Batin hati gadis itu mendecak kesal. Di putuskannya untuk mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya.

Jemari-jemari gadis itu tengah menari dengan gerakan cepat di atas layar ponselnya. Lalu menekan tombol hijau. Mendekatkan benda pipih itu di dekat daun telinganya.

Reva yang merasa ponsel yang tergeletak di kasurnya berdering lembut. Sontak jantung Reva seakan melorot ke bawah, tubuhnya gemetaran bukan main, keringat dingin nya mulai menampakan diri padahal cuaca hari ini sangat dingin. Reva menggigit kuku jemari tangan kanannya sembari mendiamkan ponselnya yang berdering. Ia sungguh ketakutan. Bagaimana jika sih psychopath itu benar-benar melaksanakan ide gilanya.

Tidak ada jawaban? Ava menurunkan benda itu dan kembali menekan tombol hijau lagi dan lagi.

Kenapa begini? Batinya seketika menurunkan benda itu dan menatapnya lekat-lekat.

Suara nyaring seperti kaleng yang jatuh mengisi kesepian komplek rumah sekitar. Membuat Ava kontan mengangkat wajahnya dan menyapu sekitarnya. Dahinya berkerut keras, matanya menyipit dua kali lipat seketika di perhatikannya semak-semak serta pohon besar yang terus bergerak kemudian berhenti.

Perlahan, Ava melangkahkan kakinya maju menuruni tangga kecil berbahan kayu milik kediaman 'Drevies' dengan tujuan mendekati semak-semak itu yang terlihat aneh.

Ava merasa ia sedang di perhatikan. Ia juga terlalu penasaran dan egonya memaksa dirinya untuk memeriksa semak-semak itu.

Message from unknown: Hey my sweetheart! Dia mendekat ke arahku...haruskah aku melakukan hal itu sekarang?

From Reva: jangan coba-coba melakukannya! Aku mohon...

Message from unknown: kalau begitu lakukan sesuatu agar gadis sialan itu tidak berani melanjutkan langkah kakinya.

Ava hampir saja mendekati pohon itu tinggal tiga langkah saja tapi suara deringan di sertai getaran menghentikan langkahnya. Cepat-cepat ia meronggoh sakunya dan mengangkat benda pipih itu. Senyuman kecil pun mengambang di wajahnya seketika tau ponselnya berdering.

Seketika di lihatnya layar ponselnya, senyuman itu memudar dan di gantikan Dahi Ava yang berkerut.

Nomor siapa ini? Pikirnya. Aku pikir dia menelefonku {Reva}.

Tanpa berpikir panjang lagi Ava menekan tombol hijau dan menempelkan benda itu di dekat telinganya. Mungkin saja itu kakaknya atau ibunya yang menelefon. Pikirnya kembali.

"Ha-lo?" Satu kata yang terputus itu menyambut kedatangan telefon yang sunyi itu atau lebih tepatnya mengisi keheningan yang berasal dari benda pipih miliknya.

Tidak ada jawaban.

Aneh.

"Halo??" Katanya dengan nada tinggi.

Menunggunya beberapa detik agar seseorang membalas sambutannya.

Hening,

Tidak ada jawaban juga.

Frustasi, Gadis itu menekan tombol merah dan mengunci layarnya. Ava memang tidak suka jika ada orang yang menelefonnya tapi tidak ada jawaban atau suara itu berlangsung semenjak teror datang kepadanya.

Ava mengangkat wajahnya mencoba menyadari sesuatu.

Apa yang ia lakukan di tengah jalan dan berhadapan dengan Semak-semak itu? Lalu apa yang hendak ia lakukan setelah ini?

Jacob Sartorius •DEFINITELY•Where stories live. Discover now