#2

17.2K 667 8
                                    

Nadine berada di sebuah ruangan di samping kamarnya, diruangan ini semua sisi kanan dan kiri berdiri rak buku besar. Ia mulai membuka dan membaca isi map yang sudah seminggu ini dibiarkan menumpuk di meja kerjanya.
Sengaja Nadine membawa pulang semua berkas ini, dia butuh konsentrasi penuh dan jika di kafe dia tidak akan mampu konsentrasi dangan tenang. Ada saja tingkah maya dan karyawannya yang lain untuk mengganggunya. Cafe mungil yang ia bangun 5 tahun yang lalu mulai sangat ramai dan itu membuat 9 karyawannya kewalahan, bahkan bagian kasirpun harus ikut turun tangan untuk membantu para waiters. Dengan teliti Nadine memilih dan menimbang mana yang akan dia kasih kesempatan bergabung di cafenya. Sebenernya dia berencana menambah 3 orang lagi, namun karena disini ada 5 berkas yang membuatnya yakin akhirnya dia putuskan untuk mengambilnya dan meyimpan berkas lainnya di lemari kecil.

"Akhirnya kelar juga, besok biar Maya yang urus interview penerimaan kerjanya"

Nadine memasukan 5 berkas pilihanya kedalam ransel yang selalu dia bawaa kemana-mana.
Matanya mulai minta di istirahatkan. Maklum, bukan remaja lagi.

@############@@@@@@@@###############

Nadine kini telah selesai bebenah dan dengan tergesa lari-lari kecil masuk ke mobilnya.
Di pikirannya, pasti akan kena marah Vero. Nadine menyalakan musik, cukup untuk merilekskan kepalanya. Perlahan dia mulai ikut melantunkan lagu-lagu yang berputar. Sangat membantu rileks menghadapi jalanan macet ini di jam anak sekolah berangkat.

"Oh iya, aku melupakan Gerry" gumamnya. Nadine mengetik pesan singkat dan mengirimkannya kepada Gerry. Memberitahukan jika tidak perlu bertemu.
####$$$$$$$$$$$##################

Setelah 30 menit, akupun sampai, cepat-cepat ku parkirkan mobilku di depan gerbang rumah mungil yang pernah jadi tempat tinggalku juga dulu. Aku berjalan memasang senyum manisku, menghampiri anak 7 tahun yang sedang ngambek itu. Vero berdiri di depan pintu dia melipat kedua tangannya dan memasang muka masamnya. Muka penuh ancaman. Bahaya! Anak kecil satu ini, jika sudah marah, tidak akan bisa di ajak negoisasi.

"Pagi anak momi yang cantik, kok cemberut sih? Ayo berangkat, bunda mana?"

"Momi telat bangun kan. Vero telat ini jadinya"

"Hahaha telat gimana sih sayang, baru jam 7 juga"

Aku melangkah masuk rumah itu dan menuju dapur baru sampai meja makan aku menghentikan langkah, disana aku melihat Maya sedang mengepel membelakangiku. Rajin sekali ya kakakku ini. Kakak angkat, aku sangat menyayanginya.

"Bun, momi telat kesininya. Kasih hukuman" ku pelototi Vero yang dengan santainya berjalan keluar rumah lagi, dan kudengar Vero berteriak setelahnya.

"Ayo mom! Please"

"Gini ya. Anak sama emak sama aja deh. Gak sabaran" ucapku asal.

"Apaan! Ulangi lagi! Ngomong apa kamu?!" Maya menarik rambutku. Sumpah ya, sakiiit.

"Kagak. Anak sama emak sama-sama cantik. Gitu, maksud gue" jawabku sambil cengar cengir. Maya melepaskan rambutku. Merapikannya kembali.
"Udah, sana keburu ngamuk Vero"

Ku toyor kepalanya sebelum berlari kedepan rumah meninggalkannya yang sedang teriak menghujatku. Aku tertawa terbahak, namun berhenti saat kudapati tatapan ancaman anak kecil ini. Buru-buru ku lajukan mobil menuju sekolah Vero.
Sesampainya disana Vero langsung turun tanpa pamit kepadaku. Ahh ini anak pasti ngambek, padahal kan masih jam 7:30 dan jam masuknya 8:00. Aku memperhatikan Vero dari dalam mobil, dia melangkah menuju gerbang sekolah sebelah. Mau apa Vero ke SMA sebelah? Ku lihat Vero berhenti pas di depan pintu gerbang dan berbicara dengan seorang gadis SMA, mungkin murid SMA yang bersekolah disebelah sekolahnya itu.

Gadis itu tersenyum dan menyodorkan tangannya ke arah Vero. Ku lihat Vero merogoh saku bajunya. Kok cantik ya?!

Serius. Gadis yang teramat cantik. Astaga, siapa dia? Manis sekali!
Ahh maksudku, apa-apaan. Kenapa dia meminta sesuatu dari Vero?
Apa vero di mintai uang jajannya?
Cantik tapi kok nakal ya. Awas saja!
Aku turun dari mobil, mengahampiri mereka.  Ku tepuk pelan bahu gadis cantik itu. Maafkan ya, terpaksa. Kamu sih jahat, masa minta uang ke anak kecil.

Gadis itu kaget, lalu cepat-cepat berbalik badan. Saat tatapan kami bertemu, dia tersenyum manis kepadaku. Lalu mengulurkan tangannya. Walaupun bingung, tetap ku sambut ukuran tangannya.

"Helena"

Nama yang cantik, sangat sesuai dengan dirinya. Aku hendak menginterogasinya, namun tak ku lakukan karena Vero menarik ujung sweaterku dan memberi tanda 'No'. Ahh sebenarnya karena Helena ini menarik perhatianku juga sih haha.

"Momi, awas aja nyakitin Kak Helen. Vero cubit sampe ngelupas kulitnya"

"Vero, kamu masuk ke sekolah gih sayang. Ini uang jajan buat Vero, momi cuma mau ngobrol sama kakak ini"

Bukannya melangkah masuk setelah ku berikan uang jajan, Vero malah menghampiri gadis gila lagi. Kemudian memberikan uang yang baru saja aku berikan kepadanya. Ini sebenernya ada apa? Tanyaku dalam hati. Benarkah? Gadis ini siswi nakal yang suka meminta uang adik kelasnya?

"Momiii! Ini semua gara-gara momi telat nganter Vero, jadinya aku kalahkan. Momi bikin Vero hari ini gak jajan" kesal Vero kepadaku. Makin membuatku merasa bingung, pastinya.

"Kak Helen, ini uang jajan adek udah semuanya, gak ada lagi. Terus kakak minta apa buat hukumannya?"

Gadis aneh di depanku memberikan tanda OK. Merogoh sesuatu di ranselnya. Roti sisir dan susu UHT, memberikannya kepada Vero. Kemudian dia membisikan sesuatu ke telinga Vero, tersenyum dan berjalan meninggalkan kami masuk ke sekolahnya.

�g$uM�

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang