Prolog

27K 1.3K 13
                                    

Alexis Sandra kini sedang berjalan secara terburu - buru di sepanjang koridor kampusnya itu, dia sedang menuju tepat ke arah kelasnya yang akan dilaksanakan pertama di jam pagi di hari ini. Dia sendiri sama sekali tidak terlalu ingin untuk memperhatikan langkah dari kedua kakinya yang terlihat bergerak dengan sangat tergesa - gesa itu, apa lagi menghabiskan waktu untuk bisa memperhatikan orang - orang yang juga sedang berlalu lalang tepat berada di hadapan, samping dan juga sekelilingnya. Saat ini, dia - Alexis bahkan juga tidak terlalu peduli lagi dengan tentang bagaimana penampilan dirinya sendiri yang mana dia sudah sangat yakin jika penampilan dirinya mulai terlihat sangat lah berantakan, asal kan dia bisa segera sampai dan juga masuk ke dalam kelas pagi ini dan tidak sampai terlambat masuk serta mengikuti kegiatan perkuliahannya itu. Rambut Alexis yang mana sebelum dia pergi untuk berangkat ke kampus tadi yang dengan sengaja dia ikat tinggi sekali pun mulai terlihat cukup berantakan, akibat dari langkah kedua kakinya yang semakin dia percepat dan percepat. Sepatu flat lama miliknya pun sama sekali tidak terlalu bisa untuk mendukung pergerakan langkahnya dalam berlari untuk bisa semakin gesit di jalan koridor kampus yang memiliki lantai yang cukup licin itu. Dan hal yang lebih sialnya lagi untuk Alexis adalah, bahwa kelas mata kuliah pertamanya hari ini berada tepat di bagian ujung lorong koridor kampusnya dan itu cukup jauh untuk di jangkau dengan langkah kedua kakinya itu.
“Awww!!!!” pekik Alexis seketika dan tiba - tiba saat merasakan bahwa dia menabrak sesuatu - alias menabrak seseorang yang berdiri tepat berada di hadapannya itu. Hingga tanpa sadar Alexis sendiri mulai mundur beberapa langkah ke belakang dari posisi berhentinya sambil terus beberapa kali mengusap - usap perlahan dahinya yang terasa sangat lah sakit itu. Sedikit mengeluh kesakitan dan juga rasa pusing serta pening yang langsung saja dia rasakan tepat di bagian kepalanya yang dia yakini bahwa sudah pasti ada benjolan kecil di sana.
Alexis pun segera mendongakkan kepalanya dan langsung saja melihat tepat ke arah sosok seorang pria yang memiliki tubuh yang sangat tegap dan juga gagah, dengan dadanya yang terlihat sangat bidang itu, yang mana juga pria itu menatap lurus dan juga sangat dalam tepat ke arah dirinya. Alexis sendiri bahkan tidak tahu apa kah pria itu juga merasa kesakitan tepat di bagian dada bidangnya itu akibat tabrakan yang sudah dia sebabkan, atas keteledoran dirinya. “Maaf - maaf... saya nggak sengaja, saya lagi buru - buru sekarang ini,” gumam Alexis dengan nada suaranya yang penuh dengan rasa menyesal dan tidak enak, sambil terus membungkukkan beberapa kali tubuhnya di hadapan sosok pria itu.
Tapi si pria asing yang masih saja berdiri tegap yang tepat ada di hadapannya itu sama sekali tidak menjawab ucapannya, atau bahkan hanya untuk sekedar menyela ucapan Alexis itu. “Mate...” Namun secara tiba - tiba si sosok pria asing itu mulai mengeluarkan geraman atau menggeram dengan nada suaranya yang sangat halus, yang bahkan saat orang yang lainnya akan mendengar dari suara pria itu pun akan langsung merasa merinding karena mendengar nada suaranya itu.
Sedangkan Alexis hanya mengangkat kepalanya secara perlahan dengan tatapan kedua matanya yang penuh dengan perasaan tanda tanya, dia bahkan tidak sadar jika kepalanya sedikit miring untuk menatap ke arah pria itu, serta untuk memahami atas apa yang baru saja di katakan oleh pria asing itu. Namun seketika saja kesadaran yang ada di dalam pikirannya Alexis itu tersentak kencang, saat kembali mengingat atas apa yang harus segera dia lakukan saat itu juga. “Eh... aku harus segera pergi sekarang. Dan sekali lagi tolong maafkan saya, saya nggak sengaja menabrak kamu. Saya permisi,” ucap Alexis selanjutnya dengan nada suaranya yang cepat serta terburu - buru dan mulai kembali berlari dengan langkah kedua kakinya yang cukup kencang menuju kelasnya. Sama sekali tanpa menghiraukan si sosok pria asing yang menurut Alexis cukup aneh lagi itu.
***
Di sisi yang lain dari Alexis, si sosok pria asing tadi yang tak lain dan juga bukan adalah Dimitri Black itu, terus saja terdiam di sana, tapi dengan kedua matanya yang sama sekali tidak bisa dengan segera melepaskan pandangan kedua matanya itu dari arah punggung Alexis yang kini sudah mulai lebih menjauh lagi dari dirinya itu.
“Mate... dia - gadis yang tadi itu adalah mate kita, Dimi. Dia mate kita... Mate yang selama ini sudah kita cari - cari, akhirnya kita dapat menemukan dirinya. Dan juga saat mendengarkan suaranya yang tadi itu... astaga, suaranya terdengar sangat lah lembut dan juga sangat halus. Aku bahkan hampir saja sama sekali tidak bisa menahan diriku lagi untuk dengan segera memiliki dirinya sekarang juga, Dimi,” ucap Jack - yang merupakan jiwa serigala yang ada di dalam tubuh Dimitri, yang langsung saja me - mindlink di dalam pikiran Dimitri.
“Ya - ya... aku sangat tahu akan hal itu, Jack! Aku sangat tahu. Dan juga aroma wangi yang terus saja keluar dari dalam tubuh mate kita itu, bahkan sudah benar - benar dapat menggambarkan bagaimana karakter dirinya dengan cara yang sangat tersendiri, bahwa dia adalah mate yang selama ini kita cari, Jack. Aroma tubuh mate kita yang sangat harum itu, bahkan aku bisa mengetahui aroma apa saja yang membentuknya, yaitu aroma tubuhnya yang memiliki pencampuran antara aroma vanilla dan juga aroma bunga jasmine, yang tercium sangat lah lembut dan juga tidak terlalu tajam itu. Begitu sangat unik, dan juga sekaligus memabukkan. Mate - ku,” jawab Dimitri yang membalas mindlink dari Jack, dan masih saja terus memperhatikan bayangan tubuh dari Alexis yang bahkan sudah mulai masuk ke dalam kelasnya saat itu.
“Hei!! Gadis itu bukan hanya saja mate kamu, dia juga mate - ku,” ucap Jack di dalam pikirannya dengan nada suaranya yang merasa cukup kesal, dan berniat sedikit menggoda Dimitri saat ini.
Dimitri sendiri langsung saja memutar kedua bola matanya, merasa geli sendiri dengan sikap Jack seperti itu di dalam pikirannya itu. Dan juga dirinya sendiri mulai tertawa kecil di sana. “Baiklah - baiklah, gadis itu adalah mate kita berdua. Puas, Jack?” jawab Dimitri yang masih dengan tertawa kecil di wajahnya itu pun dengan segera langsung memutuskan mindlink yang ada di antara pikiran dirinya dan juga Jack, tanpa menunggu lagi atas jawaban yang akan segera di katakan oleh Jack. Karena tentu saja mindlink yang terjadi di antara Dimitri dan juga Jack itu akan menjadi perbincangan yang cukup lama dan juga bisa menjadi sangat lah membosankan.

Spirit My Mate ✔️ {DI HINOVEL}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang