Chapter 27

1.4K 165 185
                                    

Hari-hari pertama sejak aku pulang, rasanya waktu berjalan begitu lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari pertama sejak aku pulang, rasanya waktu berjalan begitu lama. Mungkin karena aku mengisi hari-hariku dengan membaca buku pelajaran dan mengerjakan tugas yang tertinggal selama aku cuti kemarin. 

Sebenarnya aku malas sekali. Tetapi ini semua kulakukan agar nilai raporku jauh lebih dari sebelumnya. Dengan itu, aku akan membanggakan Ibu dan Ayahku, dan mereka tidak akan terlalu merasa keberatan saat aku pergi kembali ke London.

Kuberitahu satu hal; alasan aku bersikeras ingin kembali ke London bukan karena aku akan tinggal di basecamp One Direction dan kembali berkumpul bersama the lads.

Oke, mungkin itu salah satu alasannya.

Tetapi alasan utamanya adalah untuk mencari Aimee.

"Tadi kau pulang terlambat, Beth," Ibuku tiba-tiba masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan dengan segelas jus jeruk dan cookies di atasnya. Ia meletakkan benda itu di atas meja belajarku. "Kemana saja kau tadi?"

"Sepulangnya ujian, mencari materi sebanyak-banyaknya dari perpustakaan kota," gadis batinku tersenyum penuh kesombongan saat aku mengatakan ini. Karena jujur saja—setelah sekian lama, baru kali ini aku serius menjalani ujian. Mungkin karena tidak ada Aimee disini, yang biasanya menemani dan memaksaku belajar (dan memberikan contekan). "Kemudian berkunjung ke makam Olivia. Maaf aku tidak memberitahu Ibu sebelumnya. Itu mendadak."

"Oh," Ibu tersenyum lembut. " Tidak perlu meminta maaf, Sayang. Aku hanya khawatir," aku menoleh ke belakang guna melihat Ibuku yang duduk di tepi kasurku. "Jadi, kau akan pergi ke London tanggal 19 nanti, sedangkan Ayahmu masih di Washington. Kalian meninggalkanku sendirian disini. Kejam sekali."

"Ibuuu ..." aku mengerang mendengar ucapannya. Ini membuatku merasa menyesal karena terus meninggalkan Ibuku disini. "Kumohon jangan membuatku seperti ini. Aku ke London pun karena Aimee, bukan karena One Direction."

"Ibu tahu."

"Dan selanjutnya, aku akan serius mencari Aimee."

"Oh, ya. Sebenarnya, aku heran padanya," Ibu menoleh padaku dan berkata, "akusudah mengenalnya sejak Ia pindah kemari saat umurnya masih enam tahun. Ia riang sekali. Berbeda dengan sekarang. Ia tertutup, menjadi pendiam yang tidak suka bersosialisasi—sepertimu."

"Wow," aku memutar kedua bola mataku mendengar sindiran Ibu. "Terima kasih, Ibu," aku mencibir. "Itulah yang terjadi saat seisi sekolahmu hanyalah orang-orang breng—"

"Language."

"—sek. Uh, Bu, itu yang sejujurnya," aku mengalihkan pandangan darinya saat Ia memelototiku. "Maaf ya Bu, aku pergi lagi. Tapi aku dan Greyson sudah membuat perjanjian. Kami akan di London untuk dua minggu untuk benar-benar mencarinya. Kalau sampai waktu itu habis dia tidak ditemukan—atau menghindar seperti kemarin, kami akan pergi. Lebih tepatnya menyerah."

Ibu terdiam selama beberapa saat. "Aku sudah mencoba berbicara dengan Nicole saat kau masih di London bersama Greyson."

"Oh, ya? Lalu?"

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang