Chapter 7 : Nightmare

Começar do início
                                    

Aku mendengus kecil sambil melangkahkan kaki keluar toilet yang sepi ini. Aku tahu Romeo memang tidak sengaja melakukannya, tapi yang membuatku sedikit kesal dia sama sekali tidak meminta maaf atau setidaknya menampilkan wajah bersalahnya.

Di arah berlawanan kulihat Andra berjalan sambil menenteng se-pack tisu. Aku segera menghampirinya.

"Ndra, minta tisu dong." ucapku langsung padanya.

"Nih boleh banget." Katanya sambil menyodorkan tisu di tangannya. Aku mengambil beberapa helai.

"Ngapain lo bawa-bawa tisu sebanyak ini?"

"Lagi flu, Kin."

Aku manggut-manggut.

"Alay banget nggak sih? Dulu pas SD gue ngelap ingus pake baju atau enggak pake tangan." Andra tertawa geli.

"Jorok lo."

"Lo enggak makasih udah minta tisu gue?" tanya Andra sambil menaik-naikan kedua alisnya.

"Makasih, Ndra!"

"Ehehe, makasih aja nggak cukup sebenernya Kin."

"Lo mau gue kasih sepakan atau tabokan?"

"Duh kangen gue sama tabokan lo pas gue nyembunyiin bola basket lo." Andra tertawa-tawa geli. Jadi dulu waktu kelas sepuluh, aku memang sempat nampar muka Andra soalnya dia sudah iseng menyembunyikan bola basketku, sebenernya sih itu bukan bola basket milikku, melainkan milik salah satu temen sekelasku, makanya pas hilang aku cemas minta ampun, dan taunya si Andra yang malah bawa bola itu ke sekretariat basket.

"Ehm," Andra menormalkan suaranya, "Gue sebenernya lagi butuh banget bantuan lo. Kebetulan banget kita ketemu disini."

"Bantuan apa?" tanyaku penasaran.

"Ini tentang Calista."

Mulutku membulat.

Tiba-tiba Andra mengeluarkan pena dari saku bajunya, mengambil selembar tisu dan menuliskan sesuatu disana.

"Kalo lo sayang gue sama Calista, gue harap lo dateng. Besok, jam lima sore." Ucap Andra diiringi senyum jenaka. Kuambil tisu yang disodorkannya itu dengan kening terlipat-lipat.

KingQueen's Birthday Stuff.

Jln. Letnan Simanjuntak

"Tau kan itu dimana?"

Aku mengangguk. "Ngapain kesini?"

"Lo ternyata bukan sahabat yang so sweet."

Tunggu-tunggu... tanggal berapa ini? Aku memutar otakku. Astaga! Ini sudah bulan Agustus. Berarti... aku baru mengerti! Senyumku langsung melebar.

"Andra, lo suka..." aku tak bisa melanjutkan ucapanku ketika melihat wajah Andra yang memerah. Tawaku meledak begitu saja.

"Gue ceritain semuanya besok kalo lo mau dateng. Jangan ngaret ya, papay..." Andra melenggang, meninggalkanku yang masih nyengir-nyengir kayak orang bego.

Pantas di kantin waktu itu Andra terus memperhatikan kami -ke arah Calista lebih tepatnya. Sekarang aku sangat mengerti alasannya. Calista, dirimu akan segera mendapat kejutan spesial!

Aku melanjutkan perjalananku di kelas sambil menutupi bibirku dengan tisu yang diberikan Andra -bukan tisu yang sudah dicoretinya dengan pena karena tisu itu sudah kumasukkan ke saku bajuku. Bibirku ini tak henti menyunggingkan senyum, jadi aku harus menutupinya kalau tidak mau dibilang gila karena senyum-senyum sendiri.

Ketika aku masuk, suasana kelas masih seperti tadi, teman-teman kelasku masih banyak yang berkonsultasi dengan Bu Astrid. Aku memilih langsung kembali ke bangku, senyumku makin lebar di balik tisu ketika melihat Calista duduk dibangkunya, sibuk memelintir rambut panjangnya yang lurus. Namun ketika melihat Romeo, senyumku mendadak pudar. Hilang tak berbekas.

Aku menjatuhkan bokongku tanpa meliriknya.

"Sakit, ya?" Tanya Romeo tiba-tiba.

Aku menoleh, menatap manik matanya yang juga sedang menatapku lekat. Agak lama kami berpandangan sebelum akhirnya aku menjawab, "Enggak."

Kalau dia punya otak dia pasti tahu kalau aku sedang berbohong.

"Udah dapet tema KTI-nya?" Tanya Romeo lagi, kali ini mengundang helaan sinis dari bibirku.

"Belum."

"Pengaruh asisten pribadi terhadap kesehatan jantung bos-nya?" gumam Romeo pelan. Lalu cowok itu tersenyum miring. "Nggak, nggak, lupain."

Aku memikirikan ucapan Romeo barusan. Asisten pribadi dan bos? Dia membicarakan aku dan dirinya? Tapi kenapa bawa-bawa jantung juga? Emang ada pengaruhnya apa? Duh, pemikiran otakku ini memang sempit banget kayaknya.

"Cari aja di google, banyak tuh!" ketus Romeo kemudian.

Ck, ternyata Romeo sama tak bergunanya dengan diriku.

***

[SEBAGIAN PART INI SUDAH DI HAPUS]

Resist Your CharmsOnde histórias criam vida. Descubra agora