Speak Now

10.2K 881 56
                                    

A/N: Inspired by Taylor Swift's Speak Now. Original story is mine. Review after reading is a must. Thank you.


Laki-laki itu berambut hitam. Wajahnya tampan namun lebih terkesan cantik dan menggemaskan. Ia menampakkan raut wajah sedihnya. Duduk termenung sambil menatap layar ponselnya, menatap wallpaper menampilkan foto dirinya bersama seorang pria berambut pirang, dengan posisi dirinya berada di belakang dan memeluk leher laki-laki pirang itu yang sedang menggendongnya di belakang. Senyum cerah menghiasi wajah keduanya. Sinar matahari dengan latar belakang laut benar-benar menambah keindahan foto tersebut.

Laki-laki itu menghela nafasnya. Tanpa terasa air mata turun dari pelupuk matanya.

"Sudah waktunya, huh?"

Ia meringis.

Sakit.

Dadanya terasa sesak.

.

.

.

"Aku akan menikah bulan depan." Laki-laki pirang di hadapannya tiba-tiba melontarkan pernyataan mengejutkan.

Si rambut hitam terdiam. Seluruh tubuhnya terasa lemas. Seolah mati rasa. Dadanya terasa sesak. Bibirnya bergetar tatkala ia melontarkan perkataannya.

"S-Siapa...?" Ia berdesis, menundukkan wajahnya, tak mampu menatap kedua bola mata lawan bicaranya.

Ia dapat mendengar si rambut pirang menghela nafasnya. "Ryu Sujeong."

Ryu Sujeong, anak kepala sekolah ketika mereka SMA dulu. Seorang gadis cantik yang baik hati. Sejak dulu sudah digosipkan dengan si rambut pirang itu. Si rambut hitam merasa tak kuasa menahan air matanya.

"K-Kenapa...?"

Sekali lagi, si rambut pirang menghela nafasnya.

"Kookie, tatap aku." Perintah pria berambut pirang itu, namun terdengar lembut. Tangan kanannya meraih dagu pria yang dipanggil Kookie tadi, memaksa kedua bola matanya bertemu dengan miliknya. Hatinya terasa sakit ketika menemukan dua bola mata indah itu telah rusak oleh air mata. "Orang tuaku yang memaksa. Jangan menangis. Aku bisa membatalkannya jika-"

"Tidak, hyung."

"Jungkook..."

"Jangan, hyung. Kau tak boleh membatalkannya." Jungkook menggelengkan kepalanya, memaksakan sebuah senyum pahit di bibirnya.

"Tapi aku tidak mencintainya! Kau tahu siapa yang aku cintai!" Laki-laki pirang itu menaikkan nada bicaranya.

"Jangan! Kau tak boleh melakukannya!" Jungkook setengah berteriak. Ia masih terisak. Perih. Menahan perih ini benar-benar menyakitkan. Terasa begitu sesak. "Ini impianmu sejak dulu, bukan? Kau akan menikah, memiliki anak-anak yang lucu dan manis. Kau harus melakukannya."

"Kookie..." Laki-laki pirang itu menghela nafas beratnya. "Tapi aku hanya mencintaimu! Aku memang bermimpi mempunyai anak-anak yang lucu. Tapi jika itu bukan bersamamu, lebih baik aku tak pernah mendapatkannya!"

"Jangan bodoh, Taehyung!" Masih dengan setengah menangis, Jungkook berteriak. "Kau... Kau tak akan pernah meraih impian itu jika bersamaku... Kau tahu aku adalah laki-laki dan tak mungkin bisa memberikanmu anak. Aku... Aku..."

"Sshhhs, jangan menangis, sayang..." Tubuh Jungkook diraih oleh Taehyung, didekapnya dengan erat, dibenamkannnya wajah cantik itu pada leher pria itu.

"Lakukanlah, hyung... Ini demi kebaikanmu.. Jangan pikirkan aku. Aku akan baik-baik saja..."

"Tapi-"

In Love, Everything is NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang