Chapter 2

5.6K 434 4
                                    

Bethoven – Fur Elise 




Suara alunan musik klasik yang mengeluarkan melodi indah dengan kisah cinta misterius di balik musik yang di buat oleh sang pemusik.

Menenangkan?

Kuarasa tidak

Suasana hening yang mendominan terpecahkan oleh alunan musik yang terputar, kiranya berjam-jam sudah terlalui dan waku masih terus berjalan sebagaimana semestinya.

Berjam-jam menunggu seseorang yang di maksud tapi manusia itu belum menampakkan batang hidungnya sama sekali, di tambah acara televisi yang bermaksud mencairkan kebosanan sudah berakhir sekiranya sejam yang lalu.

Dan sekarang dia bosan

Diam, membuang percuma waktu yang sangat berharga ini dengan sia-sia, membuat tubuh rampingnya terkapar di sofa dengan posisi kurang pantas sama sekali.

Mata sejernih lautan setengah terpejam antara ingin tidur atau harus terjaga seharian, kepala tergelantung hampir jatuh ke lantai, bahkan kaki terangkat naik ke sandaran sofa. Sungguh posisi yang sangat nyaman sekali.

Tok tok

Ketukan pertama terdengar melayang di telinga.

Tok tok

Dengan wajah lempeng naruto terperajat, menggerutu, dan menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali.

Tangannya menepuk-nepuk pipi tembem dan memaksa menyadarkan dirinya sendiri, merapikan surai pirang yang berantakan yang sangat kusut walau di sisir dengan jari, setelahnya berdehem melepaskan suara serak serak kering dari tenggorokannya.

Setelah mematikan musik yang ternyata masih berputar, perlahan mencapai pintu dan membuka pintu utama.

Menarik ganggang putih tanpa terburu-buru hingga cahaya menyilaukan langsung berlomba-lomba masuk ke dalam ruangan yang temaram tersebut.

Mata indah yang tadinya tanpak bulat kini menyipit tampak masih menyesuaikan akan cahaya yang baru saja bertabrakan.

Seorang anak kecil yang tampak jelek berdiri di depan rumah dengan sekotak kardus dengan lubang kecil di bagian tengahnya.

"kotak sumbangan?"

"kakak yang cantik, tolong belaskasihnya"

Wajah anak kecil itu menampilkan mimik penuh harapan, dengan mata bulat besar yang di buat tampak sedih dan seakan mengeluarkan air mata.

Jelas jelas ia mengemis secara terang terangan, masih berdalih dengan bentuk meminta sumbangan.

"sumbangan untuk apa?"

Naruto tidaklah sebodoh itu, ia sudah menonton berita dan tidak mendengar adanya bencana kebakaran atau gempa bahkan kebanjiran di daerah sini.

"sumbangan untuk aku yang kelaparan"

"_"

"kakak yang cantik, jangan pelit"

"_"

"kak?"

Mengemis di jalan raya sana.


.

.


Setelah merelakan sisa uang jajannya untuk bocah pengemis yang berevolusi menjadi peminta sumbangan, wanita pirang tersebut kembali merebahkan diri ke atas sofa dengan tubuh malas.

Punishment Kiss | (SasuFemNaru ver.) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang