter didepanku terlihat. Tiba tiba tercium bau, hmm seperti bau akan turun hujan sepertinya sekitar setengah jam atau satu jam lagi mungkin akan turun hujan. Aku pun menghampiri ibu yang teriak itu. Dia bilang bahwa jambret itu lari kearah timur menuju jalan mengarah pinggir kota. Aku melihat jambret itu berlari tak melihat sekitarnya dan kemudian "braaaaaakkkkkkkk...." sebuah mobil lepas kontrol menabrak trotoar akibat kaget oleh jambret yang tiba-tiba muncul. dihadapannya.

Aku terus membuntuti jambret itu berharap bisa menangkapnya. Jambret itu lari dengan gesit melewati kerumunan orang orang. Aku mengganti lajurku dengan sedikit keluar dari jalan pejalan kaki menjadi jalanan untuk mobil untuk menghindari kerumunan. Sampai tiba di lampu merah jambret itu terus berlari dan sayangnya kali ini aku tidak memperhatikan sekitar, jika aku berhenti tidak akan sempat sementara aku memperlambat aku akan tertabrak mobil yang melaju dari kiri. Pilihanku hanya satu, yaitu terus berlari dan melompati kap mesin mobil didepanku. Aku pun memacu lariku lebih kencang. Tapi, entah kenapa berbeda dengan indra indraku yang menguat fisikku tiba tiba menjadi lemah. Pandangaku yang semua baik tiba tiba kabur. Aku berusaha fokus dan segera meloncat. Aku gagal dan semua menjadi gelap.

Rabu, 21 juli
Saat aku tersadar aku sudah berada dirumahku sendiri. Rasanya seperti mimpi, badanku terasa pegal dan sakit. "mungkin ini efeknya" batinku. Tapi aku sudah terbiasa karena emang biasanya aku berolahraga seperti basket dan renang.

*phone ringing

Pria: "Halo selamat siang"

Unknown: "Selamat siang, bagaimana mimpimu?"

Pria: "Bagaimana kamu..."

Unknown: "Tentu saja aku tahu john hahaha"

John: "Kau tahu namaku juga, tapi bagaimana"

Unknown: "Gak perlu tahu bagaimana, aku hanya ingin memberitahumu John"

John: "Memberitahu tentang apa??"

Unknown: "Waspada sekitarmu John"

John: "Terhadap apa??"
*call ended

Aneh sekali. Bagaimana dia bisa tau tentang namaku dan nomerku, dan juga aku bangun tidur bukan mau tidur. Apa hal yang harus aku waspadai di sekitarku. Aku pun melihat sekitarku mencoba keluar rumah duduk di kursi teras melihat keadaan sekitar. Hanya ada satu mobil sedan hitam mungkin mobil baru tetangga sebelah?? Dan juga satu mobil van milih salah satu toko laundry. Aku merogoh saku celanaku dan dompetku pun masih ada. Syukurlah tidak hilang. Aku mencoba merogoh saku jasku dan merasa ada yang hilang. Tapi apa, ternyata aku ingat bahwa rokok yang diberi bapak kemarin telah hilang. Yaudahlah mungkin hanya bungkus rokok biasa batinku dalam hati. Mungkin ada orang yang mengambilnya saat aku pingsan kemarin,

The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang