5. Team

2.9K 287 25
                                    

"Dane!" teriakku pada udara tempat lelaki itu menghilang.

Astaga, kemana dia?! Apa dia seperti Julian bisa menghilang begitu saja?! Aku merasa panik dan takut sekaligus.

"Ya Tuhan, kemana dia, Julian?!"

Julian menghampiriku dengan langkahnya yang tenang. "Tenanglah, dia akan kembali."

"Apa ini perbuatanmu?!"

"Tidak. Itu bukan transparan, sepertinya teleport."

"Teleport? Perpindahan tempat?"

"Ya. Sepertinya kekuatannya baru saja muncul."

"Jadi... Dane juga?"

Julian menjawabnya dengan anggukan. Ruangan ini dipenuhi kesunyian, termasuk Andrew yang tak memainkan salah satu elemennya.

Aku menaruh bokongku disembarang tempat dan menutup mukaku dengan kedua tangan. Semua kejadian ini terlalu rumit untukku. Aku yang cuma menjalani hidup dengan kecerdasan teknologi dan peraturan-peraturannya. Aku bahkan tak pernah berniat menjadi anak nakal ataupun anak yang terlalu baik di sekolah.

"Siapa yang membuat hal seperti ini?" gumamku frustasi.

Aku hanya ingin hidup tenang dan damai. Walaupun nantinya di masa depan aku harus disandingkan dengan Dane si perusuh. Namun itu tak seberapa dibandingkan dengan kehidupanku selanjutnya yang dibebani dengan sebuah kekuatan aneh.

Telekinesis katanya? Hih.

Walau sebenarnya aku bangga dengan kekuatanku yang luar biasa ini, tetap saja aku merasa hal ini terlalu berat.

"Hei apa aku terlambat?"

Seorang perempuan dengan wajah ramah tiba-tiba masuk dan tersenyum kepada kami semua.

"Tidak, Mia. Kami baru saja mulai."

Mia tiba-tiba menghampiriku dengan tatapan berbinar. "Kau baru ya? Kau si penghancur kantin itu 'kan?"

Baiklah, mengapa aku dikenal sebagai si penghancur kantin sih?

"Ya... aku Chloe. Chloe Williams."

"Namaku Mia George. Aku bisa terbang!"

"A... apa?"

"Lihat ya!"

Dalam beberapa detik ia melompat dan badannya benar-benar melayang seperti ada tekanan pada sepatunya. Ia berhenti tepat diujung atap lalu menerjang kearahku, memutari tubuhku seperti burung gereja yang baru saja kuberi makan.

"Keren 'kan?"

"Um... ya, kau luar biasa."

"Tapi tidak sekeren kau, aku ingin sekali punya kekuatan telekinesis!"

Matanya berbinar bersamaan dengan mulutnya yang menyengir.

"Kurasa kita akan akrab!"

Aku menggaruk tengkukku bingung. Gadis ini benar-benar bersemangat... juga sedikit tidak nyambung.

"Biar kujelaskan dulu, kau berada disini untuk melatih kekuatanmu. Kekuatanmu belum stabil," ujar Julian tiba-tiba.

"Siapa yang melatihku?"

"Seorang pelatih pastinya, ia tidak datang hari ini. Padahal muridnya bertambah dua."

"Dua? Bukannya hanya aku?"

"Kau dan pacarmu."

Belum sempat aku membalas kalimat Julian, dalam sekejap muncul cahaya biru menyilaukan juga seorang laki-laki diantara cahaya tersebut.

"Dane!"

Dane menatapku dengan wajahnya yang pucat. Ia tiba-tiba memegang kepalanya. "Chloe, pusing..." ujarnya manja lalu tiba-tiba bersandar padaku.

"Ih! Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan kau gila!" teriakku sambil mendorong tubuhnya.

Dane mencebik, namun tak lama ia membuka mulutnya lagi. "Ada apa denganku? Apa yang terjadi padaku?"

Julian maju selangkah, "Bisa kau jelaskan apa yang kau alami?"

"Entahlah... tiba-tiba aku masuk kedalam ruang hampa dan aku bahkan tak mengerti bagaimana caraku sampai disini lagi. Aku hanya memikirkan bahwa aku harus kembali, lalu, tada! Aku sudah berada disini."

Julian mengelus dagunya lalu berjalan menjauh. "Menarik. Baiklah, kau resmi bergabung dengan kami."

"Apa?! Tidak! Aku tidak mau bergabung dengan kelompok pemberontak!"

"Pemberontak?"

"Ya, kalian kan yang berada di berita beberapa hari lalu?"

"Tidak, kami tidak memberontak. Lagipula bagaimana bisa tiga orang remaja memberontak ke pemerintah?"

Dane terdiam mendengar jawaban Julian. Benar juga, tidak mungkin kan tiga anak remaja seperti mereka memberontak sampai masuk berita? Walaupun mereka mempunyai kekuatan tapi sepertinya mereka belum terlalu lancar menggunakannya. Hal yang sama sepertiku.

Dane menghela napas lalu tiba-tiba merangkulku, "Baiklah. Aku bergabung juga karena harus menjaga Chloe."

Mia dan Andrew bertepuk tangan meriah. Mereka ini berkelakuan seperti anak kecil saja. Begitu bersemangat akan hal-hal yang menurutku tidak penting.

"Ah, aku harus menelepon pelatih dulu," Mia terbang ke lantai atas.

"Wow. Dia betulan terbang," Dane melongo takjub.

Dalam beberapa detik tubuh Mia melayang turun bersamaan dengan sebuah tablet di tangannya. Namun ia terlihat tidak seimbang, tangannya mengayun seperti ia menahan tubuhnya terjatuh.

"Aah!!"

Sepersekian detik kemudian, tubuh Mia sudah terbaring di rerumputan. Ia terjatuh. Benar-benar terjatuh dari lantai atas.

"Bodoh! Kubilang konsentrasi!" Julian mengomel.

"Tapi aku berkonsentrasi!"

Mia menahan tangisnya dan memegang kakinya yang sepertinya terkilir. "Kakiku... sakit..."

"Dasar bodoh!" ujar Julian sambil menghembuskan napas kasar lalu menggendong tubuh Mia dan membawanya ke lantai atas.

Andrew tersenyum penuh arti, "Mereka sangat serasi 'kan?"

"Ya! Seperti aku dan Chloe!"

Aku memutar bola mataku, "Aku benci kau, bodoh."

***

A/n
Alur dan akhir yang tidak jelas wkwkwk. Maaf yaaa ga memuaskan:(

SupranaturalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang