Dan lagi-lagi saran 'guru'nya itu berhasil, kini mata Raina menatapnya takjub yang membuat Gerard tersenyum bangga.

"Ok.. kita pellgi sekallang." Gerard telah menghapal kata-kata itu sebanyak ratusan kali selama di perjalanan menuju bandara, walaupun Alexa memarahinya karena dia tidak bisa menyebut huruf R tapi akhirnya ia mendapat pujian karena sudah berhasil mengatakannya dengan cukup lancar, dan seharusnya Alexa melihatnya bagaimana ia mengucapkannya dengan lancar dan percaya diri. Ah seharusnya ia merekamnya tadi dan menunjukannya pada Alexa karena ia yakin gadis itu tidak akan memercayainya.

Dengan percaya diri penuh Gerard mengambil alih mendorong troli Raina menuju tempat parkir lalu memasukkan barang bawaan gadis itu ke dalam bagasinya, bahkan ia membukakan pintu penumpang untuknya lalu berjalan memutar menuju kursinya dibelakang kemudi. Kini mereka telah siap dalam mobil Ford hitam milik Gerard dan mulai membelah keramaian kota New York.

"Apa kau tahu kenapa New York dijuluki Big Apple?" Raina bertanya memecah keheningan dan rasa canggung yang mengisi udara di dalam kendaraan itu, tapi pertanyaan gadis itu membuat Gerard sedikit mengerutkan alis karena tidak mengerti apa pertanyaannya.

"Tidak," jawab Gerard sambil tersenyum berusaha bersikap normal yang membuat Raina mengangguk mengerti. Mereka berdua kembali terdiam dan suasana canggung kembali menyeruak. Dalam hati Gerard mengutuk semua orang dengan kesibukannya hingga ia terjebak di dalam situasi seperti ini. Gerard baru akan mencoba mengajak gadis itu berbicara dengan bahasa inggris sederhana ketika ia kembali mendengar suara lembut disebelahnya mengajukan pertanyaan.

"Gerard, katakan padaku apa kau mengenal calon suami Emily?"

Gerard bahagia karena gadis itu kembali bersuara walaupun ia tak mengerti apa yang diucapkannya tapi minimal suasana tidak akan begitu canggung, seperti yang diajarkan Alexa ia hanya cukup menjawanb iya dan tidak, "Iya," jawab Gerard dengan wajah yakin.

"Apa dia tampan?"

"Tidak."

"Maksudmu dia jelek?" Raina membelalakan matanya, yang membuat Gerard berpikir mungkin dia salah menjawab. Ok, sepertinya 'Tidak' adalah jawaban yang kurang baik dan akhirnya pria itu memutuskan hanya akan menjawab iya saja.

"Iya."

"Apa, dia sangat... jelek?"

"Iya."

Raina kembali membelalakan matanya tak percaya yang membuat Gerard putus asa karena dia yakin jawabannya kali ini salah.

"Jangan katakan kalau dia sudah tua?"

Gerard terdiam beberapa saat, kali ini ia harus memikirkan jawaban terlebih dahulu.

"Ti-dak," jawab Gerard ragu tapi akhirnya bisa bernapas setelah senyum kembali terbit di bibir merah perempuan dengan rambut indah itu.

"Oh syukurlah... sebanarnya tidak apa-apa kalau tidak tampan yang penting dia baik dan sayang sama Emily." Raina tersenyum sambil menatap Gerard yang juga ikut tersenyum dan bernapas lega karena kali ini tidak ada pertanyaan yang membuat pria itu putus asa.

"Dia menyayangi Emily kan?" Raina kembali bertanya yang membuat Gerard membuang napas berat.

"Tidak." Dan Gerard kembali putus asa ketika ia melihat Raina membelalakan mata bulatnya menandakan kalau jawabannya salah.

"Maksudmu, pria itu tidak menyayangi, Em?"

"Iya," jawab Gerard lemah yang membuat Alexa menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Jadi pria itu tidak menyayanginya? Kalau begitu kenapa Emily mau menikah dengannya? Oh Em, yang malang... ketika dia menghubungiku, dia begitu bahagia layaknya orang yang jatuh cinta dan aku bahagia untuknya, aku pikir dia telah menemukan cinta sejatinya... apa ini cinta sepihak? Tapi kalau dia tidak menyayangi Em, kenapa pria itu mau menikahinya? Apa dia hanya memanfaatkan Em, saja? Lihat saja aku tak akan membiarkan pria kurang ajar itu menyakiti sepupuku, aku akan memberi pelajaran padanya kalau dia berani menyakiti Emily."

The Secret AdmirerWhere stories live. Discover now