Bogor Kota Hujan

6.1K 638 578
                                    

Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Bogor terletak di kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan orografi. 

Tak aneh jika udara di kota hujan ini sejuk dan dingin. Apalagi jika sudah masuk musim penghujan, setiap pagi rasanya berat untuk melangkahkan kaki ke luar rumah. Inginnya untuk terus berbaring di atas tempat tidur sambil memeluk guling dan berselimut.

Para pendatang harus bisa menyesuaikan diri dengan iklim di sini. Melawan rasa malas di pagi hari setiap musim penghujan. Jangankan pendatang, penduduk asli Bogor pun sudah terbiasa melawan rasa malas dan kantuk yang mengganggu aktivitas rutin di tiap pagi.

Tapi, dengan iklim yang terbilang sejuk dan dingin, kota Bogor terpilih menjadi kota Botani. Karena iklim dan struktur tanahnya yang cocok untuk perkebunan maupun pertanian. Khususnya di daerah puncak, perkebunan teh menghiasi sepanjang jalan. Hampir berbagai macam tumbuhan dapat berkembang dan tumbuh dengan baik di kota ini. Dan ya, nampaknya hari ini pun turun hujan yang cukup lebat.

Terlihat seorang wanita manis berkerudung hijau sedang berdiri termenung. Nada namanya, ia terus melihat ke bawah kedua kakinya. Sepatunya sudah lepek. Basah karena guyuran hujan. Beberapa detik kemudian ia mendongak ke atas melihat butiran air hujan yang semakin banyak. Satu persatu jatuh membasahi tanah yang sudah bergantikan aspal dan beton.

Bogor memang sudah banyak berubah, terutama stasiun Bogor. Baik dari segi bangunan mau pun suasana sekitar. Bogor yang dulu tidak ramai, sekarang sangat ramai. Bogor yang dulu selalu tenang, kini mulai tergantikan dengan kesibukan. Hiruk pikuk orang yang berjalan di dalam stasiun mengejar waktu terus membuat kedua bola mata Nada bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti arah pergerakan.

Ah, mungkin saja mereka ingin menghabiskan waktu untuk berlibur bersama keluarga. Begitulah, penduduk Bogor banyak bermain ke luar Bogor dan sebaliknya penduduk luar Bogor banyak juga yang bermain ke sini. Sudah dipastikan lalu lintas di Bogor pasti sangat padat. Macet dimana-mana, namun, seperti sudah terbiasa masyarakat terkesan cuek saja. Mau di apakan lagi kalau sudah begini? Satu-satunya cara agar tidak terjebak macet adalah berangkat atau pergi lebih awal.

Kalau saja Nada diberi kesempatan untuk berbicara tentang masalah kemacetan di kota Bogor mungkin ia akan menyerocos panjang lebar selama tiga hari tiga malam. Tapi, apa gunanya, sih, banyak bicara?  Kritis boleh, tapi kita harus menyeimbanginya dengan tindakan nyata. Bukan begitu?

Nada yang mengklaim dirinya sebagai salah satu agen perubahan itu pun tidak hanya ikut mengkritisi. Namun ia pun membuktikannya lewat tindakan nyata. Salah satunya yaitu dengan menggunakan transportasi umum untuk membantunya dalam beraktivitas sehari-hari. 

Bukannya anti perubahan atau inovasi, hanya saja Nada berusaha bijak menggunakan kendaraan pribadi. Motor memang ada di rumah, digunakannya hanya jika benar-benar perlu. Ia pun selalu berangkat satu jam sebelum jadwal. Jadi, tidak akan terjebak macet di jalan.

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang