Chapter 7

17.4K 1.2K 2
                                    

Lana berusaha memejamkan matanya yang tak bisa juga terpejam padahal jam sudah menunjukan jam 2 pagi, pikirannya kembali ketika ia berada di rumah Margaret tadi malam atau mungkin beberapa jam yang lalu. Margareth tiba-tiba mengajaknya untuk melihat album foto Yanuar ketika masih bayi, kala itu Lana tersenyum melihat bayi laki-laki yang menurutnya tampan. Sampai ketika ia menemukan foto seorang wanita yang tengah dirangkul oleh Yanuar, bahkan lelaki itu mengeluarkan senyum terbaiknya yang belum sama sekali ia lihat. Tapi ketika Margareth menyadari matanya tengah menatap foto tersebut, Margareth berkata 'itu hanya kenangan lama' . Yang ada di pikiran Lana kala itu hingga sekarang apakah wanita itu Ibu dari Sammy, karena selama ini ia tak pernah melihat satu fotopun yang menempel dirumah Yanuar kecuali foto Yanuar sendiri dan juga Sammy. Dan entah mengapa rasa penasarannya itu membuat mata Lana mulai terpejam dan masuk ke alam mimpinya.

***

Yanuar membuka matanya pelan ketika menyadari ada sesuatu diatas perutnya. Ia tersenyum kecil dilihatnya Sammy tengah memperlihatkan giginya dan juga memeluk boneka sapi kesayangannya itu.

"Hey, kiddo." Suara serak bangun tidur Yanuar terdengar.

Sammy yang melihat Yanuar yang akhirnya terbangun langsung memeluk Yanuar dan menyurukan kepalanya kedalam leher Yanuar.

Yanuar mengusap lembut punggung bocah kecil itu.

"Daddy, Sammy lapar," ujar Sammy.

"Where's Lana?" Tanya Yanuar.

"She's still sleeping Dad, aku bangunin Lana tapi ia tetap tidur Dad,"

Yanuar tersenyum kecil tak biasanya gadis itu belum bangun padahal jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, biasanya Lana bangun paling awal.

"Dad, bangunkan Lana. Aku lapar,"

Yanuar bangun dari tidurnya dan menatap Sammy yang ada dihadapannya. Yanuar menggeleng pelan.

"Kamu mau pancakes buatan Daddy?" Tanya Yanuar.

Hari ini hari sabtu, setiap hari sabtu dan minggu dirinya tak datang ke kantor, kecuali ia harus pergi untuk urusan lain seperti pertemuan-pertemuan bisnisnya.

Sammy langsung berteriak senang mendengar itu, ia langsung turun dari tempat tidur Yanuar dan menarik tangan lelaki itu agar cepat beranjak ke dapur.

Yanuar menurunkan Sammy dari gendongannya. Mendudukan bocah kecil itu ke meja makan yang langsung menyambung dengan dapurnya. Ia tersenyum kecil pada Emma yang merupakan asisten rumah tangga milik Margareth yang biasanya datang kerumahnya enam kali dalam seminggu dan akan pulang ketika jam menunjukan pukul 2 sore.

"Pagi pak, bapak mau sarapan sekarang?" Tanya Emma.

"Ya, tapi saya saja yang masak kali ini,"

Emma hanya mengangguk kecil dan beranjak dari dapur. Sepeninggalnya Emma. Yanuar langsung meraih bahan-bahan untuk membuat pancakes seperti tepung, susu, dan juga telur.

"Mau topping apa kiddo?" Tanya Yanuar.

"Sirup mapple Dad," teriak Sammy, Yanuar tersenyum kecil mendengar itu.

Ketika dirinya menuang adonan pancakes, suara kaki yang sedang berlari tertangkap oleh telinganya.

"Ma-maaf," ujar Lana, ia mengutuki dirinya kenapa ia bisa bangun terlambat hari ini. Ia bahkan hanya mencuci mukanya, dan langsung berlari menuju kamar Sammy tapi yang ia dapatkan Sammy tak ada dikamarnya. Maka ia berlari ke dapur ketika mendengar teriakan Sammy.

Yanuar mengernyitkan dahinya Ia  melihat Lana yang sedang terengah-engah mengatur nafasnya. Ada sedikit perasaan bersalah mencubit hatinya, karena kemarin malam Margareth memintanya untuk menginap karema hari sudah malam, tapi ia bersikukuh untuk tetap pulang.

"Tak apa, duduklah bersama Sammy," ujar Yanuar.

"Ayo Lana, temani aku disini." Kali ini suara Sammy yang terdengar.

Lana tersenyum kecil menghampiri bocah kecil yang masih memakai piyama biru nya itu. Lana mengacak rambut Sammy pelan.

"Tadi Lana masih tidur, jadi aku bangunin Dad karena lapar," ujar Sammy sambil menekuk bibirnya kebawah.

Lana yang gemas melihat itu langsung mencium pipi bocah kecil itu.

"Maaf ya," ujar Lana tulus.

Sammy hanya mengangguk dan merentangkan tangannya meminta pelukan dari Lana.

"Ayo kita Morning hug dulu!" Pekik Sammy girang.

Lana langsung membawa bocah kecil itu kedalam pelukannya, entah mulai dari kapan ia dan Sammy selalu melakukan hal itu setiap paginya.

Mata Yanuar tak pernah lepas dari Lana dan Sammy sejak gadis itu duduk dan sampai akhirnya berpelukan dengan bocah kecil itu. Dirinya tersenyum kecil melihatnya. Tangannya membawa dua piring pancakes yang langsung ia simpan di atas meja makan. Yanuar kembali lagi kedapur. Membawa secangkir kopi ditangannya dan duduk dihadapan Lana dan Sammy.

"Yeay, ayo kita makan!" Pekik Sammy yang langsung menyantap sarapannya itu.

Lana mendengar piring bergeser kearahnya. Itu salah satu piring yang berisi pancakes yang tadi Yanuar bawa.

"Makan Lana." ucap Yanuar.

Lana tertengun melihat itu, sifat lelaki itu selalu berubah-ubah kadang cuek, dingin, tapi sekarang lelaki itu berubah manis menurutnya.

"Jadi apa itu Morning hug?" Tanya Yanuar.

"Sammy suka jika bangun tidur langsung dipeluk oleh Lana, jadi Sammy kasih nama pelukan itu Morning hug, Dad." Jelas bocah kecil itu.

Yanuar hanya mengangguk mendengar penjelasan Sammy. Pandangannya beralih pada Lana yang mulai memakan pancakes buatanya, tapi matanya terpaku pada piyama pink yang tengah gadis itu pakai, ia berdeham pelan. Demi apapun ia lelaki normal dan melihat Lana menggunakan piama itu membuat sesuatu dalam dirinya agak berbeda. Ia mengalihkan pandangnnya. Kembali meminum kopi di tangannya.

Lana merasa dari tadi ada yang memerhatikannya. Ia mengangkat wajahnya. Melihat Yanuar tengah meminum kopinya karena aroma itu begitu menguar bercampur dengan aroma pancakes yang tengah ia makan ini. Lana baru sadar sesuatu, dengan cepat ia mengendus tubuhnya. Tapi ia tak mencium bau apapun.

"Sammy," bisik Lana dengan amat pelan berharap hanya Sammy yang hanya mendengarnya.

Bocah kecil itu hanya menatapnya dengan mulut yang masih asik mengunyah makanannya.

"Aku mau tanya, menurut Sammy aku bau tidak?" Bisik Lana.

Sammy langsung mendekatkan tubuhnya pada Lana.

"No. Lana wangi kok," ujar Sammy dengan kencang, sontak Lana meringis kecil ketika mendengar kekehan kecil yang berasal dari Yanuar itu.

***

Lana membuka pintu apartementnya yang sudah lama ia tinggalkan. Kakinya tak sengaja menginjak surat-surat yang berada diambang pintunya itu. Ia menyalakan lampu dan beranjak menuju kamarnya, ia melemparkan surat-surat yang sekarang ada dalam genggamannya itu ke tempat tidurnya. Siang tadi Sammy pergi bersama Yanuar entah kemana maka ia meminta izin pada lelaki itu untuk mengecek kondisi apartementnya.

Ia duduk dilantai dan bersandar pada tempat tidurnya itu, tadi ia mendapat pesan dari Melody jika gadis itu tengah mengunjungi Neneknya di London dan juga sekalian berlibur, pupuslah sudah padahal ia ingin bertemu dengan gadis itu.

Lana meraih surat-surat itu. Matanya terpaku pada satu tagihan yang harus ia bayar bulan ini, ia menghela nafas pelan.

Ia menyenderkan kepalanya ke tempat tidur. Memejamkan matanya berharap ketika ia bangun nanti ia bisa melihat sang Ibu yang tengah menata bunga yang selalu mereka rawat bersama atau melihat sang Ayah yang tengah tersenyum padanya.

Tapi itu hanya harapannya saja, ketika ia membuka mata ia hanya melihat ruangan apartementnya dengan ia yang tengah duduk seorang diri. Yang Lana rasakan kali ini rasa sesak yang kembali hadir dan perlahan air mata luruh mengalir di kedua pipinya.

Unexpected Moments With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang