Chapter 3 : Cinta Datang Karena Terbiasa?

Start from the beginning
                                    

"Itulah sebabnya gue agak gimana gitu pas lo bilang naksir Romeo, gue nggak mau lo sakit hati karena gue tahu betul, kalau cewek naksir cowok pasti terselip keinginan di hatinya buat bisa jadian sama cowok itu. Lo pasti pengen kan bisa jadian sama Romeo?"

"Pengen banget!" sahut Kania langsung.

"Makanya gue mau bantuin lo, gue tahu seberapa besar keinginan lo itu walaupun gue nggak tahu hasilnya bakal gimana." balasku sambil tersenyum kecut.

"Makasih banget ya, Kak Kin! Untung deh lo satu kelas sama Romeo, jadi jalan gue dan Romeo agar bisa deket lebih terbuka lebar. Hehe."

"Hm, sama-sama. Tapi inget Kan, gue cuma buka jalan buat kalian berdua bisa pedekate aja, selebihnya itu usaha kalian berdua."

"Iya gue tau, tapi bisa kenalan aja sama Romeo itu udah bagaikan anugerah terindah." kata Kania "Emang lo bilang apa aja sih sampe Romeo dengan mudahnya mau kenalan sama gue? Senyumin gue untuk pertama kalinya di lapangan sekolah? terus besoknya tahu-tahu dia nge-chat gue via line duluan. Gila, berasa mimpi gue!" Kania menyunggingkan senyum lebar.

"Perasaan udah gue ceritain waktu itu. Gue bilang ke Romeo kalau ada adik kelas yang naksir dia, gue bilang segala kelebihan yang lo punya, cantik, tinggi, bersih, pinter, suara bagus, dan syukurlah dia tertarik dan minta tunjukkin ke gue lo itu orangnya yang mana. Gue juga bilang kalau lo itu adik gue dan selanjutnya dia mau ambil langkah biar bisa kenalan sama lo."

Dasar pembohong, Kinar. Nggak begitu kejadian yang sebenarnya.

"Kira-kira apa ya yang bikin dia tertarik buat bisa kenal sama gue? Hm, kalau urusan fisik sih gue rasa di Pelita juga banyak yang lebih dari gue."

Karena gue bersedia jadi assistennya selama lo pdkt sama dia! Teriakku dalam hati.

"Nggak tahu tuh, tapi pas gue bilang lo adik gue dia langsung ketawa sambil ngangguk-angguk mau kenalan sama lo. Dia bilang, syukurlah ternyata lo itu nggak mirip gue."

Yang ini bukan sebuah kebohongan. Waktu pertama kali aku menunjukkan tampang Kania pada Romeo, dia tertawa dan bilang dengan kurang ajarnya. "Nggak mirip sama lo nih, baguslah." Sialan kan? Sejelek apa sih memangnya aku ini di matanya?

Kania terkekeh lalu dengan santai dia merebahkan diri di ranjangku, "Lo itu cantik tau Kak, cuma kurang peduli penampilan aja." kata Kania tiba-tiba.

Aku tertawa lebar, "Asal lo tau gue mandi dua kali sehari, keramas satu hari sekali, sikat gigi tiga kali sehari, sekolah selalu pake bedak bayi dan pake cologne. Kurang peduli penampilan gimana lagi?"

Kania berdecak, "Kapan terakhir kali lo ke salon? Kapan terakhir kali lo hunting baju? Kapan terakhir kali lo ikut gue SPA?"

Sumpah aku tak ingat, kecuali kapan terakhir kali aku hunting baju, kira-kira satu bulan yang lalu, saat aku ke mall sama Calista, itupun Calista yang memaksa.

"Nah kan, makanya peduli tuh sama penampilan, biar cowok-cowok makin kelepek-kelepek sama lo."

"Apasih, kalau cinta ya cinta aja, nerima gue apa adanya."

"Elah, basi banget. Lo belum ngerasain jatuh cinta sama cowok kali Kak Kin, makanya enteng bilang gitu. Coba deh kalo lo nemu cowok yang klop di hati lo, lo bakalan cari cara biar dia juga bisa ngelirik lo."

"Iya, kayak lo kan?" sindirku sambil mencibir.

Kania terkekeh, "Lo nggak akan ngerti seberapa hebatnya perasaan cinta bisa mempengaruhi hidup orang."

Aku tersenyum masam. Sayangnya, perasaan cinta lo ke Romeo juga ikut berpengaruh pada hidup gue, Kan. Bukan hanya pada hidup kalian berdua.

"Minggu nanti lo harus ke salon bareng gue, lo udah lama nggak nyentuh tempat itu. Nggak ada kata penolakan, ini perintah!"

Resist Your CharmsWhere stories live. Discover now