part 8

4.3K 307 2
                                    

-ps. You can play "breathe" lee hi for the soundtrack of this part ~

Kulihat dia terbaring di salah satu kasur rumah sakit. nafas nya tenang dan teratur, ini orang tidur ya?? Batinku.

Kulihat perlahan-lahan kepala nya bergerak. Mata nya mulai terbuka dan mengerjap beberapa kali sampai akhirnya fokus menatap ku, kaget.

"Heh nyett.. Perasaan tadi gue yang pingsan kok lo yang terbaring lemah tak berdaya gini sih di rumah sakit?" ejekku.

"Hanna..?" ucap Denny.

"Iya ini gue Hanna bego! Lo jangan pura-pura amnesia ya sekarang, gue jotos lo.." ucapku garang.

Tiba-tiba Denny bangun dan memelukku erat sekali, seperti takut kehilangan. Ku dengar isakan nya di bahu ku.

"LO KOK GAK CERITA SAMA GUE TENTANG PENYAKIT LO!" bentak Denny saat melepaskan pelukannya.

Baru kali ini aku melihat Denny nangis. Walaupun dia rempong dan ke cewek-cewekan, jujur baru kali ini aku melihat nya begini. Dia terlihat berantakan.

"Maaf Den, gue..gue binggung gimana bilang nya..." ucapku lemah.

"Bastian tau?"

"Enggak, hanya Nava dan lo sekarang yang tahu.."

"Gue bingung dengan jalan pikiran lo Han!! Kok lo tega sih sama gue dan Bastian?! Kok lo gak ngasih tau hal ini sama kami... Lo gak tau hah betapa kaget nya gue saat denger lo sakit parah.." ucap Denny marah.

"Gue takut Den.. Gue takut nerima kenyataan, dengan gue bilang ke kalian, ini semua akan terasa begitu nyata.. Gue takut hiks..hiks.." ucapku sambil memutup mulut ku menahan isak tangis ku.

"Han..."

Dia langsung memeluk dan mengelus punggungku. Kami berdua terisak bersama di rumah sakit ini. Aku merasa sangat takut sekarang, akhirnya semua terasa begitu nyata. Aku sakit.

"Pliss jangan kasih tau Bastian..Den, gue gak mau melihat nya sedih.. Gue gak sanggup, rasa sakit ini gak ada apa-apa nya di banding melihat nya sedih.." pintaku.

"Gue cuman pingin dia bahagia... Makanya gue nitipin dia dengan Nava.. Gue takut kalau dia tau hal ini, dia hanya akan fokus memikirkan kondisi gue dan mengabaikan yang lainnya" ucap ku sambil memohon kepada Denny.

Denny akhirnya berjanji menjaga rahasia ku. Aku tau tidak selamanya rahasia ini tersimpan, suatu saat pasti Bastian akan tau tentang hal ini.

"Mm.. Permisi anda sudah sadar? Bisa kita bicara tentang kondisi Hanna?" tanya Dokter Joan mengagetkan kami berdua.

Joan adalah salah satu keluarga jauh ku. Aku dan Joan sangat dekat dari kecil karena umur kami yang hanya berbeda satu tahun, aku selalu mempercayakan rahasia ku padanya. Semua masalah ku selalu ku ceritakan pada nya termasuk perasaan ku ke Bastian. Karena setiap akhir pekan Joan menginap di rumah ku jadi Bastian pun mengenal nya. Tapi saat aku kelas 3 SMA, Joan pindah ke Singapura untuk kuliah kedokteran disana, makanya Denny tidak mengenal nya.

"Iya dok.." ucap Denny.

Kami berdua pun mengikuti Joan menuju ruangan nya. Perasaan ku sedikit tidak enak ketika melihat raut wajah Joan yang sedikit berbeda, terlihat tegang dan gelisah.

"Tidak apa-apa Joan, aku baik-baik aja.." ucapku menguat kan nya ketika ku lihat dia enggan bicara dan peluhnya sudah menetes di pelipis nya.

"Mmm.. Begini, karna lo gak mau di operasi.. Kanker nya mulai menyebar Han.." ucap Joan, kulihat mata nya sudah berkaca - kaca.

Kulihat tubuh Denny sudah menegang di sebelah ku. Aku cukup terkejut saat mendengar nya, tapi setelah kupikir-pikir menyebar atau pun tidak, tidak ada beda nya. Aku tetap sakit.

"M..maksudnya?" tanya Denny.

"Kanker nya kini sudah menyebar ke daerah ginjal ..." Joan mulai menarik nafas dalam-dalam.

Kurasakan Denny mengenggam tangan ku erat. Punggung nya sudah bergetar.

"Kurasa sebaiknya saat ini lo kurangi aktivitas lo yang berat-berat Han, lo gak boleh terlalu capek.. Karena mulai saat ini lo akan sering merasa sakit di ginjal lo.."

"Kalau operasi sekarang dok?" tanya Denny.

"Mm.. Tingkat persentasi berhasil nya sekarang hanya 20%.. Mengingat kanker nya sudah menyebar.." ucap Joan menahan isak.

"Apa gak ada cara lain dok?? Hanna masih bisa sembuh kan??! Pasti ada caranya kan?! Tenang gue bakal bayar biaya nya berapa pun!!" bentak Denny frustasi.

Aku hanya bisa diam sambil memikir kan Bastian.

"KALO EMANG ADA CARI LAIN, UDAH GUE LAKUIN DARI DULU TANPA LO MINTA..!!" teriak Joan, akhirnya isak nya keluar.

Joan berdiri menghampiri dan memelukku. Dia menangis sesenggukan. Aku pun larut dalam tangis nya. Denny tertunduk di kursinya masih dengan tangan yang mengenggam ku erat, ku lihat punggung nya bergetar. Kurasa dia menangis lagi.

****
"Assalamualaikum.." ucap ku saat memasuki rumah.

Kulihat jam di tanganku menunjukan pukul 10 malam. Aku sengaja pulang telat karna harus menghilang kan sembab di mataku.

"Walaikum salam.." ucap Bastian sambil menuruni tangga yang berarti dia baru saja dari kamar Nava. Malam ini jadwal nya Bastian tidur di kamar ku.

"Kok pulang telat sayang?" tanya nya sambil memelukku.

"Tadi ada syuting Bas.. Biasa chef papan atas, jadwal manggung padat"

Kulingkar kan tangan ku di pinggang nya. Kudengar dia terkekeh mendengar jawaban ku.

"Tadi mami sama bunda datang saat aku kasih tau Nava hamil.. Mereka berdua heboh disini" ucap Bastian sambil tertawa.

Mami itu mama nya Nava, Mamah mama nya Bastian dan Bunda itu mama ku.

"Oh yaa.. Kurasa kalian berdua siap-siap pusing, mereka berdua pasti rempong ngatur ini itu.." ucapku ikut terkekeh.

"Iyaa.. Oh ya besok mamah datang katanya mau makan siang bareng.."

"Ooh oke oke komandan.."

Kurasakan puncak kepala ku di kecup Bastian. Ku erat kan pelukan ku di tubuhnya. Aku sangat menyukai aroma tubuh Bastian.

"I love you Hanna.." bisik Bastian di telinga ku.

"Love you too Babas.." balas ku.

Kurasakan Bastian melonggar kan pelukan nya dan menatap wajah ku. Mata kami bertemu pandang. Tiba-tiba wajah Bastian mendekat dan semakin mendekat perlahan. Kurasakan bibir nya menyentuh bibir ku. Mengecup lama bibir ku. Bergantian mengecup atas dan bawah bibirku.

Kubalas ciuman Bastian. Kubuka bibirku perlahan saat kurasakan dirinya meminta lebih. Saat ku buka bibirku lidah Bastian pun langsung masuk dan membelit lidah ku.

"Ngghh..." satu desah ku keluar tak tertahan.

Tiba-tiba kurasakan tubuh ku terangkat. Kami masih berciuman dan Bastian menggendong ku memasuki kamar kami. Dia membaringkan ku di kasur tanpa melepas tautan kami. Desahan ku semakin keluar saat tangan nya mulai menyentuh bagian-bagian sensitif tubuh ku.

Ini sangat nikmat. Aku tidak mampu menahan nya. Kulihat mata Bastian sudah berkabut terbakar nafsu. Saat kurasakan tangan nya mulai melepas baju dan menarik rok ku. Seperti ada dentuman peringatan keras di otakku. Aku langsung melepas kan ciuman kami dan menjauh kan tubuhnya.

Kulihat sorot mata nya yang kecewa karna aku melepas ciuman kami.

"Maaf aku.. Aku lagi gak bisa.." ucap ku sambil mengatur nafas.

"Kenapa?" tanya nya tak sabar.

"Sorry.. Ada 'tamu' bulanan.." bohongku. Ku pasang wajah memelas ku. Kulihat dia menghela nafas panjang.

"Okee.. Kurasa sebaiknya sekarang kita tidur.." ucapnya sambil berbaring dan memelukku. Kurasakan milikknya yang sudah mengeras mengenai pinggang ku. Aku merasa menyesal membohongi Bastian. Tapi bagaimana lagi, karna penyakit sial ini aku tidak bisa melayani nya. Bukan nya tidak bisa hanya saja aku takut nanti virus atau penyakit ku menempel pada mu dan menularkan nya ke Nava, pikirku. Lagi pula yang ku ketahui aku akan merasakan sakit jika berhubungan intim, bahkan bisa mengeluarkan darah.

Maaf kan aku Bas....

When Would It Be [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang