Prologue

24.5K 1.6K 101
                                    

Semilir angin menerpa wajah tampan seorang pria yang tengah berdiri dengan tegap di atap sekolahnya. Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana sekolahnya. Pria itu sedang menunggu seseorang disana.
"Oppa." panggil seorang gadis seraya tersenyum. Ia pun melangkahkan kakinya agar semakin dekat kearah pria itu.

Gadis bername tagkan Yoora itu semakin menampakkan senyuman yang sangat disukai oleh pria itu. Pria itu berbalik dan kini pandangan mata keduanya bertemu.
"Ada apa oppa?" tanyanya tanpa melepaskan kontak mata antara keduanya. Berbeda dengan Yoora, pria itu hanya menatap datar kearahnya.

Yoora pun mengernyit keheranan saat melihat ekspresi yang tak pernah diperlihatkan oleh pria yang notabenenya adalah kekasihnya itu.
"Kau kenapa?" tanyanya dengan cepat.
"Kita sudahi saja sampai disini." Yoora yang tak mengerti hanya memiringkan kepalanya kearah kanan. Pria itu hanya dapat membuang nafasnya dengan kasar.

"Hubungan ini. Kita sudahi sampai disini." kedua mata gadis itu membulat dengan sempurna.
"Hahaha oppa. Aktingmu sangat keren." ujarnya seraya mengacungkan kedua jempolnya di depan wajah pria itu. Saat ini kekasihnya itu sedang mengikuti pentas drama yang akan dilakukan oleh sekolah mereka.

Dengan cepat pria itu menepis tangan gadisnya dengan kuat. Gadis itu kembali terbelalak kaget.
"Aku tidak bercanda Yoon Yoora-ssi." mata Yoora kini telah berkaca-kaca setelah mendengar ucapan pria yang tengah berdiri di depannya itu. Kedua pelupuk matanya telah dipenuhi oleh air mata yang siap keluar kapan saja.

"Tapi kenapa?" air matanya meluncur dengan sendirinya. Meninggalkan bekas di kedua pipinya.
"Aku sudah muak denganmu." air matanya mengalir semakin deras. Ia bahkan tak perduli suara dentuman di atas sana. Saat ini awan telah berubah warna menjadi hitam pekat. Sepertinya akan segera turun hujan.

Ia terjatuh begitu saja. Kakinya melemas tak sanggup lagi menopang tubuh mungilnya itu. Pria di depannya itu tak memperdulikannya sama sekali. Ia malah pergi meniggalkan gadis itu sendirian di atas sana. Yoora kembali menangis sejadi-jadinya. Kini hujan telah turun menimpa tubuh mungilnya yang enggan untuk pergi dari sana.

Ia terus saja meneriakkan nama pria yang telah mengisi harinya selama satu setengah tahun. Ia terus saja bertanya apa salahnya sehingga pria itu pergi meninggalkannya begitu saja. Tapi hanya rintikan hujanlah yang menjwab pertanyaannya itu.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang