Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Amber dapat melihat manik mata Calleb dan merasa terhipnotis. Lama kelamaan, pijitan di kakinya terasa berbeda. Bukan lagi untuk menyembuhkan keram di kaki Amber. Sentuhan Calleb terasa panas di kakinya, dan Amber melihat mata Calleb yang semakin mengabut.

Amber melihat bagaimana salah satu tangan Calleb meninggalkan kakinya dan mulai membelai lembut rahangnya. Dengan lembut ia menarik wajah Amber mendekat dan mencium gadis itu.

Ciuman itu hampir terasa tidak nyata. Terasa seperti mimpi. Amber tanpa sadar menahan nafasnya. Ia menutup mata, dan mulai menyerap bagaimana rasa bibir dingin itu ketika menyentuh bibirnya.

Panas tidak hanya dirasa ditiap tempat yang disentuh Calleb. Amber hampir merasa dirinya meledak oleh gairah. Gairah yang tidak pernah dirasanya semenjak Calleb meninggalkannya. Gairah yang ia kira sudah lama mati, namun ternyata hanya butuh seorang Calleb untuk membangunkannya.

Calleb tidak hanya mendominasi bibir dan mulutnya. Calleb memberikan ciuman – ciuman kecil di wajah, rahang dan leher Amber. Sebelah tangannya masih menahan rahang Amber, sementara satu tangannya menyusup ke dalam kaus gadis itu. Tangannya hanya terdiam di pinggangnya sementara ibu jarinya memberikan sentuhan abstrak. Menggoda Amber, membuat gadis itu menginginkan lebih.

Amber mengalungkan kedua lengannya di belakang kepala Calleb, menarik pria itu lebih dekat. Amber mengeluarkan protesnya ketika Calleb berhenti menciuminya dan bergerak menjauhinya.

"Ssssttt, it's OK. It's OK. Everything is gonna be OK." Calleb berbisik sebelum menggigit pelan telinga gadis itu, menyebabkan Amber mengerang nikmat. Kemudian Calleb menarik kaus yang Amber kenakan dan melemparnya dengan asal.

Amber dapat melihat mata Calleb yang memuja dirinya. "You are so beautiful. Everything about you are beautiful." Calleb mengucapkan kata – kata yang memuja. Membuat kepercayaan diri Amber meningkat.

Calleb kembali menciumi Amber. Tangannya menyentuh sisi tubuh Amber, menggoda gadis itu. Amber rasanya hampir gila disentuh seperti itu. Amber mendesah lega ketika akhirnya Calleb menyentuh dadanya. Membuat lingkaran – lingkaran sebelum akhirnya ibu jarinya mengusap payudaranya.

Meski udara sekitar sangat dingin, namun hanya panas yang dirasakan tubuh Amber. Perlahan salah satu tangan Calleb mulai meninggalkan dadanya dan beralih menyentuh kaki jenjangnya.

Calleb mengusap – usap paha Amber dengan lembut, dari lutut perlahan merambat naik ke atas. Nafas Amber tercekat ketika salah satu jari Calleb menelusup masuk ke dalam celana gadis itu dan menyentuh pusat dirinya.

Amber menekan jari – jari kakinya, merasakan kenikmatan tak terhingga di setiap sentuhan Calleb. Calleb menciumi leher gadis itu, dan mulai turun hingga Amber dapat merasakan nafas pria itu di atas dadanya.

Jari – jari Calleb masih bermain dengan lihainya diantara kedua kaki Amber. Saat Calleb meraup dadanya dengan rakus, suara lirihan nikmat sempat terlepas dari mulut Amber.

Calleb merasakan dinding kewanitaan Amber semakin mengetat, dan sadar jika Amber akan mencapai orgasmenya segera. Amber memeluk tubuh Calleb ketika ia merasakan kenikmatannya semakin bertambah, dan menjerit ketika akhirnya ia melepaskan orgasmenya.

Tubuhnya masih tersenggal – senggal, masih menyerap sensasi yang baru saja dirasakannya. Ia masih memeluk Calleb dengan erat. Perlahan ia melepaskan tubuh Calleb dan menatap pria itu.

Calleb tidak mengatakan apapun, hanya matanya yang menatap lekat mata Amber. Ia menyisir pelan rambut gadis itu yang berantakan di atas bantal dan mencium gadis itu lekat sebelum berkata lembut, "beristirahatlah. Aku akan membatalkan janji kita dengan Jo. Aku tahu kau masih lelah."

Calleb mengambil selimut, menutup tubuh gadis itu, mencium kening Amber, kemudian keluar dan menutup pintu kamar. Meninggalkan Amber yang kembali terlelap.

  *****  

Amber terbangun dari tidur lelapnya, kehilangan orientasi akan waktu dan tempat. Rasanya tidak pernah ia tidur senyenyak ini. Ia menggeliatkan tubuhnya dan merasa sangat segar.

Kemudian ingatan akan kejadian yang terjadi sebelumnya menghantam Amber. Seketika wajah gadis itu memerah. Bagaimana mungkin ia membiarkan Calleb menyentuhnya secara personal seperti itu.

Oh Tuhan! Ia malu sekali. Kemana akal sehatnya tadi? Ia masih merasakan kelembapan yang asing diantara kedua kakinya. Ia belum pernah merasakan orgasme sebelumnya. Ini adalah pengalaman pertamanya.

Setelah menarik nafas panjang, Amber menutup matanya. Ia tetap harus berterima kasih kepada Calleb yang telah memberikan pengalaman indah. Ia tidak yakin dapat mengulang perasaan dan sensasi yang sama lagi, apalagi jika ia dan Patrick sudah menikah.

Ia tidak yakin Patrick mampu memberikan kenikmatan seperti yang Calleb berikan kepadanya. Tidak hanya sentuhan Calleb, ciumannya pun hampir menyedot nyawa Amber. Mungkin, setidaknya ia dapat merasakan bagaimana kenikmatan seorang wanita sebelum akhirnya benar – benar mendedikasikan dirinya untuk Patrick dan Ben.

Amber mengenakan kausnya, melihat kaca untuk memastikan penampilannya pantas sebelum keluar dan mendapati wajah serius Calleb yang sedang bekerja.

Calleb terduduk di lantai ruang tamu, masih mengenakan kemeja tadi siang denngan lengan tergulung. Beberapa kertas kerja tergeletak berantakan di hadapannya. Ketika mendengar pintu kamar Amber terbuka, ia mengadahkan wajahnya dan tersenyum menatap Amber.

"Hi," "Hi juga," Amber tersenyum kikuk mendapat sambutan Calleb. Rasanya sangat canggung.

"Tidurmu sangat nyenyak."

"Yeah, well, tidur paling nyenyak sepanjang hidupku."

"Kurasa demikian, mengingat kau tidur seperti bayi ketika aku mengecekmu beberapa kali. Dinner?" Calleb menunjukkan kotak – kotak makanan pesan antar di meja.

"Apa alasanmu ketika membatalkan dinner dengan Jo?" Amber berdiri canggung, merasa sangat malu, pipinya merona.

Calleb bangkit dari tidurnya, menarik tangan Amber dan mendudukan gadis itu di sofa belakangnya, "bekerja. Aku bilang aku tetap harus bekerja meski berada disini. Setidaknya, aku tetap pulang, bukan?"

"Terima kasih." Amber menunduk.

Jari tangan Calleb meraih wajah Amber, mendongakkan wajah gadis itu hingga dapat menatapnya, "untuk apa?"

"Un – tuk semuanya. Memberiku kesempatan untuk beristirahat, membatalkan janji dengan Jo, dan un-tuk ya-yang tadi."

Wajah Calleb semakin mendekati Amber, berbisik di telinga gadis itu, "don't be. Kau terasa nikmat." Dan Calleb kembali menciumnya dengan panas.

  *****  

.

Forgetting HimWhere stories live. Discover now